Freen sedang menggulir layar tab miliknya. Sejak dua jam yang lalu, wanita itu sibuk mencari nama untuk sang calon buah hati yang menurut perkiraan dokter, enam minggu lagi akan lahir.
"Becca, ini bagus, nggak?" Tanya Freen. Becca yang sedang mengusap perut Freen dengan mata terpejam, mendongak.
"Nggak suka" Jawabnya, sebelum kembali memejamkan mata dan memeluk tubuh Freen.
Meski kadang Becca terkesan tak menyukai anak mereka, tapi sebenarnya ia sayang. Ia hanya terbakar cemburu saja kalau Freen lebih sering memperhatikan anak mereka yang bahkan belum lahir.
Freen kembali mencari nama lain. Sesekali, ia mencatat nama yang sudah ia pilih, dan nanti akan ia gabungkan menjadi sebuah kesatuan. Freen ingin nama anaknya terdiri dari tiga kata. Yang paling belakang, jelas Armstrong. Jadi, ia hanya perlu mencari dua lainnya.
Keheningan di antara keduanya pecah saat bayi dalam perut Freen menendang.
"Ssshhh" Freen meringis. Freen mengelus perutnya dengan gerakan memutar.
"Dia nendang, ya?" Tanya Becca. Freen mengangguk.
Becca meletakkan tangannya tepat di atas perut Freen. Tak lama, Freen kembali merasakan tendangan, membuat calon orang tua itu tersenyum.
"Kata orang, kalau udah gede mau jadi pemain bila. Makanya jago nendang." Celetuk Freen.
Becca menggeleng, tak setuju. "Kalau udah besar, dia bakal jago mukulin orang sampe mati. Makanya jago nendang."
***
Hari kelahiran sang putra hanya tinggal menghitung hari. Freen dan Becca sudah tak sabar lagi menantikan kelahiran putra pertama mereka. Sudah banyak sekali persiapan yang mereka lakukan, mulai dari memborong pakaian bayi dan perlengkapan lainnya, seperti stroller dan botol botol susu.
Tak hanya itu saja, Becca juga sudah menyiapkan kamar khusus di samping kamarnya. Ia juga sudah merenovasi sebagian kamarnya dan membuat pintu khusus untuk menyambungkan ruangan mereka.
Saat ini, Freen sedang menyusun baju baju calon bayinya di lemari. Senyum wanita itu tak luntur sejak beberapa jam yang lalu. Entah sudah berapa lama Freen menghabiskan waktunya di kamar bernuansa dominan hitam itu.
"Ternyata di sini." Freen mengelus tangan Becca yang tiba tiba memeluknya dari belakang. Becca menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Freen, menghirup aroma bedak bayi yang sudah menjadi favoritnya selama bertahun tahun.
"Dia nakal nggak hari ini?" Becca mengelus perut Freen penuh sayang. Ia masih tak menyangka, sebentar lagi ia akan menjadi seorang Ibu di usianya yang ke dua puluh lima.
"Nggak, kok. Pinter banget, malah. Dia udah nendang berkali kali hari ini." Ucap Freen bangga.
Becca berlutut di hadapan Freen, lalu menyingkap baju istrinya, menampilkan perut besar Freen. Becca membubuhkan kecupan kecupan manis untuk menyapa sang buah hati.
"Hi, Boy." Sapa Becca. Ia baru akan mencium perut Freen, namun urung saat tiba tiba bayinya menendang.
Becca dan Freen saling bertatapan. Dan tak lama, mereka tertawa bersama.
***
Mata Freen terpaksa terbuka saat merasakan sakit yang luar biasa di bagian perutnya. Wanita itu langsung membangunkan Becca yang sedang tertidur pulas.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Obsessed With You - END
Fantasy"I wants you, Freen. I'm so obsessed with you."