Becca menjalankan mobilnya, keluar dari parkiran. Banyak sekali hal yang ingin Freen katakan, salah satunya Ia ada dimana?. Namun, nihil, alarm tanda bahaya sudah berkumandang di telinga Freen, seolah menyuruhnya untuk bungkam. Selama perjalanan, tak ada yang buka suara. Sesekali, Freen melirik Becca, lalu kembali mengalihkan pandangannya. Perempuan itu sedang marah. Benar benar marah.
Mobil yang di kemudikan Becca berhenti di parkiran basement sebuah apartemen mewah yang terletak di tengah kota. Yang Freen tahu, satu unit apartemen disini seharga tiga buah rumahnya. Itu pun sudah yang paling murah.
"Turun."
Entah sejak kapan, pintu mobilnya sudah dibuka oleh Becca. Freen melepas sabuk pengaman, lalu keluar dari mobil. Baru saja Freen hendak bertanya, Becca sudah menyeret nya menuju lift. Perempuan itu menempelkan sidik jarinya.
"Bec–"
"Diam Freen."
Freen langsung bungkam. Angka di layar terus bertambah, menandakan lift terus bergersk naik. Hingga akhirnya, lift berdenting di lantai 48. Saat itulah, mulut Freen langsung menganga lebar. Selama hampir tujuh belas tahun Ia hidup, baru kali ini Freen melihat apartemen semewah ini secara langsung. Tidak, bukan sebuah apartemen. Melainkan sebuah penthouse.
Lamunan Freen langsung buyar saat Becca menariknya menuju ruangan. Detik itu juga, Freen kembali dilanda cemas.
"Eh, ngapain kesini!" Tanya Freen. Freen berusaha berontak untuk kabur. Meskipun kamar itu terlihat sangat nyaman, tapi kalau berdua dengan perempuan gila ini, Freen tidak mau!.
"Jangan melawan" Geram Becca. Kali ini, Freen tak menggubris. Ia berusaha menarik tangannya yang di cengkram kuat oleh Becca.
Becca semakin kesal, Ia menarik Freen kasar, lalu menghempaskan gadis itu di ranjang.
"Mau ngapain!" Tanya Freen melotot. Becca tak menjawab. Sebelah tangannya Ia gunakan untuk menahan Freen, sedangkan tangannya yang lain bergerak mencari sesuatu di nakas.
"Becca, please lepasan. Jangan gini!" Freen mulai menangis. "Maaf, aku nggak akan kabur. Janji! Ini lepasin!"
Becca tetap tak menggubris. Ia mengambil kunci dari nakas, lalu berdiri hendak meninggalkan Freen.
"Becca!" Freen hendak berlari keluar, namun Becca lebih dulu menangkap tubuh gadis itu, lalu memukul tengkuk Freen hingga gadis itu kehilangan kesadarannya. Ia membaringkan tubuh Freen di ranjang, lalu tersenyum lembut.
"Selamat tidur, sayang."
***
Seorang pria melangkah di atas lantai yang dilapisi marmer. Ia merapikan jas yang membalut tubuhnya, lalu berhenti di sebuah pintu hitam dengan ukiran bermotif naga yang dilapisi emas. Dua orang maid yang menjaga, langsung membukakan pintu untuknya.
Pria itu berjalan mendekati seorang wanita yang duduk di kursi kebesarannya. Usia mereka tak berbeda jauh, tetapi terlihat wanita yang duduk itu berusaha beberapa tahun lebih tua. Wanita itu menatap tangan kanannya yang baru saja masuk dengan sebelah alis mengangkat, meminta penjelasan atas kedatangannya.
"Saya membawa informasi mengenai Nona Muda, Nyonya."
Mendengar kata 'Nona Muda', seorang wanita yang sangat cantik, langsung melangkah menghampiri.
"Saya harap, kamu bawa berita baik, jeff." Ucap wanita itu. Ia duduk di sofa yang terletak di sebelah meja kerja istrinya.
"Sangat baik Nyonya" Ucap pria yang tadi masuk. "Nona Muda... Sudah menemukannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Obsessed With You - END
Fantasy"I wants you, Freen. I'm so obsessed with you."