IOWY || 16

2.1K 198 7
                                    

"Becca! What are you doing here? How-"

"Morning, Mom," sela Becca sambil tersenyum lebar. Satu tangannya merangkul pinggang Freen. Tubuh mereka saling menempel. Becca tak membiarkan Freen berjarak sedikit pun darinya.

Carolina menatap kedua remaja yang sudah berseragam itu, heran. "Bukannya kamu masih di penthouse? Masuk lewat mana kamu!" tanya Carolina, la sangat yakin, dirinya sudah menempatkan banyak penjaga di mana mana. la sudah memerintahkan para penjaga itu untuk mencegah Becca masuk.

Tatapan Carolina beralih pada Bernadine. Wanita itu menyesap kopinya, seolah tak peduli dengan apa yang sedang terjadi. Detik itu juga, Carolina tahu siapa yang membantu Becca.

"Ber?" panggil Carolina. Matanya menyipit, penuh selidik. Bernadine menoleh, lalu mengedikkan bahu.

"Ayo sarapan," ucap Bernadine, mengalihkan pembicaraan. Carolina mendengkus kesal. Wanita itu menatap Freen. Freen membalas tatapan Carolina sambil tersenyum, seolah mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja.

Becca duduk di kursinya. Saat Freen hendak berjalan ke sebelah Carolina, Becca langsung menarik tangan gadis itu hingga terduduk di sampingnya.

Para pelayan sibuk menyiapkan sarapan mereka ke piring. "Satu piring," ucap Becca saat pelayan hendak menyiapkan sarapan Freen di piring lain. Pelayan itu menurut, menggabungkan dua buah omelette ke dalam satu piring.

"Open your mouth," ucap Becca pada Freen. Freen menurut, membiarkan Becca menyuapinya. Sungguh, omelette yang masuk ke dalam mulutnya terasa hambar. Gadis itu sama sekali tidak nyaman duduk di sebelah Becca saat ini.

"We're going back to Washington tonight," ucap Bernadine tiba tiba. Semua mata tertuju pada wanita itu. Terutama Carolina yang matanya sudah hampir keluar.

"Tonight? I wanna stay longer," ucapnya.

Bernadine menggeleng tegas. "Kita kembali malam ini, Olin. Jangan membantah."

Carolina menghela napas. "Okay."

Tanpa mereka sadari, Becca dan Bernadine saling melemparkan tatapan penuh arti.

***

"Mommy...." Freen memeluk Carolina sambil menangis sesenggukan, Rasanya berat sekali melepas Carolina pergi. Kepergian wanita itu, sama dengan perginya malaikat pelindung Freen. "Udah, jangan nangis" kata Carolina lembut. Wanita itu menghapus air mata Freen, lalu tersenyum teduh, "Baik-baik, ya. Kalo Becca macem-macem, lapor aja ke Mommy."

"Time's up. We have to go now." sahut Bernadine datar. Sejak tadi, dirinya dan Becca hanya memandangi kedua perempuan itu saling berpelukan. Sangat membosankan.

Baik Freen maupun Carolina, keduanya menoleh ke arah Bernadine. Wajah Freen semakin lesu. Dengan berat hati, gadis itu melepaskan pelukannya.

"Hati-hati, Mom," ucap Freen, la tak mengatakan hal yang sama pada Bernadine, karena jujur saja, ia takut dengan wanita itu. Bernadine seperti bisa membunuhnya kapan saja kalau wanita itu mau. Apalagi, wajahnya sangat mirip Becca. Membuat ketakutan Freen berlipat ganda.

Carolina mengangguk. la mencium kening Freen sekilas. Lalu, matanya menatap tajam ke arah Becca. "Inget pesan Mommy tadi." Becca hanya bergumam malas.

Bernadine merengkuh pinggang Carolina, membawa wanita itu keluar dari rumah. Koper-koper mereka sudah dimasukkan para pelayan ke dalam mobil yang berbeda. Sudah menjadi kebiasaan, bahwa koper dan pemiliknya selalu ditempatkan dalam mobil yang berbeda. Tak hanya itu, mobil mereka pasti dikawal oleh tiga mobil lainnya di depan dan belakang.

I'm Obsessed With You - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang