Di ruangan yang gelap Jasmine terbaring sambil menangis. Tadi perawat mengantarnya kembali keruang inap ketika melihat Jasmine terduduk sambil menangis. Jasmine tidak bisa menghentikan kesedihannya.
Diluar seseorang berdiri di depan pintu ruang inap Jasmine. Dia mendengar suara tangis yang memilukan bahkan racauan kata maaf terdengar berulang kali. David menghentikan tangannya saat ingin membuka pintu. Hatinya ikut merasa nyeri ketika mendengar suara tangis Jasmine. Bahkan tanpa ia sadari air matanya mulai menggenang di pelupuk mata. Kejadian ini, baru ia lihat tidak seperti biasanya ketika setiap malam David diam-diam mengunjungi Jasmine yang tertidur tanpa pengetahuan dari Jasmine.
Tubuh David merosot dan terduduk membelakangi pintu. David menemani Jasmine diluar ruangan hingga tidak terdengar suara tangisan Jasmine kembali.
Sebelum kembali, David memutuskan untuk melihat Jasmine. Hawa dingin David rasakan diruang tersebut. David duduk sambil membenarkan letak selimut Jasmine. Kemudian David menghidupkan penghangat ruangan. David membelai pipi Jasmine yang terdapat bekas air mata.
"Aku tidak suka melihatmu menangis Mine. Dan aku benci jika kau menangisi pria brengsek sepertiku. Tapi aku tidak ingin kau pergi dari sisiku. Benci aku sepuasmu dan aku akan menerimanya" ucap David lembut menatap Jasmine yang sudah lelap tertidur.
"Aku akan mencoba menyelamatkan segala hal yang bisa diperbaiki dalam hubungan kita. Untuk itu jangan muak kepadaku dan bertahanlah di sisiku" ucap David sambil meneteskan air mata. Setelah setengah jam menemani Jasmine, David memutuskan untuk kembali kerumahnya.
***
Pagi hari setelah Jasmine terbangun, ia membersihkan diri dan berbenah-benah. Selanjutnya, Jasmine ingin. Melihat kembali kondisi putrinya. Kondisi Jasmine tampak mulai bugar.
Jasmine memasuki ruangan bayi tersebut, seseorang perawat berada didalam ruangan tersebut.
"Bagaimana keadaan anda nyonya Dowson? Sepertinya anda mulai pulih" Tanya perawat tersenyum.
"Hmm iya" ucap Jasmine tersenyum.
"Anda ingin melihat putri anda?" Tanya perawat tersebut.
"Iya" ucap Jasmine gugup.
"Keadaan putri anda juga sudah mulai stabil, putri anda sangat tangguh. Mungkin ia ingin segera keluar dari tempat ini dan merasakan dekapan ibunya" ucap Perawat tersebut sambil memandangi bayi yang ada didalam inkubator.
Pandangan Jasmine terhipnotis pada bayi perempuan itu. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Apa anda sudah menyiapkan nama untuknya?" Tanya perawat.
"Belum" ucap Jasmine menggelengkan kepalanya.
"Baiklah nyonya, saya tinggal dulu" ucap perawat tersebut lalu meninggalkan ruangan bayi.
Jasmine perlahan mensejajarkan wajahnya dengan bayinya. Jasmine begitu mengagumi bayi kecil itu. Tangannya perlahan menyentuh kaca seakan akan ia membelai wajah bayinya.
Pipi Jasmine sudah basah dengan air mata. Perlahan tangan bayi mulai bergerak walaupun dengan mata terpejam. Seakan akan bayi tersebut merasakan kehadiran ibunya dan seperti menyambut sentuhan tangan Jasmine.
"Terima kasih, terima kasih karena kau mau masih hidup" ucap Jasmine menangis bahagia sambil tersenyum.
"Kau anak yang kuat, aku hanya bisa mendoakanmu agar sehat selalu dan kebahagiaan selalu menyertaimu. Maafkan kesalahanku dulu yang hampir melenyapkanmu" ucap Jasmine lembut sambil menangis.
"Aku sangat ingin memelukmu, namun aku merasa tidak pantas. Aku ibu yang buruk... Aku harap kau tidak pernah mengetahui kebenaran ini selamanya, bahwa kau hampir dibunuh oleh ibu kandungmu sendiri. Kau akan hidup bahagia dengan ayahmu... Ayahmu sangat menyayangimu dan kau akan menemukan sosok ibu yang lebih baik dibandingkan denganku. Tolong, Maafkan aku" ucap Jasmine sambil menahan Isak tangisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Was My First Love by Ibelcia (End)
General FictionDisaat aku menginginkanmu untuk berada di sisiku, takdir menjauhkanmu dariku. Namun, di saat aku sudah tidak lagi mengharapkanmu, mengapa takdir menuntunku kembali kepadamu? Jasmine Dowson