3.DI AJAK IBU

64.6K 3.7K 48
                                        

Happy reading 💟

Ada yang mau daftar jadi nyonya Azegara? Mumpung dua-duanya masih menduda-Difta dan Jefan, hehehehe.

Masa revisi, bagi yang sudah baca muna saranin baca ulang lagi.

3.diajak ibu

Wati menatap heran layar ponselnya, berulang-ulang kali ia membaca pesan dari Vicky, alisnya bertaut dengan kening yang berkerut. "Nggak salah baca kan? Besok, saya jemput,  atas perintah Tuan Difta. Yang benar saja?"

"Ibu, Kenapa? Seperti orang tidak makan 10 hari." Alvian melangkah masuk ke dalam kamar ibunya, yang memang tadi terbuka sedikit.

Mendengar ucapan Alvian, Wati memutar bola matanya malas, putra nya ini memang kalau ngomong tak bisa di rem.

"Ini, Om yang kamu panggil Om mesum tadi, mau jemput Ibu. Katanya, atas perintah atasan Ibu!"

"No,no." Alvian mengangkat jari telunjuknya dan mengarahkan ke kiri dan ke kanan. "Modus itu, Bu! Jangan percaya, buaya darat lebih banyak memakan korban Bu, dari pada buaya pada umum nya, mungkin!"

Wati mengusap wajah Alvian lembut, "sok tahu, kamu Dek."

"Mau ikut Ibu kerja nggak?" tanya Wati, setelah melihat kembali ponselnya. Ternyata,Vicky mengirim pesan lagi untuk ia membawa Alvian besok.

"Alvian super sibuk, Bu!" balas lelaki bertubuh pendek itu, ia menyilangkan ke dua tangan nya di dada, dan kaki kanan ia angkat 2cm ke atas ke bawah.

"Ya, deh! Si paling sibuk," ejek Wati.

Emangnya sibuk apa si Alvian itu? Kerjaan nya cuma sekolah, main, makan, mandi dan tidur.

"Mau, ya dek? Ini bukan modus, tapi kenyataannya." Wati mengelus-elus rambut hitam Alvian.

Alvian memayunkan Bibir pink nya, padahal tidak pakai limblam. Bawaan dari lahir memang. Lalu ia memikirkan ajakan Ibunya.

"Mau, tidak. Mau, tidak..." Alvian memulai cap cip cup di jari jemari nya, dan berhenti di jari kelingking 'tidak'.

"Baiklah! Demi Ibu ku yang tersayang, Vian mau."

Bukankah cap cip cup nya tadi berkata tidak? Begitulah Alvian, tidak tetap dengan pendirian nya.

"Pilihan bijak." Wati mencium pipi putih Alvian, dan membawa Alvian ke tempat kasur nya. Untuk tidur bersama, sudah lama pikir Wati. Ia tidak tidur bersama lagi dengan putra nya, semenjak Alvian berumur 13 tahun. Dengan Alasan "Alvian sudah besar, Bu."

"Sekarang, tidur dek."

Cup

Lelaki itu, mencium kening Wati, "Selamat malam, Ibu ku yang tercantik." Alvian mulai memejamkan matanya dan tak menunggu waktu lama, ia sudah masuk kedalam mimpinya sendiri. bisa di lihat, dari bibir nya Alvian, yang sedikit tersenyum.

"Mimpi apa kamu, dek? Kalau suatu saat, Alvian tahu yang sebenarnya..." Wati menghapus jejak air yang mulai keluar. "Vian, jangan lupain Ibu, ya sayang. Ibu sangat menyayangi Vian, permata Ibu."

Karena sepandai-pandai nya tupai melompat, pasti akan jatuh. Begitu pun, dengan satu kenyataan pahit yang suatu saat harus Alvian terima dengan lapang dada.

ALVIAN NERO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang