Part 44

3.7K 150 35
                                    

Jasmine bernapas legah karena ia berhasil kabur dari mereka. Semua yang Jasmine katakan itu hanya alasan agar ia dapat segera pergi dari sana. Jasmine berjalan tanpa arah, ketika ia sadar tiba-tiba ada yang menarik tangannya dan menyeretnya ke tempat yang jauh dan sepi dari keramaian.

"David" ucap Jasmine terkejut mengetahui siapa yang menyeretnya.

David menghentikan langkahnya dan menghempaskan tangan Jasmine.

"Bukankah sudah ku peringatkan untuk tidak datang. Kau hanya diam dirumah dan aku membereskannya jika Daniel atau mommy menanyakanmu" ucap David penuh emosi.

"Aku tidak bisa menolaknya. Daniel sahabatku tidak mungkin aku tidak datang ke pernikahannya" ucap Jasmine lemah.

"Stupid!" Maki David dengan wajah mengeras.

"Mengapa!? Mengapa hanya aku harus mendengarkanmu! Sebegitu takutnya kau kalau mereka tahu? Kau takut kelakuanmu akan terbongkar dihadapan mereka, terutama Audrey?" Tanya Jasmine berapi-api.

"Shut up! Pelankan suaramu" ucap David penuh penekanan.

"Aku bahkan tidak mencampuri urusanmu, tapi mengapa kau selalu mengendalikan diriku?" Ucap Jasmine menangis.

"Itu karena kau bodoh" ucap David sinis menatap jahat Jasmine. Jasmine mengusap pipinya yang basah dengan kasar.

"Aku bodoh karena tidak bisa terlepas dari jeratanmu. Kau terlalu besar mempengaruhiku. Aku membencimu, tetapi rasa benci pada diriku lebih besar. Aku selalu bertanya, mengapa aku harus jatuh cinta pada orang sepertimu. Berbagai cara aku lakukan untuk membunuh rasa ini. Namun, hingga saat ini rasa itu masih ada dan tak bisa lenyap" ucap Jasmine pelan dengan mata berkaca-kaca menatap David dengan sayu.

David hanya mampu terdiam mendengar curahan hati Jasmine.

"Ini bukan salahku. Aku tidak memintamu untuk mencintaiku. Jadi buang perasaanmu itu" ucap David dingin dengan sorot mata melemah.

"Audrey, kau mencintainya?" Tanya Jasmine ketika melihat David melangkahkan kakinya untuk pergi.

"Apakah berusaha untuk mencampuri urusanku?" Tanya David menyindir Jasmine.

"Lupakan apa yang baru saja kukatakan padamu. Kalau begitu, kau juga jangan mencampuri urusanku" ucap Jasmine dingin.

"Tidak bisa, aku tidak percaya padamu. Kau hampir membuat masalah jika aku tidak ikut campur" ucap David datar.

"Justru kau yang akan memperumitnya, mereka akan semakin curiga bila kau ikut campur" ucap Jasmine sedikit meninggi membuat David  tersadar jika apa yang dikatakan Jasmine ada benarnya.

"Untuk itu mulai sekarang, aku benar-benar sangat meminta padamu jangan pedulikan aku lagi" ucap Jasmine menatap David dengan emosi.

"Jika ini terjadi lagi, sekalipun aku sekarat. Jangan pedulikan aku" ucap Jasmine dengan bergetar lalu pergi meninggalkan David yang tercekat merasakan sesak di dadanya. Bahkan David menarik dasinya agar ia bisa bernapas.

Saat David tertunduk ia melihat sepasang kaki berdiri dihadapannya. Pandangannya naik ke atas sehingga ia dapat mengetahui siapa yang berdiri dihadapannya.

"Kau?" Gumam David lemah.

"Kakak terkejut?" Tanya Danish datar.

David ingin berbicara, namun Danish menyela dan tidak mengizinkan David untuk mengeluarkan sepatah kata.

"Kakak hanya perlu diam dan dengarkan aku. Kau memang kakakku, tapi aku tidak akan bicara hormat kepadamu mulai sekarang. Karena aku ragu kau tidak pantas untuk itu sekarang" ucap Danish dingin membuat David sedikit terkejut mendengar perkataan adiknya.

He Was My First Love by Ibelcia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang