Jasmine berjalan mengikuti David memasuki penthouse miliknya. Ruangan ini gelap, namun Jasmine dapat melihat pantulan cahaya gedung gedung diluar melalui dinding kaca yang menerangi ruangan ini.
David menghidupkan lampu untuk menerangi penthousenya. Jasmine dapat melihat ruangan yang begitu luas dan rapi serta pemandangan yang menakjubkan. Bahkan ruang ini memiliki lantai atas dan Jasmine dibuat terkesima dengan hal tersebut, namun ia disadarkan dengan suara David.
"Kau bisa menempati kamar ini" ucap David datar membuka pintu kamar tersebut.
Jasmine memasuki kamar tersebut yang ternyata cukup luas.
"Setiap pagi akan ada pengurus penthouse yang datang. Jika kau membutuhkan sesuatu kau bisa menyampaikan kepada pengurus tersebut" ucap David lalu berniat pergi meninggalkan kamar tersebut.
"Tu...tunggu... Kau mau kemana?" Tanya Jasmine pelan namun masih bisa didengar oleh David.
"Aku akan pergi ke kamarku sendiri. Kita tidak dalam hubungan yang sesungguhnya. Tujuh bulan ke depan, setelah dia lahir kau bisa pergi. Seperti yang kau inginkan" ucap David menatap Jasmine dingin lalu pergi meninggalkan kamar.
Jasmine menatap nanar pintu yang telah tertutup. Kemudian, Jasmine berjalan lemah dan menjatuhkan dirinya untuk duduk di tempat tidur.
"Mengapa bisa seperti ini?" Gumam Jasmine meneteskan air mata sambil menatap jari tangannya yang kosong. Pernikahan seperti ini bukan hal yang ia impikan.
Flashback
2 Jam lalu
Kondisi Jasmine sudah membaik dan stabil sehingga dokter sudah memperbolehkannya untuk pulang. Jasmine tidak tahu harus kemana dan bagaimana, ia hanya terduduk diam setelah mengganti pakaian rumah sakitnya dengan baju biasa.
Tidak lama kemudian, Jasmine melihat David datang. Wajahnya yang datar dan tegas serta tatapannya yang dingin membuat Jasmine tidak berani untuk memulai berbicara. Jasmine merasakan jika sifat dingin David kembali muncul.
Jasmine menatap takut ke arah David yang sedang memasukkan beberapa pakaian dan barang-barang milik Jasmine selama menginap seminggu dirumah sakit.
Jasmine baru menyadari, jika kantung mata David sedikit hitam bahkan tumbuh rambut halus di area pipi dan dagunya. David tidak Serapi biasanya dikarenakan selama seminggu ini ia sibuk merawat Jasmine 24 jam selama seminggu. David tidak ingin mendapatkan kejadian dimana Jasmine ingin mengakhiri hidupnya bersama dengan bayinya terulang kembali. Untuk itu David secara langsung menangani hal tersebut.
Jasmine tersadar dengan pemikirannya ketika David berada di depannya dengan membawa tas besar ditangannya dan tangan satunya lagi menggenggam tangan dirinya.
Jasmine terkejut, namun ia tidak bisa menolak dan juga tidak berani berbicara. Sepanjang perjalanan keluar dari rumah sakit, Jasmine terdiam dan berusaha menyamakan langkah David yang lebar. David tidak memperdulikan tatapan orang orang yang melihatnya, sedangkan Jasmine menunduk sehingga rambutnya yang terurai menutupi sebagian wajahnya.
Setelah menempuh beberapa menit perjalanan, David menghentikan mobilnya di depan gereja kecil namun terlihat terawat dengan taman yang luas. Tentu saja hal itu membuat Jasmine bertanya-tanya untuk apa mereka pergi kesini.
"Tidak mungkinkan, David ingin berdoa untuk memohon ampunan dosa kepada Tuhan. Itu bukan diri David, ia tidak sereligius itu" Pikir Jasmine.
"Turun" ucap David dingin setelah itu keluar terlebih dahulu dari mobil. Kemudian, Jasmine segera menyusul David.
Tiba-tiba Jasmine melihat, Nick keluar dari Gereja tersebut. Lalu Nick memberi hormat kepada David dan dirinya.
"Semua sudah siap" ucap Nick mempersilahkan David dan Jasmine masuk.
Jasmine menatap Nick ragu, namun ia tetap masuk mengikuti David dan disusul Nick di belakangnya.
Jasmine melihat gereja ini kosong hanya ada pastor dan mereka bertiga.
"Tuan.. apakah anda dan mempelai wanita tidak ingin berganti pakaian dulu?" Tanya pastor tersebut.
"Mempelai wanita?" Gumam Jasmine shock mendengar perkataan pastor tersebut.
"Tidak perlu" ucap David dingin.
"Dav..id" ucap Jasmine ingin meminta penjelasan namun suaranya ditimpa oleh suara David.
"Kami akan menikah sekarang seperti ini" ucap David tegas dan dingin.
Jasmine menatap tidak percaya kepada David. Ini begitu mendadak dan membuat lututnya lemas. Pakaian yang mereka kenakan sama sekali tidak cocok untuk sebuah pernikahan. Jasmine hanya menggunakan potongan dress sederhana berwarna navy sedangkan David memakai kemeja hitam yang jauh dari kata rapi.
"Apa yang anda tunggu, kita bisa memulainya sekarang" ucap David dingin sehingga membuat pastor tidak berkutik.
Mereka telah mengucapkan janji pernikahan beberapa saat yang lalu dan disaksikan oleh mereka berempat dan tuhan.
"Selanjutnya mempelai lelaki memasangkan cincin ke jari mempelai wanita" ucap pastor.
"Lewati bagian itu" ucap David dingin ketika Jasmine sudah mengarahkan jarinya kepada David.
Jasmine tidak percaya mendengar perkataan David, mereka saling bertatapan namun Jasmine tidak menemukan kebohongan. David serius dengan perkataannya.
"Ka.. kalau begitu anda boleh mencium.." ucap pastor bingung karena baru kali ini mendapati pasangan aneh yang menikah.
"Kita sudahi sampai sini, saya tidak punya banyak waktu. Berikan berkas yang harus kami tanda tangani" ucap David dingin kepada pastor.
Jasmine tersenyum miris terhadap apa yang baru saja terjadi. Matanya mulai memanas, pernikahan seperti apa ini. Sungguh, Jasmine tidak menginginkan pernikahan seperti ini. Jasmine ingin menggunakan wedding dress, cincin, musik, tamu yang hadir, dansa, dan ciuman romantis. Jasmine berusaha untuk tidak menjatuhkan air matanya. Tidak ada pernikahan impian dalam hidupnya.
***
"Sebegitu bencinya dirimu padaku, Dav" gumam Jasmine yang menangis di tempat tidur mengingat kejadian beberapa jam lalu.
"Mom, dad, aku merindukan kalian" bisik Jasmine memejamkan matanya.
Di lain tempat, tepatnya di dalam kamar David. David menatap sebuah kotak perhiasan ditangannya, lalu ia membuka kota tersebut. Terdapat dua cincin yang terlihat cantik. David mengelus cincin tersebut, cincin itu adalah cincin yang Jasmine pilih dulu untuk pernikahan mereka hingga sekarang David masih setia menyimpannya.
"Aku sangat ingin memakaikannya di jarimu, Mine. Namun, kau tidak menginginkan pernikahan ini" gumam David menjatuhkan air matanya dan tersenyum miris.
Itulah mengapa David menyelenggarakan pernikahan mereka seadanya dalam keadaan mendesak, walaupun Nick tidak setuju karena setidaknya Jasmine harus menggunakan wedding dress dihari pernikahannya. Namun, David tidak menyetujuinya. David tidak ingin menerima kenyataan jika Jasmine mengetahui rencana pernikahan mereka sedari awal, Jasmine tidak mau menikah dengannya.
"Maafkan aku, Mine..." Ucap David mengingat tatapan mata Jasmine yang terluka selama pernikahan mereka berlangsung. Untuk itu, David menyadari betapa banyak kesalahan yang ia lakukan kepada orang yang sangat ia cintai didalam hidupnya.
***
TBC...
Jangan lupa like..
See you next part...
KAMU SEDANG MEMBACA
He Was My First Love by Ibelcia (End)
Genel KurguDisaat aku menginginkanmu untuk berada di sisiku, takdir menjauhkanmu dariku. Namun, di saat aku sudah tidak lagi mengharapkanmu, mengapa takdir menuntunku kembali kepadamu? Jasmine Dowson