"Arghhh" teriak David keras ketika Mr. Williams menarik telinganya sangat kasar.
"Katakan kepada Daddy sejak kapan kamu menaruh rasa kepada Jasmine?!" Tanya Mr. Williams serius kepada David.
"Lepaskan tangan Daddy dulu, rasanya telingaku mau lepas" ucap David menahan sakit.
"Cepat katakan?!" Ucap Mr. Williams dingin lalu melepas tangannya dari telinga David yang sudah memerah.
"Aku tidak tahu" ucap David datar sambil memegangi telinganya yang sakit.
"Dulu kau menolaknya bahkan membencinya. Sekarang, kau bahkan.. apa yang harus Daddy lakukan setelah ini terhadap kalian berdua?" Tanya Mr. Williams dengan pemikiran yang sudah buntu.
"Tentu saja Daddy harus menikahkan kami" ucap David datar.
"Ohh.... Ya Tuhan jantungku.. David, apa kau tidak menyesalinya sedikitpun?" Tanya Mr. Williams mendengar perkataan David, namun David hanya terdiam.
"Dengar pernikahan hal yang sangat sakral, harus ada rasa cinta dan saling percaya satu sama lain bukan hanya sekedar tanggung jawab" ucap Mr. Williams kesal.
"Hati dan perasaan manusia bisa berubah sewaktu-waktu Dad, jadi kita tidak dapat memastikannya" ucap David datar.
"Jadi maksudmu, kau sudah jatuh cinta dengannya?" Tanya Mr. Williams geram.
"Entahlah" ucap David malas.
"Lalu, bagaimana jika Jasmine sudah tidak menaruh perasaan kepadamu lagi?" Tanya Mr. Williams.
"Dad, perilakunya mungkin bisa mengelabuhi semua orang bahwa dia tidak menyukaiku lagi. Namun, diriku masih memberikan pengaruh besar pada dirinya dan kau pasti bisa merasakannya bukan?" Ucap David kepada Mr. Williams yang tidak dapat menyangkal ucapan anaknya karena ia merasa itu memang benar bahwa Jasmine masih memiliki perasaan untuk putranya walaupun ia berusaha keras untuk menyembunyikannya.
"Ya Tuhan.. bagaimana aku bisa memiliki putra sepertinya. Jika kau terus seperti ini dan tidak berterus terang kepada Jasmine. Jangan harap ia akan terus bertahan di sisimu" ucap Mr. Williams dingin.
***
Tidak lama kemudian, Jasmine dan Mrs. Williams melihat pintu kamar David terbuka. Mr. Williams keluar dari kamar tersebut dan disusul oleh David dibelakangnya. Jasmine mengamati David yang sudah berpakaian dan wajah yang sudah di plester, Jasmine bisa menebak bahwa Mr. Williams telah mengobatinya dan Ia merasa sedikit legah.
Sekarang mereka berempat sedang berkumpul di meja makan dan David duduk di samping Jasmine sementara Mr. dan Mrs. Williams duduk dihadapan mereka berdua. Suasana menegang di antara David dan Mr. Williams, berbagai ekspresi yang berbeda muncul disana. Jasmine menatap takut ke arah paman dan bibinya sambil meremas ujung hodienya, lalu ia melirik David yang hanya menatap lurus ke depan. Jasmine bisa melihat raut marah di wajah pamannya sedangkan bibinya menampilkan wajah khawatir menunggu keputusan pamannya.
"Darling, siapkan pernikahan mereka dua Minggu lagi" ucap Mr. Williams datar.
"Apa?!" Ucap Jasmine terkejut.
"Uncle.. aku.. bisa jelaskan. Kejadian ini hanya kesalahan. Jadi tidak perlu sampai harus menikah" ucap Jasmine gugup memberanikan diri.
"Mine, ini bukan masalah sepele. Kau telah kehilangan kevirgianmu." Ucap Mr. Williams emosi.
"Aku dan kak David, kami berdua mabuk. Semalam, kami melakukannya tanpa sadar" ucap Jasmine gugup.
"Aku melakukannya secara sadar" sela David Dingin menatap tajam Jasmine. Jasmine terkejut dan kesal karena David semakin memperkeruh keadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Was My First Love by Ibelcia (End)
Fiksi UmumDisaat aku menginginkanmu untuk berada di sisiku, takdir menjauhkanmu dariku. Namun, di saat aku sudah tidak lagi mengharapkanmu, mengapa takdir menuntunku kembali kepadamu? Jasmine Dowson