Sepasang mata coklat mengedar di tengah keramaian club malam, Jakarta. Ia mengepalkan tangan, mencari sosok yang membuatnya kesal. Dengan langkah lebar, tak peduli berapa kali Ia menubruk pengujung club, mendekati sosok yang hampir tak sadarkan diri.
"Abang!" Teriak Freen. Ia menepuk punggung laki laki itu keras. Freen melingkarkan lengan itu di pundak, membopong keluar dari tempat itu. Sayangnya, tubuh Freen tak kuat menahan beban tubuh laki laki itu, membuat tubuh keduanya terjatuh.
"Sehari Abang ga ngerepotin Freen bisa ga sih?" Gerutu Freen. Freen terkejut ketika ada seseorang yang menepuk pundaknya.
"Butuh bantuan?" Tanya seorang perempuan. Freen melihat perempuan itu dari atas sampai bawah, memastikan bahwa perempuan yang di hadapannya ini bukan orang jahat.
"Halo?" Perempuan itu menyadarkan Freen. Dengan cepat, Freen kembali sadar dalam lamunannya.
"Butuh, bisa tolong bantuin bawa Abang ke dalem mobil ga?" Jawab Freen.
Perempuan itu mengangguk, segera membantu membopong tubuh Saint keluar dari club. Tepat di depan mobil, Freen membukakan pintu mobil, membantu perempuan itu meletakkan tubuh Saint di kursi penumpang.
"Thanks" Ucap Freen. Perempuan itu menatap Freen lama, sebelum akhirnya dia mengangguk.
Hanya mendapatkan anggukan, Freen merasa canggung. "Aku pulang dulu."
Ketika Freen hendak masuk kedalam mobil, perempuan itu menahan lengan Freen.
"Nama lo siapa?"
"Ga usah nanya nama. Makasih atas bantuan tadi, aku pamit." Ucap Freen.
"Oh oke, hati hati"
Freen menangguk, mobil melaju cepat, meninggalkan senyuman tipis yang terukir di bibir perempuan tadi.
***
Saat Saint membuka mata, rasa pusing langsung menderanya. Ia memijit pelipis beberapa kali, berusaha menghilangkan rasa pusing. Keningnya berkerut saat dirinya sadar bahwa Ia berada di kamarnya. Siapa yang bawa gue balik? Tanya Saint dalam hati. Matanya melotot lebar saat Ia ingat siapa yang membawanya pulang.
Saint turun dari kasur dengan cepat, mencuci mukanya, semakin lama Ia keluar, semakin lama pula omelan adiknya. Benar saja, baru Saint membuka pintu, Ia sudah melihat Freen berdiri sembari bersikap dada.
"Pagi, Freen adikku yang cantik sealam semesta." Saint tertawa canggung.
"Pagi juga abangku yang paling ganteng" Balas Freen datar.
"Gimana tadi malem? Enak mabuk mabukkan di club, sementara adiknya khawatir Abangnya ga pulang pulang?"
Saint menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Maafin Abang ya, Freen."
"Maaf? Gampang banget Abang ngomong maaf! Abang tahu gak seberapa khawatir Freen tau Abang belum pulang tengah malem. Untung Abang telepon Freen, coba kalau gak"
"Sumpah, Abang janji ga mabuk lagi" Saint mengangkat dua jarinya. "Tadi malem yang terakhir deh."
"Halah, bohong! Nanti juga di ulangin lagi"
"Kali ini beneran janji"
"Minggu lalu juga Abang ngomong gitu, tapi masih aja di lakuin."
"Janji tadi malem terakhir Abang ke club."
"Bohong!"
"Jajan sepuasnya selama seminggu"
Freen menelan ludah mendengar tawaran menggiurkan dari Saint. Freen kembali tersadar, Ia memukul dada Saint kencang, membuat Saint mengeluh sakit.
"Ga usah nyogok! Udah ga mempan"
Saint berlutut di hadapan Freen, mendongakkan kepalanya menatap ke arah Freen, lalu meraih tangan Freen.
"Maafin Abang ya. Abang janji ga bakal ke club lagi, tadi malem beneran yang terakhir Abang ke club. Maafin ya?"
Kalau Saint sudah berlutut seperti ini, Freen tidak bisa menolak. Walaupun pada akhirnya Saint akan mengulanginya lagi. Dengan berat hati, akhirnya Freen mengangguk.
"Jangan di ulangi lagi, atau Freen bakal lapor ke Ibu!" Ancam Freen.
Saint mengangguk cepat, Ia berdiri dan mengecup kening adiknya sekilas. Freen menggelengkan kepalanya melihat kelakuan dari abangnya. Terkadang, Freen bingung siapa yang berperan sebagai kakak disini, dirinya atau Saint?
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Obsessed With You - END
Fantasy"I wants you, Freen. I'm so obsessed with you."