Freen menekan tombol flush setelah mengeluarkan isi perutnya, lalu menuju wastafel untuk mencuci mulut. Tak lama, pintu kamar mandi terbuka, memunculkan sosok Becca yang menatap istrinya khawatir.
"Kamu kenapa?" Tanya Becca. la memijat pelan tengkuk Freen.
"Nggak tau." Balas Freen. la baru saja melangkah keluar dari toilet, namun rasa mual itu kembali menyerang, membuat Freen berlari masuk dan memuntahkan cairan bening yang sama.
"Sayang, aku panggil dokter." Ucap Becca. Becca segera mengeluarkan ponselnya, menghubungi anak buahnya. Sebelah tangannya memegangi rambut Freen agar tak mengganggu.
"Udah?" Tanya Becca. Freen mengangguk. la kembali menekan tombol flush dan mencuci mulut. Setelahnya, Becca menuntun Freen untuk kembali berbaring di ranjang.
Tak lama, seorang dokter wanita masuk bersama beberapa pelayan. Dokter itu menunduk hormat pada Becca dan Freen, sebelum mulai memeriksa Freen.
"Apa ada keluhan, Nyonya?" Tanyanya. Freen yang masih menggenggam tangan Becca, tampak berpikir.
"Akhir-akhir ini aku mudah sekali lelah, sering pusing dan mual. Aku juga mulai kehilangan nafsu makan."
Dokter Prim mengangguk paham. "Kalau saya boleh tahu, kapan terakhir Nyonya menstruasi?"
Freen tersentak. la baru ingat, sudah lama sekali ia tak menstruasi. "Ini sudah lewat tiga minggu dari jadwal."
Dokter Prim tersenyum. la mengeluarkan beberapa test pack, lalu memberikannya pada Freen. "Mungkin, Nyonya bisa memeriksa terlebih dahulu. Karena menurut gejala yang Nyonya sebutkan tadi, Nyonya sedang hamil."
Jantung Freen berdegup begitu kencang, begitu juga Becca. Mereka berdua saling tatap. Ada binar penuh harap di mata keduanya.
Freen mengambil test pack itu, lalu bangkit dari posisinya dengan dibantu Becca.
"Mau aku temenin?" Tanya Becca. Freen menggeleng, berjalan dengan hati hati menuju toilet.
Becca mondar mandir di depan toilet dengan perasaan cemas. Tak jauh berbeda dengan Becca, Freen yang berada di dalam pun sama cemasnya. Apalagi, setelah melihat sorot mata Becca tadi.
la takut dirinya tidak hamil dan membuat Becca kecewa.
Freen menunggu dengan sabar di dalam toilet. la terus merapalkan doa dalam hati, semoga apa yang dikatakan dokter Prim tadi benar. Karena kalau tidak, Freen... ah, semoga saja benar.
Setelah menunggu hingga waktu yang ditentukan, Freen mulai mengambil ketiga testpack itu. la menutup matanya, berdoa sebelum benar benar membalik testpack-nya. Setelah siap, barulah Freen melakukannya.
Dua garis merah. Di ketiganya.
Freen menutup mulutnya tak percaya. Matanya tiba tiba memanas, air mata mulai jatuh tak lama setelahnya.
Astaga, dia hamil!
"Freen! Kamu nggak apa, kan?" Tanya Becca dari luar sana. Freen buru buru mencuci testpack-nya, lalu membawanya keluar dari toilet.
"Gimana, Say—" Belum sempat Becca menyelesaikan kalimatnya, Freen sudah lebih dulu memeluk istrinya erat.
"I'm pregnant." Bisiknya.
Tubuh Becca langsung menegang. Otaknya mendadak blank. Butuh beberapa saat sampai Becca benar benar bisa mencerna ucapan Freen.
"Are you serious?"
Freen mengangguk. "Iya, Sayang. Aku hamil."
Becca langsung memeluk Freen erat. Rasanya.... entah, Becca tak bisa mendeskripsikannya. la terlalu senang, sampai rasanya matanya panas. Mati matian Becca menahan diri untuk tak menangis, mengingat masih ada dokter Prim di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Obsessed With You - END
Fantasy"I wants you, Freen. I'm so obsessed with you."