Becca tak bisa berhenti menatap wajah damai Freen yang sedang tertidur pulas. Diusapnya pipi gadis itu lembut. Senyum lebar sama sekali tak luntur dari bibirnya.
Setelah pengakuan Freen beberapa jam yang lalu, Becca tak pernah berhenti tersenyum. Bahkan, ia tidak bisa tidur karena terlalu senang.
Setelah memastikan Freen benar benar terlelap, Becca keluar dari kamar dan mendapati Saint yang sedang berada di mini bar, menenggak bir yang dibelinya di supermarket.
"Bir?" Tawar Saint. Becca menggeleng. Ia ikut duduk di kursi kosong yang ada di seberang Saint. Keduanya terdiam, larut dalam pikiran masing masing.
"Gue nggak tau gimana caranya ngasih tau Freen" Ujar Saint tiba tiba, membuat Becca menoleh. Senyum yang tadi menghiasi wajahnya, tiba tiba sirna.
"Gue pingin simpen aja fakta ini selamanya. Tapi gue nggak tau harus jawab apa tiap Freen nanyain tentang mereka." Saint mengusap rambutnya frustasi.
"Freen harus tau" Balas Becca. "Tapi nggak sekarang."
"Kapan?" Saint mendongak, menatap Becca dengan matanya yang mulai sayu. "Kita nggak bisa nyimpen ini terlalu lama."
"Nyimpen apa?"
Keduanya sontak terkejut mendengar suara Freen. Gadis itu menatap keduanya dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Kalian nyembunyiin apa dari, Freen?" Tanyanya. Becca segera bangkit, hendak menghampiri gadisnya. Namun, Freen melangkah mundur, menghindar.
"Sayang... "
"Apa yang kamu sembunyiin?" Tanya Freen. Mata gadis itu sudah memburam. Ia menatap Saint dan Becca bergantian. "Apa yang kalian sembunyiin?"
"Freen, gue-"
"Kasih tau Freen, Bang" Sela Freen parau. Gadis itu memejamkan matanya, membiarkan air matanya mengalir.
"Kasih tau Freen sekarang. Ini tentang Ibu sama Ayah, kan?"
Becca dan Saint kompak terdiam, membuat Freen semakin yakin bahwa dugaannya benar.
"Apapun kenyataannya, Freen siap terima. Tolong jangan sembuyiin apapun lagi."
Becca dan Saint saling berpandangan. Becca menghela napas, lalu bangkit dari tempatnya dan menghampiri Freen.
"Aku pulang dulu. Kalian berdua butuh waktu untuk bicara berdua." Ia mengecup pip Freen, lalu pergi dari apartemen Saint.
***
Becca membuka pintu apartemen Saint kasar. "Mana Freen?"
Saint menunjuk pintu kamar Freen dengan dagunya. "Sejak semalem, dia nggak mau keluar."
Becca langsung menghampiri pintu kamar Freen, menggedornya keras.
"Freen! Buka pintunya!" Teriaknya penuh perintah. Tak ada jawaban sama sekali dari dalam, membuat gedoran Becca semakin keras.
Saint menarik Becca, menyuruh Becca mundur. "Lo nggak bisa sekasar itu."
Becca berdecih. "Diem lo!" Balasnya sengit. "Gue minta kunci cadangan."
Saint segera merogoh salah satu laci, mengambil kunci yang diminta Becca. Tanpa membuang waktu, Becca segera membuka pintu kamar Freen. Baik Saint maupun Becca, langsung mendapati gadis kesayangan mereka sedang duduk di tengah ranjang, menghadap lurus kedepan. Pandangan Freen benar benar kosong, seolah hanya raganya yang hadir.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Obsessed With You - END
Fantasy"I wants you, Freen. I'm so obsessed with you."