Freen memandangi pantulan dirinya di cermin sembari tersenyum. Seragam yang Ia kenakan bukan lagi seragam putih abu abu biasa milik SMA Cendrawasih. Melainkan seragam khas SMA Garuda yang dinobatkan sebagai salah satu seragam termodis di Indonesia.
"Cantik banget pacarnya Namtan." Freen terkikik sendiri mendengar gumamannya. Setelah puas memandangi dirinya di depan cermin, Freen segera mengambil tas sekolahnya, lalu melangkah keluar dari kamar untuk sarapan.
"Pagi Abang, pagi Ibu" Sapa Freen saat bertemu dengan Abang dan Ibunya.
"Pagi Adikku yang jelek awh!" Saint meringis saat Freen mencubit pinggangnya.
"Ibu! Lihat Abang!" Adu Freen. Freen menarik kursi di hadapan Saint, mengabaikan gerutuan Abangnya. Dengan cekatan, Freen mengambil roti, dan mengoleskan selai stoberi.
"Kamu kayak sekolah di luar negeri" Celetuk Ibu.
"Ya, kan? Freen juga ngerasa gitu, Bu" Balas Freen antusias. Selama sarapan, Ia sama sekali tak melunturkan senyumnya. Hal itu cukup untuk membuat hati Ibu dan Saint menghangat.
"Pagi Abang, pagi Bu, pagi Freen"
Ibu, Saint dan Freen menoleh, mendapati Namtan yang muncul di ruang makan. Perempuan itu sudah siap dengan seragam putih abu abu yang di balut cardigan kesayangannya.
"Eh, Namtan" Balas Ibu.
"Namtan, sini duduk" Freen menepuk nepuk kursi di sebelahnya, dan Namtan menurut. "Kamu mau pake selai apa?"
"Apa aja deh" Balas Namtan. Freen segera menaruh rotinya di piring, lalu membuatkan Namtan roti dengan selai cokelat. Ia memang menyuruh Namtan untuk sarapan di rumahnya saja, karena mereka harus berangkat pagi. Kemarin malam, Namtan mengotot ingin mengantarkan Freen, padahal Freen sudah menolak mentah mentah karena takut merepotkan Namtan.
"Di hari pertama kamu sekolah, kamu pasti mau semuanya sempurna. Aku nggak mau ngerusak momen hari pertama kamu sekolah di Garuda. Kalau aku pake motor, rambut kamu pasti berantakan karena kena angin. Aku bawa mobil aja ya, ga boleh nolak."
Itulah yang dikatakan Namtan semalam. Sejak berteman hingga berpacaran, Namtan tak pernah sekalipun memarahi Freen. Ia selalu mengalah saat Freen sedang dalam mood yang buruk. Saat Freen mengomel pun, Namtan tetap sabar. Ia hanya sesekali menegur kalau memang Freen salah, itupun dengan kata kata yang sangat lembut agar Freen tidak sakit hati akan ucapannya.
"Melamun terus, sampai ga sadar kalau udah nyampe" Kata Namtan membuat Freen tergagap sendiri.
"Ah? Udah sampai ya?" Freen tertawa canggung. "Iya nih, melamun. Habisnya kamu cantik banget, sampe aku melamun, kamu tuh manusia atau bidadari ya."
"Kamu bisa aja. Kamu juga cantik banget kok hari ini" Balas Namtan. Mendengar itu, pipi Freen langsung bersemu merah. "Mau ditemenin turun?"
"Nggak usah deh. Kamu nanti telat." Balas Freen. "Makasih ya sayang, udah mau nganterin."
"Sama sama, cantik" Namtan menarik Freen mendekat, lalu mencium kening Freen lama. "Belajar yang baik ya. Nanti pulang aku jemput"
Freen mengangguk, masuk ke gedung SMA Garuda, menjadi SMA impian favorit semua orang. Selain SMA internasional, tentunya memiliki desain yang tak kalah menarik jika di sejajarkan sekolah elit luar negeri. Dilengkapi loker, empat lapangan indoor dan outdoor, bahkan kolam renang, auditorium mewah, dan ruang gym pun ada.
Hal itu yang membedakan sekolah ini dengan SMA Cendrawasih. Fasilitas yang ada, tak main main, begitu pula dengan uang sekolahnya. Hanya orang orang kalangan atas saja yang bisa masuk.
"Hai, gue boleh nanya?" Tanya Freen ramah pada seorang gadis berkacamata. Gadis itu menoleh, lalu mengangguk. "Ruang kepsek di mana ya?"
Gadis berkacamata itu menatap Freen asing. "Lo anak baru?" Freen mengangguk.
"Ikut gue" Gadis itu melangkah. Selama perjalanan, Freen tak berhenti di buat takjub oleh desain gedungnya, tinggi dengan warna yang cerah.
"Nih, disini ruang kepsek" Ucap gadis berkacamata itu. "Ada lagi yang bisa gue bantu?"
"Oh, nggak" Balas Freen. "Makasih ya"
"Kalau ada apa apa, lo bisa temui gue. Gue bakal bantu" Ucap gadis itu. "By the way, nama gue Nam. Gue dari Thailand. Kalau lo?"
"Freen. Gue asli orang Indonesia. Seneng bisa ketemu lo, Nam."
"Oh, orang lokal." Nam mengangguk. "Lo bisa cari gue di 11 IPA 3 atau di ruang OSIS, gue selalu disana" Jelasnya. "Gue tinggal dulu ya, bentar lagi bel. Bye"
Freen melambaikan tangannya pada Nam, yang di balas singkat oleh Nam. Freen mengetuk pintu ruang kepala sekolah dua kali, lalu membukanya perlahan. Seorang wanita paruh baya disanggul tinggi, yang Freen yakini sebagai kepala sekolah, menatap Freen dengan datar.
"Kamu siswi pindahan dari SMA Cendrawasih?" Tanya wanita itu. Freen mengangguk sopan. "Iya Bu"
"Ah, maaf" Wanita itu langsung berubah menjadi ramah, sangat ramah. Wajahnya yang tadinya kaku, langsung melunak. "Silahkan duduk"
"Selamat datang di SMA Garuda. Saya Godji, kepala sekolah disini. Senang bertemu dengan kamu, Freen."
Freen mengangguk sembari tersenyum. Jujur saja, Freen kurang nyaman dengan senyuman Bu Godji yang agak... Aneh?
"Kamu di tempatkan di kelas 11 IPA 3" Ucap Bu Godji. "Mari saya antar"
Freen tersenyum lebar. 11 IPA 3? Bukankah itu kelas salah satu murid yang ia temui tadi? Nam.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Obsessed With You - END
Fantasy"I wants you, Freen. I'm so obsessed with you."