"Bunda... "
Freen langsung memeluk Austin– Bunda Namtan, yang sedang menangis tersedu di depan ruang ICU. "Namtan, nak, Namtan" racau Austin. Wanita itu langsung memesan tiket pesawat Bali-Jakarta saat mendapat kabar dari suaminya bahwa Namtan dirampok saat pulang sekolah.
Maaf, Bunda.
Melihat keadaan Namtan, membuat lutut Freen lemas. Ia menatap nanar ruang ICU tempat Namtan di tangani sekarang. Dalam hati Ia terus merutuki Rebecca. Semua ini karena ulah perempuan itu!.
Kondisi Abang dan Ibunya, membaik. Namun, Rebecca membawa Abang dan Ibu Freen pergi jauh dari Indonesia. Awalnya, Freen tidak setuju, Ia tak bisa berjauhan dengan Abangnya, apalagi Ibunya. Namun, Rebecca mengancam keselamatan keduanya, dan juga Namtan.
Tak hanya Arm, Austin dan Freen. Kayavine–biasa di panggil Kay, adik Namtan yang berusia tiga tahun lebih muda, juga tampak kacau. Meskipun Ia tak menangis, tatapan Kay sangat menunjukkan bahwa Ia khawatir. Entah sudah berapa kali Kay menoleh ke arah pintu ICU. Win dan Pond pun sudah berada disana.
Dokter keluar dari ruangan, mengarahkan kedua orang tua Namtan untuk pergi bersamanya. Pikiran Freen kosong. Gadis itu sangat takut sesuatu yang buruk terjadi pada Namtan. Bahkan Ia tak sadar ponselnya terus bergetar.
"Po, Namtan bakal baik baik aja kan?" Tanya Freen. "Kay? Namtan dia bakal baik baik aja kan? Namtan bakal sembuh kan?"
"Freen... " Pond memeluk Freen. Lagi lagi, Freen menangis dalam pelukan Pond.
"Please, bilang sama gue kalau dia baik baik aja" Ucap Freen di sela tangisnya.
"Namtan bakal baik baik aja. Lo tenang ya" Ucap Pond sambil mengelus punggung Freen.
"Ini salah gue" Racau Freen. "Salah gue, Pond..."
"Bukan salah lo Freen. Namtan masuk rumah sakit karena di rampok. Lo nggak salah Freen." Freen memejamkan matanya mendengar ucapan Pond.
Lo nggak tau Pond, kalian semua nggak tau.
Freen menguraikan pelukan, karena ponselnya terus berbunyi.
30 missed call from Rebecca.
Rebecca
Time's up. Get back to the car.Rebecca
Kalau kamu nggak balik dalam lima menit, aku samperin.Freen melotot. Ia baru ingat, Rebecca hanya memberinya waktu lima belas menit. Freen langsung memasukkan ponselnya ke saku. "Gue harus pergi" Ucapnya.
"Kemana? Lo nggak mau nunggu kabar lebih lanjut?" Tanya Win.
Mau, bahkan kalau bisa, gue nggak mau pergi.
"Gue nggak bisa. Tolong sampaikan ke Bunda sama Ayah ya. Kalau ada waktu, gue ke sini lagi." Ucap Freen parau. Freen langsung berlari pergi menuju parkiran. Gadis itu memelankan langkahnya saat melihat Rebecca baru keluar dari mobil, menatapnya tajam.
"Masuk." Freen menurut. Begitu keduanya sudah berada di mobil, Rebecca langsung menciumnya dengan kasar. Freen sampai memukul dada Rebecca karena kesulitan bernapas. Air mata Freen kembali turun. Ia tak pernah di perlakukan seperti ini sebelumnya.
Freen mengangkat tangan, hendak menampar Rebecca. Sayangnya, Ia kalah cepat. Rebecca menahan kedua tangan Freen, lalu menyeringai puas.
"Brengsek!" Umpat Freen.
"Aku bisa hukum kamu lebih dari ini kalau kamu membangkang."
"Membangkang apa!" Tanya Freen marah. "Aku bukan cewek murahan yang kamu perlakukan seenaknya!" Freen memang menggunakan 'aku-kamu', karena Rebecca memaksanya. Kalau Freen menolak, Rebecca mengancam akan berbuat lebih pada Abang, Ibu dan Namtan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Obsessed With You - END
Fantasy"I wants you, Freen. I'm so obsessed with you."