"Kamu ini gimana sih, Nak? Masa dari semua anak temen Bunda nggak ada yang bikin kamu tertarik satu pun?"
Austin menatap Namtan kesal. Mereka baru saja pulang dari acara arisan di rumah salah satu teman Austin. Ini sudah yang kesekian kalinya Namtan dipaksa ikut menghadiri acara arisan. Entah sudah berapa banyak gadis yang dikenalkan padanya, namun Namtan selalu menolak halus.
Tak mendapat jawaban dari sang putri, Austin kembali memanggil. "Namtan!"
Lamunan Namtan buyar. "Ya, Bun? Maaf, Namtan nggak fokus" Balas Namtan.
Austin menghela napas. "Kamu belum lupain dia, ya? Udah berapa lama dia ninggalin kamu tanpa kabar, Nak? Udah sebulan lebih, Iho. Waktunya kamu move on."
Namtan menggeleng pelan. "Maaf, Bunda. Namtan nggak bisa semudah itu lupain Freen. Namtan sama Freen masih pacaran. Selama belum ada kata putus dari mulut Namtan atau Freen, dia masih pacar Namtan. Namtan harap, Bunda bisa hargai hubungan kita."
Austin menatap anaknya dalam. Sebegitu besarnya cinta Namtan terhadap Freen. Jangan kira Austin tak tahu, bahwa selama ini Namtan terus mencari keberadaan Freen di belakangnya. la membiarkannya, karena Austin pikir, Namtan akan cepat menyerah. Namun nyatanya tidak.
"Bun? Namtan ada nyinggung Bunda, ya? Namtan mi-"
"Ya, udah. Terserah kamu" Balas Austin. Dahi Namtan berkerut, bingung.
"Kamu boleh cari dia. Nggak usah sembunyi-sembunyi lagi. Bunda tahu kok, selama ini kamu nyari Freen di belakang Bunda. Mulai sekarang, Bunda bakal berhenti jodoh-jodohin kamu sama anak temen-temen Bunda. Bunda juga minta maaf, kalo selama ini Bunda terlalu maksa kamu."
Mendengar ucapan Bundanya, senyum Namtan terbit. "Beneran Bun?"
Austin mengangguk. "Maafin, ya, Bunda terlalu egois selama ini." Namtan langsung memeluk Austin erat. "Makasih, Bunda."
***
"Wanjir sumpah Tante Austin ngebolehin?" Teriak Win heboh.
Namtan mengangguk. "Ternyata, selama ini Bunda gue tau kalo kita nyariin Freen."
"Baguslah, sekarang kita nggak perlu sembunyi-sembunyi lagi!" Sahut Pond bersemangat. "Ayo, mumpung hari ini libur. Kita harus cari Freen ke mana? Mau ke kampus abangnya Freen lagi? Tapi gue sangsi bakal ketemu. Tuh orang licin banget kayak belut, bikin gue makin curiga aja. Susah banget sih ditemuin!"
"Lo yakin, Namtan, waktu itu pernah ngeliat abangnya Freen di kampus? Lo salah liat, kali! Apa Freen ngikut orang tuanya, ya? Tinggal di mana tuh mereka? Jepang?"
"New York" Balas Namtan.
"Nah, bener!" Win menjentikkan jarinya sambil berseru heboh. "Apa kita susulin aja ke New York?"
"Duit lo ya, Win?" Tanya Pond
"Oke, sana pesen tiket. Gue bayarin semuanya!"
"Cih. Uang kas masih nunggak aja banyak gaya!" balas Pond sengit. Laki laki itu menyeruput ice matcha latte miliknya, mendinginkan kepalanya yang panas. Saat ini, ketiga sahabat itu sedang berada di cafe baru yang terletak di dekat bekas rumah Freen. Sekalian mengisi perut sebelum lanjut mencari keberadaan sahabat mereka itu.
"Namtan, Namtan! Itu abangnya Freen bukan, sih! Eh, bener, Tan!" Win tiba tiba berseru heboh. Pond dan Namtan langsung menoleh ke arah pandang Win. Mata Namtan memelotot lebar melihat sosok laki-laki dengan kaus hitam dan celana training abu-abu sedang mengambil pesanan di kasir.
Benar, itu Saint.
Tanpa menunggu lagi, Namtan langsung bangkit, "Bang Saint!" teriaknya. Tak ia pedulikan seisi cafe yang langsung menatapnya dengan pandangan terganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Obsessed With You - END
Fantasy"I wants you, Freen. I'm so obsessed with you."