IOWY || 32

2.3K 227 22
                                    

Pagi ini, Freen bangun lebih dulu daripada Becca. Ia melihat ke arah jam di nakas. Masih pukul enam pagi.

Gadis itu menyingkirkan tangan Becca yang melingkari perutnya dengan hati hati. Saat Freen hendak bangkit, tubuhnya kembali ditarik.

"Mau kemana?" Tanya Becca dengan suara khas bangun tidur. Mata Becca bahkan masih terpejam. Becca menggeser kepalanya, mencari ceruk leher Becca, lalu kembali tidur disana.

"Mau siap siap" Balas Freen. "Ayo bangun! Katanya mau jalan jalan."

Kemarin malam, Becca berjanji akan membawa Freen jalan jalan hari ini. Tentu saja Freen sangat antusias, ia jarang sekali keluar dari mansion. Tah hanya itu, Becca juga berjanji akan membiarkan Freen memilih destinasi yang ia inginkan.

"Lima menit." Becca bergumam. Ia meraih tangan Freen, lalu meletakkannya di sela sela rambutnya.

"Usapin."

"Nggak mau! Nanti kamu makin ngantuk. Kamu udah jan-"

Becca mengecup bibir Freen kilat, menghentikan omelan gadis itu.

"Iya, kita jalan jalan. Sana, mandi. Terus kita sarapan."

"Mau sarapan di luar." Balas Freen

"Mau makan apa emangnya?"

Freen mengetuk ngetuk jarinya di dagu, berpikir. "Ada restoran Indonesia nggak disini?"

"Nanti aku suruh mereka cariin."

Freen langsung bersemangat. "Yes! Oke, aku mandi dulu."

Satu jam kemudian, Freen dan Becca sudah berada di mobil. Freen terlihat begitu semangat, membuat Becca ikut senang melihatnya. Perempuan itu menyetir mobilnya mengikuti mobil pengawal di depannya. Sesuai permintaan Freen, pagi ini mereka akan makan masakan Indonesia.

Tak lama kemudian, kedua mobil itu tiba di sebuah restoran sederhana. Waktu masih menunjukkan pukul tujuh pagi, tetapi restoran sudah sangat ramai.

"Yey! Ayo!" Freen hendak turun, tetapi Becca menahan. Becca mengambil ponselnya dari saku, matanya masih menatap lurus bangunan di hadapannya. Keningnya berkerut dalam, bibirnya menipis marah.

"Bodoh! Kau menyuruhku makan di tempat seperti ini!" Becca langsung membentak anak buahnya saat telepon tersambung, membuat Freen terlonjak kaget.

"Kau ingin kehilangan kepalamu!"

Freen langsung mengusap tangan Becca yang menggenggam lengannya. Melihat Becca terus memaki anak buahnya, membuat Freen tak tega. Gadis itu kembali menatap bangunan restoran sederhana itu. Tak ada yang salah sama sekali. Lantas, apa masalahnya?

"Kita pulang. Mood aku udah jelek." Ucap Becca begitu ia mematikan sambungan teleponnya. Freen mencegah Becca yang hendak menyalakan mesin mobilnya.

"Kenapa? Apa yang salah?" Tanya Freen, mencoba lembut. Hampir satu tahun bersama, Freen mulai mengerti Becca. Kalau sedang seperti ini, Freen tidak bisa ikut marah. Ia harus menenangkan Becca.

"Kamu mau makan di tempat kayak gini?" Becca bertanya tak suka. "Tempatnya aja sampah, Freen!"

Ah, Freen mengerti. Becca tak biasa makan di tempat sederhana seperti ini. Sebenarnya, restoran itu sama sekali tidak buruk. Hanya standar Becca saja yang terlalu tinggi.

Bagaimana kalau Freen mengajak Becca makan di pinggir jalan? Ia tak bisa membayangkan betapa marahnya Becca.

"Ayo turun." Ajak Freen, masih dengan nada lembut. Becca menggeleng, tak mau. "Kita pulang. Aku suruh koki di rumah buat bikinin yang kamu mau."

I'm Obsessed With You - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang