Nggak usah cari Freen lagi. Dia lebih baik tanpa lo.
Kata kata yang diucapkan Saint minggu lalu, membuat pikiran Namtan terusik. Namtan terus berusaha mencari kontak Saint, namun tak kunjung ia temukan. Setiap hari, Namtan terus bolak balik kampus dan rumah lama Freen, barangkali ia beruntung dan bertemu Saint lagi.
Freen lebih baik tanpa Namtan. Kalimat itu diucap Saint dengan nada yang begitu ketus, membuat Namtan terus mengintropeksi diri. Apa ia melakukan kesalahan? Atau ada sesuatu yang terjadi sebelum dirinya koma? Karena kejadian perampokan waktu itu, Namtan kehilangan sedikit memorinya. Hanya sebagian kecil, namun Namtan merasa, ada hal hal penting yang ia lupakan. Namtan terus berusaha mengingat, namun hasilnya selalu nihil.
Namtan rasanya ingin menyerah, tetapi ia tak ingin. Ia harus menemui Freen. Ia harus memastikan Freen baik baik saja, dan mendengar dari mulut gadis itu sendiri kalau memang Freen ingin menjauh.
Namun, kalau Freen benar benar mengatakannya, apakah Namtan siap menerima?
***
Keenam gadis itu berkumpul di sebuah ruangan yang lebih tertutup. Yeji duduk di samping Sohee, gadis yang sepantaran dengannya. Sedangkan Freen, duduk di sebelah Moon Ga Young di sofa seberang. Rose dan Chaeyoung duduk di sofa lain. Di tengah tengah mereka, terdapat gelas gelas minuman yang masih utuh dan berbagai makanan.
Mata Freen menangkap sebuah pigura besar. Sebuah foto keluarga. Disana, ada Bernadine, Carolina, Rebecca, Moon Ga Young, Sohee dan orang orang yang berada di sofa tadi. Hanya itu yang ia tahu. Sisanya tidak. Di sisi dinding yang lain, juga terdapat foto foto keluarga yang lebih kuno.
"Itu foto keluarga kami, keluarga Armstrong." Suara cempreng Moon Ga Young membuat Freen menoleh.
"Yang duduk di tengah itu, kakek dan nenek kami, Jeno dan Karina Armstrong. Lalu itu, orang tua ku. Aratrikha dan Dasrhwana Armstrong. Di sampingnya, seharusnya kau sudah tahu. Bibi Bernadine dan Bibi Carolina, orang tua Rebecca. Kalau yang paling ujung kiri adalah Bibi Maanavika dan Bibi Ellena, orang tua Sohee, Ryujin, dan Zee."
"Di barisan bawah, mulai yang paling kanan. Itu Jisoo Armstrong, kakakku yang pertama, tunangan Rose. Di sebelahnya, kakakku yang kedua, Jakarin Melvano Armstrong, kekasih Chaeyoung. Di sebelahnya, kakakku yang ketiga, Moslhong Armstrong, suami Banky Armstrong. Disebelah Moslhong, perempuan paling cantik di keluarga Armstrong, itu aku. Moon Ga Young Armstrong. Dan di sampingku, itu adikku, Net Armstrong, kekasih James Armstrong."
"Di sebelah Net, anak perempuan yang berdiri di antara Bibi Bernadine dan Bibi Carolina, adalah kekasihmu, Rebecca Patricia Armstrong. Kalau tiga anak itu, Ryujin Armstrong— si bajingan gila, Zee Amrstrong, dan Sohee Amrstrong, gadis itu." Moon Ga Young menunjuk Sohee yang melambaikan tangan ke arah Freen.
"Jadi, Freen, bagaimana kau dan Rebecca bisa bertemu? Apa yang sudah ia lakukan? Membunuh teman temanmu? Mengancammu? Atau apa?" Melihat raut terkejut Freen, Moon Ga Young terkekeh, lalu kembali melanjutkan.
"Jangan terkejut begitu. Tak hanya kau yang mengalaminya, Freen. Yeji, Rose, Chaeyoung, Banky, James dan Nunew juga. Bibi Carolina, Bibi Dasrhwana, Bibi Ellena. Bahkan, nenekku pun sama. Armstrong yang asli— leluhur kami pun konon juga seperti itu."
"Semua keturunan di keluarga kami, semuanya gila. Tidak waras. Setengah iblis. Mereka bahkan tak suka di tatap langsung di mata kalau bukan oleh keluarga. Mereka juga selalu mendapatkan apa yang mereka mau, meski harus dengan cara kotor. Poin plus, mereka hanya setia pada orang pilihan mereka seumur hidupnya. Poin minus, ya... Kau taulah."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Obsessed With You - END
Fantasy"I wants you, Freen. I'm so obsessed with you."