Part 35

4.5K 117 0
                                    


Di ruang tamu, Jasmine duduk dengan wajah marahnya menatap sosok yang panik berdiri di depannya.

Lelaki itu, menatap Jasmine dengan ketakutan. Sebelumnya, ia belum pernah melihat sisi Jasmine seperti ini. Kejadian ini sudah berlangsung hampir satu jam lamanya.

"Mengapa kau masih disini? Bukannya aku sudah menyuruhmu pergi berulang kali? Apa kau tidak mengerti dengan perkataanku. Ku bilang pergi! Get out!! Aku tidak mau pergi denganmu!" Ucap Jasmine membentak.

"Tapi, ini sudah sangat terlambat. Kita harus bergegas sekarang sebelum jadwal check up ke dokter berakhir" ucap lelaki tersebut.

"Sudah aku katakan berulang kali kepadamu. Aku akan pergi, tapi tidak denganmu! Mengapa kau tidak paham juga Nick?!" Ucap Jasmine bersikeras.

Nick, lelaki itu hanya bisa menghela napas berat. Sungguh pekerjaan kali ini lebih berat baginya dari pada berhadapan dengan kertas yang menumpuk di mejanya. Perilaku Jasmine diluar dugaannya, ia tidak tahu jika Jasmine yang dulu pernah menjadi rekan kerjanya memiliki sisi garang seperti ini. Jika tahu begini, ia akan lebih memilih berhadapan dengan berkas-berkas tersebut dari pada berhadapan dengan istri ceo-nya.

"Maaf, Nona tapi tuan David telah memperintahkan saya untuk menemani anda pergi check up ke rumah sakit" cicit Nick pelan

"Nick!!! Telingaku panas selalu  mendengar jawaban dan panggilan nona untukku hampir sejam-an ini. Sudah ku katakan jangan memanggilku nona!" Ucap Jasmine marah kepada Nick  sehingga membuat keringat di dahi Nick mulai bercucuran padahal suhu diruangan ini cukup dingin karena AC.

"Tapi, nona..." Ucap Nick takut dan panik ketika Jasmine melemparkan bantal-bantal sofa ke arahnya.

"Ya Tuhan... Selamatkan aku.." ucap Nick dalam hati sambil menutupi wajahnya dengan tangan agar tidak terkena bantal

"Kau.. apa aku perlu mengajarimu. Hubungi David sekarang, suruh dia pulang untuk menemaniku check up. Pagi tadi,  Aku sudah mengatakan pada David bahwa dia harus menemaniku check up langsung. Jika tidak, lebih baik aku tidak pergi check up kandungan" ucap Jasmine emosi menatap nyalang ke arah Nick.

"Nona.. maksudku Jassy. Aku sudah mengatakan berulang kali bahwa.. bahwa tuan David sedang sibuk dia harus menghadiri pertemuan dengan klien penting" ucap Nick gugup.

"Aku tidak mau tahu hubungi dia sekarang atau aku..."ancam Jasmine sambil memegangi vas bunga yang akan ia lemparkan.

"Ahh.. ya ya ya.. ba.. baik. Aku telpon sekarang. Tapi letakkan dulu vas bunga itu, Jassy" ucap Nick panik lalu mengambil handphone di saku velanyanya dan segera ia mencari nomor David.

Di lain tempat David sedang berbincang dengan kliennya, tentu saja Nick tidak sepenuhnya berbohong. David memang sedang bertemu klien. David tahu handphone nya bergetar di atas meja, namun ia menghiraukannya.

"Tuan David, sepertinya ada hal penting. Sudah 3 kali handphone anda bergetar ada panggilan masuk" ucap klien David.

"Tidak apa-apa, jangan dihiraukan. Bukan hal yang mendesak" ucap David menolak panggilan tersebut dan membalikan layar handphonenya.

"Baiklah, kita lanjutkan pembahasan kita yang tadi" ucap David berusaha fokus meskipun pikirannya sudah tidak bisa fokus kembali.

***

Nick menatap sedih handphonenya, kemudian ia menatap Jasmine dengan takut.

"Tidak di angkat" ucap Nick pelan.

Jasmine menghela napas keras, wajahnya sangat terlihat kecewa. Matanya sudah berembun dan ingin menumpahkan airnya. Jasmine meletakkan kembali vas bunga tersebut dengan keras ke tempat semula.

"Ok, aku tidak pergi dan kuharap kau bisa pergi sekarang juga dari sini Nick" ucap Jasmine dingin lalu berjalan menuju kamarnya. Kemudian Jasmine membanting pintu kamarnya.

Jantung Nick seperti sedang berolahraga. Sungguh ketakutannya kali ini melebihi rasa takutnya kepada David. Nick lebih baik dimarahi oleh David dari pada dengan Jasmine. Cukup sekali ia merasakannya.

Jasmine merebahkan dirinya dengan kesal di tempat tidur. Air matanya sudah membasahi pipinya, Jasmine benar-bemar sangat kesal kepada David. Bahkan ia memakinya dalam hati agar anaknya tidak mendengar makiannya.

***

Jam menunjukkan pukul 7 malam. Namun, David masih sibuk berkutat dengan berkas-berkas di kantornya.

Tidak lama kemudian, Nick masuk keruangan setelah David mempersilahkannya masuk.

Nick berjalan gontai menghampirinya. Gerak gerik itu dilihat oleh David, bahkan David melihat wajah nick yang cemberut dan pakaiannya yang sudah tidak rapi lagi.

"Ada apa Nick? Mengapa kau menampilkan ekspresi wajah seperti itu?" Tanya David mengerutkan keningnya.

"Sir, maafkan saya yang tidak bisa menyelesaikan tugas yang anda perintahkan kali ini" ucap Nick menunduk.

"Kinerjamu sungguh mengecewakan Nick" ucap David dingin menatap tajam.

Nick merasa sedikit takut namun ia harus memberikan pembelaan kepada dirinya.

"Sir, anda tahu? saya ini korban" ucap Nick dengan dramatis.

"Korban apa maksudmu? Jelaskan!" Ucap David bingung.

"Anda tidak tahu, betapa mengerikannya istri anda sekarang. Saya sudah menyampaikan kepadanya bahwa anda tidak bisa menemani
Dia check up dikarenakan anda harus menghadiri pertemuan dengan klien. Namun, nona Jasmine tidak menerimanya. Bahkan kami berdebat hampir satu jam. Puncaknya ketika saya menghubungi anda. Nona Jasmine melempar saya dengan bantal sofa bahkan hampir membunuh saya dengan melemparkan vas bunga kearah saya, jika saya tidak menghubungi anda segera mungkin" ucap Nick menjelaskan dengan heboh.

"Lalu?" Tanya David dengan ekspresi biasa saja.

"Sir.. respon anda hanya seperti itu?" Ucap Nick mendramatisir.

"Saya.. saya ini hampir mati sir. Nona Jasmine, istri anda hampir membunuh saya" ucap Nick kesal.

"Buktinya kamu masih hidup sekarang dan tidak terluka sedikitpun" ucap David datar.

"Oh God... Memang fisik saya tidak terluka. Tapi, batin saya terluka. Saya trauma, nyali saya menciut, saya tidak perduli jika anda memerintahkan tugas berkaitan dengan nona Jasmine. Saya tidak akan melakukannya lagi. Sudah cukup sekali ini saja. Lebih baik saya mengerjakan kertas kertas yang bertumpuk di meja saya, asalkan bukan nona Jasmine. Saya juga tidak takut gaji saya di potong" curhat Nick.

David mengelus dagunya mencerna setiap perkataan Nick.

"Apakah semenakutkan itu?" Bisik David namun masih bisa didengar oleh Nick.

"Jika anda tidak percaya, anda bisa pulang dan lihat sendiri. Betapa mengerikannya penthouse anda. Bahkan nona Jasmine membanting pintu sangat kuat sehingga membuat saya terkejut" ucap Nick emosi.

David merasa memang Jasmine sedikit berbeda dari biasanya. Kali ini Jasmine lebih blak blakan mengutarakan keinginannya. Mungkin itu, bawaan bayi mereka. Namun, David tidak menyangka Nick mendapatkan perlakuan seperti itu dari Jasmine.

***

TBC

See you next part
Jangan lupa like, vote dan comment 🥰😍😍😍

He Was My First Love by Ibelcia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang