Sebuah bangunan megah berwarna hitam dengan desain yang modern adalah hal pertama yang menyambut kedatangan Freen dan Becca. Saking besarnya, Freen rasa bangunan itu dapat digunakan untuk menampung puluhan ribu orang sekaligus.
"Biasa aja mukanya." Freen yang tanpa sadar bengong saat melihat bangunan di hadapannya, langsung kembali memasang wajah masam. Gadis itu masih menatap ke luar jendela, enggan menoleh ke arah manusia setengah iblis yang duduk di sampingnya saat ini.
"Jangan turun dulu, tunggu aku." Pinta Becca. Freen pun sadar diri, ia sedang berada di tempat yang asing sekarang. Karena itulah, ia tidak berani berbuat macam-macam.
Begitu keduanya memasuki mansion, puluhan wanita berseragam pelayan langsung menyambut mereka sembari membungkukkan badan. Namun, bukan hal itu yang menarik perhatian Freen, melainkan patung naga yang tersebar di mana mana. Satu hal yang Freen sadari, bahwa baik mansion ini maupun rumah serta penthouse Becca, semuanya dominan hitam dan memiliki patung atau ukiran naga emas di mana mana.
"Selamat datang, Nona Muda. Selamat datang, Nona." Sapa Benyapa, kepala pelayan. Becca tak menjawab, ia tetap berjalan. dengan angkuhnya. Karena itulah, Freen terpaksa menyunggingkan senyum tipis untuk menghormati wanita paruh baya itu.
"Antarkan dia ke kamarnya" Titah Becca. Benyapa mengangguk "Mari, ikut saya, Nona."
Sebelum Freen ikut, Benyapa pergi. Becca sempat menarik gadis itu mendekat, lalu membisikkan, "jangan coba-coba kabur, Freen. Kamu tau konsekuensinya."
Freen tak menjawab. Setelah Becca melonggarkan pelukannya, gadis itu langsung menyusul Benyapa, Satu hal yang paling ia inginkan sekarang adalah menjauh dari Becca.
"Silahkan, Nona. Ini kamarnya." Benyapa membungkukkan badannya beberapa saat Freen berjalan melewatinya. Gadis itu mengamati seluruh isi kamar itu. Semuanya serba hitam dan terdapat ukiran naga emas di beberapa tempat.
"Terima kasih" Ucap Freen akhirnya.
Benyapa kembali membungkukkan badannya. "Kalau Nona butuh sesuatu, Nona bisa menggunakan telepon yang ada di nakas untuk menghubungi kami."
Freen tersenyum tipis, lalu mengangguk.
Selepas kepergian Benyapa, Freen kembali menyusuri setiap sudut kamar. Gadis itu sampai tidak sadar Becca sudah bersandar di ambang pintu, memperhatikannya sembari bersedekap. Senyum tipis terukir di bibir Becca melihat tingkah Freen yang tampak lucu baginya.
"Suka kamar baru kamu?"
Freen langsung menoleh, Gadis itu segera mengalihkan pandangannya, masih enggan menatap Becca.
"Lebih suka pulang ke Jakarta, sama Abang" Jawab Freen. Meski pelan, namun Becca masih bisa mendengarnya. Bibir perempuan itu sontak menipis marah.
"Semakin sering kamu minta pulang, kamu bakal semakin lama di sini." Tuturnya tegas, Mendengar itu, Freen langsung menoleh.
"Nggak bisa gitu, dong! Aku mau balik ke Jakarta, ketemu Abang!Kamu nggak bisa seenaknya, Becca!"
"Buktinya aku bisa" Jawab Becca dengan nada menyebalkan. "Kamu udah tanda tangan perjanjian, Freen."
Freen menghela napas panjang, berusaha memadamkan api yang menyala dalam dirinya. Satu hal yang sangat ingin ia lakukan
sekarang adalah membakar Becca dengan api emosi yang sekarang sedang membakar dirinya."Terserah kamu" Ucap Freen akhirnya.
"Hm. Emang sejak awal, semuanya terserah aku." Becca berjalan mendekati Freen. la menarik dagu gadis itu, memaksa Freen menatap matanya. Becca tidak mengatakan apa pun, hingga akhirnya, sebuah kecupan singkat mendarat di bibir Freen.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Obsessed With You - END
Fantasy"I wants you, Freen. I'm so obsessed with you."