Jasmine mulai menyetel alarm pukul 5 pagi, agar ia terbangun dari tidurnya dan berharap bisa melihat David. Jasmine bertekad bahwa besok ia harus bisa berjumpa dengan David. Keinginannya begitu kuat mungkin karena bawaan bayinya.
Bahkan Jasmine hampir terjaga malam ini, namun akhirnya ia menyerah karena rasa kantuk yang menyerangnya.
Keesokkan paginya Jasmine terbangun berteriak karena melihat jarum jam diangka 9 pagi. Bukannya bangun cepat, malah ia bangun kesiangan.
Kini Jasmine menatap kesal makanannya dengan kantung mata yang hitam di wajahnya.
"Mengapa aku tidak bisa mendengar alarm jam berbunyi? Apa alarmnya sudah rusak? Tapi bukankah jamnya masih bisa hidup?" Gumam Jasmine bingung.
"Kalau begitu aku buat alarm di handphone saja sampai 10 kali" gumam Jasmine mendapatkan ide kembali.
***
Jasmine duduk dengan wajah kusut di ruang makan. Sudah seminggu ia melaksanakan idenya untuk bangun pagi. Namun, satupun usahanya tidak ada yang berhasil.
Jasmine tak habis pikir, jam berapa David berangkat kerja dan jam berapa ia akan pulang? Jasmine menduga jika David tidak pernah pulang ke penthouse ini. Mungkin itu lebih masuk akal, dibandingkan David pulang kerja jam 1 pagi dan berangkat jam 5 pagi. Hal ini dikarenakan, Jasmine pernah menunggu David pulang kerja hingga jam setengah satu malam.
Namun, jika dari pernyataan Martina David pulang ke penthouse setiap malam dikarenakan terdapat pakaian kerja David yang dicuci dan Jasmine melihat secara langsung pakaian tersebut di jemur di depannya saat ini.
"Jasmine tidak pernah menyerah, kita buktikan malam ini" gumam jasmine bertekad kuat.
Malam ini, Jasmine sudah menyusun rencana. Ia akan tidur lebih awal dan membuat alarm jam 12 malam agar ia terjaga. Kemudian, ia akan menyetel alarm kembali di jam 5 pagi.
"Aku pastikan kali ini berhasil" ucap Jasmine dalam hati.
Benar, saja Jasmine terbangun pada pukul 12 malam. Lalu, ia berjalan menuju ruang tamu menunggu kehadiran David. Sudah hampir 45 menit ia berjalan mondar mandir mengitari penthouse agar ia tidak mengantuk. Tidak lama kemudian, Jasmine mendengar suara pintu terbuka. Ia langsung berjalan cepat menuju kamar Dan berpura-pura tidur kembali. Tentu saja alarm handphone dan jamnya sudah ia setel di pukul 5 pagi.
Jasmine mendengar pintu kamar dibuka dan saudara derap langkah kaki kian terdengar jelas. Lalu, Jasmine merasakan pinggir tempat tidurnya seperti ada yang menduduki. Bahkan, Jasmine merasakan selimut tubuhnya dibenahi oleh seseorang.
Jasmine merasa sedikit takut, namun ketika mencium aroma tubuh ini entah mengapa Jasmine merasa sedikit tenang.
"Apa yang akan kau lakukan dengan menghidupkan alarm setiap malam?" Gumam sosok tersebut.
"Tentu saja ingin menemuimu" ucap Jasmine dalam hati.
"Alarmmu sangat berisik Mine" ucap David mematikan alarm di jam.
"David brengsek, ternyata dia pelakunya selama ini. Pantas saja aku tidak pernah terbangun karena alarm dimatikan olehnya" ucap Jasmine dalam hati.
"Di handphone juga banyak sekali" ucap David mematikan seluruh alarmnya.
"Tunggu, bagaimana David bisa tahu password handphonenya?" Ucap Jasmine bingung dalam hati.
Tiba-tiba Jasmine merasakan kecupan di dahinya. Benda lembab itu terasa hangat ketika menyentuh dahinya sehingga membuat jantung Jasmine berdetak cepat.
"Semoga tidurmu nyenyak. Baby, Daddy titip mommy" ucap David lembut membelai perut Jasmine yang terhalang selimut.
Tubuh Jasmine menegang mendengar ucapan dan perlakuan David kepadanya. Kemudian, Jasmine membuka matanya setelah mendengar suara pintu tertutup. Tanpa ia sadari air matanya jatuh membasahi pelipisnya.
***
Tepat pukul 5 Jasmine terbangun karena mendengar suara alarmnya. Untung saja, ia tipe orang yang mudah terbangun karena alarm. Lalu, segera mungkin Jasmine mematikan alarmnya dan keluar kamar untuk menuju ke kamar David di lantai atas.
Jasmine menatap ragu pintu tersebut, namun ia mencoba untuk membulatkan tekadnya dan berharap pintunya tidak terkunci. Dan benar saja, keberuntungan ada di pihaknya. Pintu kamar David tidak terkunci sama sekali. Kemudian Jasmine segera memasuki kamar tersebut yang begitu luas dengan pencahayaan yang sudah terang dan memiliki nuansa keabuan. Lalu, penglihatannya tertuju pada David yang sedang mengeringkan rambutnya menggunakan handuk dengan tubuh Shirtless.
David merasa dirinya sedang diawasi oleh seseorang. Pupil matanya membesar ketika melihat Jasmine menatapnya dengan terkejut. Sudut bibir David berkedut. Namun, selanjutnya ia melihat Jasmine membelakanginya. David merasa lega karena setidaknya Jasmine yang terlihat nampak lebih gugup dibandingkan dirinya. Sedetik kemudian, David kembali dikejutkan dengan Jasmine yang melangkah cepat mendekatinya.
"Apa yang mau kau lakukan?" Tanya David mencoba untuk seperti biasanya.
"Seharusnya, aku yang bertanya kepadamu. Apa yang coba sebenarnya kau lakukan?" Tanya Jasmine sedikit emosi.
David mengerutkan dahinya menatap bingung kearah Jasmine.
"Jangan berpura-pura tidak tahu David. Mungkin selama ini kau bisa membodohiku. Tapi sekarang tidak lagi. Aku tahu selama ini kau menghindariku, padahal kau tahu aku sangat ingin berbicara denganmu. Aku selalu menunggumu pulang kerja namun kau malah pulang dini hari. Aku mencoba untuk bangun pagi, namun kau selalu menggagalkannya dengan mematikan alarm yang selalu ku buat. Kau pergi kerja di pagi buta, lalu apa untungnya untukmu? Kau bisa saja mati kedinginan karena mandi terlalu pagi setiap hari dan waktu tidur yang sedikit. Kau ingin memperpendek usia hidup mu!?" Tanya Jasmine emosi beruntut panjang lebar meluapkan segala unek-unek yang ia rasakan kepada David.
Jasmine menatap bingung kepada David yang tidak meresponnya dan hanya diam saja. Jasmine merasa di kacangi.
"Sudah selesai?" Tanya David datar.
"Hah?" Ucap Jasmine tidak habis pikir. Setelah ia berbicara panjang lebar hanya itu respon dari Jasmine.
"Jika tidak ada yang ingin disampaikan lagi, sebaiknya kau keluar. Aku harus bersiap siap" ucap David datar.
"What the fuck David! Tidak ada orang yang berangkat kerja saat ini" marah Jasmine.
David menatap Jasmine dengan sangar karena mendengar makian Jasmine.
"Apa yang kau katakan? Coba kau katakan sekali lagi?" Tanya David sedikit emosi dan mempersempit jarak diantara mereka. Hal itu sama sekali tidak membuat Jasmine gentar karena kondisi David yang hanya berbalut handuk di bagian bawah tubuhnya.
"Mengapa kau tidak suka mendengar aku memaki dirimu? Kau pantas mendapatkannya" ucap Jasmine tidak takut.
"Bukan, tapi aku hanya khawatir pada anakku karena kau mengajarkan hal buruk kepadanya" ucap David emosi.
"Tidak, aku hanya memberitahunya betapa brengsek daddy nya, yang selalu sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak memperdulikan anaknya sama sekali" ucap Jasmine penuh penekanan dan emosi.
"Mine!" Panggil David tidak terima dengan perkataan Jasmine.
"Mengapa? Kau tidak terima? Nyatanya itu yang terjadi. Kau tidak pernah menemaniku check up untuk melihat perkembangannya. Kau tidak perduli kepadanya, lalu mengapa kau bersikeras untuk mempertahankannya!" Ucap Jasmine tersulut emosi.
"Cukup Mine!" Ucap David menahan ego dan amarahnya.
"Keluar sekarang juga, sebelum aku.. " ucap David mengancam dengan tatapan yang tajam.
"Sebelum apa?!" Tanya Jasmine menantang.
David menatap Jasmine dengan rahang mengeras dan tangan yang tergenggam kuat.
"Sebelum aku menyeretmu ke tempat tidur dan kau berakhir mengerang keras di bawahku, Mine" bisik David penuh penekanan tepat di depan bibir Jasmine yang sedari tadi sangat ingin David bungkam dengan menggunakan bibirnya.
Perkataan David membuat jantung Jasmine berdegup kencang sehingga ia merasa sangat terkejut.
***
TBC...
Jangan lupa like dan comment..
See you next part🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
He Was My First Love by Ibelcia (End)
General FictionDisaat aku menginginkanmu untuk berada di sisiku, takdir menjauhkanmu dariku. Namun, di saat aku sudah tidak lagi mengharapkanmu, mengapa takdir menuntunku kembali kepadamu? Jasmine Dowson