IOWY || 18

1.9K 203 2
                                    

Freen memperhatikan jalanan yang terlihat dari kaca mobil, takjub. Sudah berapa lama ia tak melihat pemandangan seperti ini? Gedung-gedung tinggi, kendaraan yang berlalu-lalang, suara klakson, pengamen dan penjual koran di lampu merah, pedagang kaki lima, anak-anak SMA yang menunggu jemputan di depan sekolah. Rasanya sudah lama sekali Freen tak melihatnya. Seminggu terakhir ini, yang Freen lihat hanyalah wajah pelayan, Becca, dan dedaunan.

Becca mengamati wajah Freen dari samping. Gadis itu begitu cantik, apalagi dengan senyum tipis yang tersungging di bibir pucatnya, menambah kecantikan Freen. Melihat senyum gadisnya, senyum Becca ikut mengembang.

*You can open the window, if you want." Ucapnya saat mereka memasuki wilayah yang cukup sepi kendaraan. Becca menoleh sekilas, sebelum kembali menatap ke depan. Satu tangannya menggenggam tangan Freen erat, yang lainnya ia gunakan untuk mengendalikan kemudi.

Tanpa membalas Becca, Freen langsung menurunkan kaca mobilnya. Gadis itu memejamkan mata sejenak, menikmati angin sejuk yang menerpa wajahnya.

Semakin lama, jalan yang mereka lewati semakin sepi kendaraan. Hanya ada dua mobil, mobil yang dikendarai Becca, dan satu mobil pengawal yang mengikuti mereka dari belakang. Dahi Freen mengernyit.

"Kok ke sini? Katanya mau ketemu Abang?" Tanya Freen. Freen mulai was was, takut Becca melakukan sesuatu yang buruk padanya, lagi.

Becca tak menjawab, Keringat dingin mulai mengucur di pelipis Freen. Pikiran-pikiran buruk mulai menguasai otaknya. Freen kembali ketakutan. Saking takutnya, tanpa sadar Freen mengeratkan genggaman tangan mereka. "It's okay, Sayang. Kita beneran akan ketemu Saint." Ucap Becca tenang. Sayangnya, ucapannya sama sekali tak membuat Freen tenang. Freen terus menoleh kesana kemari, berusaha untuk tetap waspada.

Tak lama, kedua mobil itu memasuki sebuah tempat yang membuat rasa was-was Freen makin menjadi-jadi. Apalagi, saat Freen membaca papan besar yang terdapat di dekat gerbang tadi.

"Ngapain ke sini? Aku mau ketemu Abang!" Ucap Freen. Becca tak menggubris. Becca turun, lalu memutari mobil, dan membukakan pintu untuk Freen, karena ia mengaktifkan mode child lock, untuk mencegah gadis itu kabur.

Becca mengulurkan tangan, membuka sabuk pengaman Freen. Namun, Freen menggeleng, kuat. Mata gadis itu sudah berkaca kaca.

"Mau ketemu Saint, kan?" Tanya Becca. Becca benar-benar tenang, sangat berbeda dengan Freen yang diliputi rasa khawatir.

Freen tak menjawab, la memalingkan wajahnya, tak mau turun. Saint tak mungkin di sini. Becca pasti membohonginya.

Becca menggeram. Kesabarannya habis. Becca menarik tangan Freen kasar, hingga gadis itu keluar dari mobil. Setelahnya, ia melempar kunci mobilnya pada pengawal, lalu menarik Freen masuk.

"Nggak. Aku mau ketemu Abang. Abang nggak mungkin di sini!" Freen terus meronta. Namun sayang, tenaga Becca jauh lebih besar. Gadis itu semakin takut saat melihat beberapa orang berseragam abu abu, terlihat berseliweran. Dari dulu, Freen paling takut bertemu dengan mereka. Sejak kecil, orang tua dan Saint selalu menakut- nakutinya, hingga akhirnya terbawa hingga Freen besar.

Freen akhirnya menangis. Semakin ke dalam, semakin banyak orang berseragam abu-abu itu. Gadis itu akhirnya pasrah. la membiarkan Becca menariknya, sedangkan ia memejamkan mata.

Tiba-tiba, Becca berhenti perempuan itu menarik Freen ke dalam pelukannya. Bukannya ia tak tahu kalau Freen takut pada polisi.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya seorang polisi yang bertugas.

"Kami ingin bertemu Saint Suppapong."

Pria berseragam polisi itu mengangguk. "Mari, ikut saya."

Polisi itu menuntun Freen dan Becca menyusuri lorong lorong kumuh. Freen semakin merapatkan tubuhnya saat melihat tampang tampang para tahanan yang begitu mengerikan di matanya. Tak hanya polisi, Freen juga takut pada pria-pria bertampang seram.

I'm Obsessed With You - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang