IOWY || 14

2.4K 216 6
                                    

"Freen? Lo kenapa?"

Freen tersentak dari lamunannya begitu mendengar suara Nam. Ia buru buru menggeleng. "Nggak, nggak apa."

"Nggak apa gimana? Tangan lo tremor gitu" Nam menunjuk tangan Freen yang terus bergetar. Nam menggenggam tangan Freen yang terus bergetar, menenangkan.

Nam sudah kembali ke bangkunya, di sebelah Freen. Sejak Becca mengembalikan anggota OSIS ke posisi mereka semula, Nam sudah tak marah lagi pada Freen. "Tangan lo dingin. Lo yakin baik baik aja?"

Freen mengangguk lagi. Ia berusaha kembali fokus pada guru yang menerangkan di depan, tetapi usahanya tetap sia sia. Di otaknya, hanya terbayang kekejaman dan semua perbuatan mengerikan Rebecca.

"Jadi milik gue atau Ibu dan Abang lo celaka"

"Kamu nggak dalam posisi memilih Freen. Aku yang nentuin semuanya. Kamu, hidup kamu, semuanya milik aku."

"Mulai sekarang, aku nggak akan ngerem lagi. Biar kamu tau siapa pemilikmu yang sebenarnya."

"I burned your house. Sekarang, rumah kamu disini. Sama aku."

"Hm. I put her in a coma. Karena pacarku yang nakal ini kabur ke ruang OSIS kemarin."

"No one can touch you, Freen. No one can touch what's mine."

"Freen kamu baik baik saja?"

Entah sejak kapan, Bu Natalie– guru Biologi yang tadi sedang mengajar di depan, sudah berada di samping Freen, menatap Freen khawatir. Tak hanya Bu Natalie, tetapi seisi kelas juga menatap Freen khawatir sekaligus penasaran. Bagaimana tidak? Freen menangis, tubuhnya bergetar. Freen seperti baru saja melihat hantu.

Buru buru Freen menghapus air matanya. "S-saya boleh izin ke toilet bu?"

Bu Natalie mengangguk. "Kalau kamu sakit, kamu bisa mengurus surat izin pulang, atau istirahat aja di UKS."

Freen tersenyum tipis. "Nggak usah Bu. Saya izin ke toilet aja untuk cuci muka" Balas Freen. Gadis itu berdiri, lalu berjalan keluar dengan langkah cepat, tak ingin berlama lama menjadi pusat perhatian. Begitu keluar, Freen langsung disambut puluhan orang berseragam hitam tersebar di seluruh penjuru lorong. Lebih tepatnya, di seluruh penjuru sekolah.

Becca memang sengaja menyebar anak buahnya untuk menjaga Freen di sekolah. Ia benar benar tak mau kejadian waktu itu terulang lagi. Becca bahkan tidak peduli kenyamanan orang lain. Yang jelas, Ia ingin Freen aman.

Sesampainya di toilet, Freen langsung membasuh wajahnya di wastafel. Freen menatap pantulan wajahnya di cermin. Keadaannya cukup kacau. Bibirnya pucat dan bergetar karena habis menangis. Mata Freen memerah, penampilan Freen berantakan. Freen juga terlihat lebih kurus dari sebelumnya.

"Sweetheart, are you okay?"

Freen langsung mundur, saat melihat Becca sudah berdiri di sebelahnya. Bahkan, suara pintu pun Freen tak mendengar. Becca menatap Freen khawatir. Ia menggeram marah saat Freen kembali mundur, menghindari sentuhannya.

"J-jangan sentuh" Ucap Freen terbata. Masih teringat jelas, bagaimana Becca dengan santainya mengaku bahwa ialah yang membunuh Emily dan kedua temannya, tadi pagi. Freen terus mundur, hingga punggungnya membentur tembok.

"Why?" Tanya Becca. Wajahnya memelas beberapa detik, sebelum digantikan seringaian mengerikan, persis seperti tadi pagi. "Kamu masih takut?"

"Ng-nggak, jangan mendekat." Freen menggeleng cepat. Freen kembali menangis, tubuhnya kembali bergetar. Tubuhnya pasti sudah menghantam lantai, kalau saja Becca tak sigap menopangnya.

I'm Obsessed With You - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang