Freen terbangun saat mendengar suara gaduh, lagi. Teriakan Becca, suara barang pecah, dan bantingan pintu terdengar bersahutan. Saat otaknya berhasil memproses apa yang sedang terjadi, Freen langsung berlari keluar dari perpustakaan.
"Cari dia, atau kalian semua gue habisin!"
Lagi lagi, teriakan Becca terdengar begitu keras, membuat para pelayan dan penjaga berhamburan ke segala arah. Freen terkejut saat tiba-tiba, seorang pelayan dan penjaga menghampirinya dengan begitu panik.
"N-Nona, anda dicari N-Nona Muda sekarang." Ucap sang pelayan. Suaranya bergetar, matanya berkaca-kaca seperti menahan tangis. Wajah keduanya pucat pasi. Bagaimana tidak, nyawa mereka berada di ujung tanduk.
Tanpa membalas, Freen langsung berlari menuruni tangga, menuju ke kamarnya. la bisa melihat pecahan guci, vas bunga, hingga pigura di mana-mana. Tak hanya itu, ada bercak darah juga di beberapa tempat, membuat Freen semakin takut.
Becca sedang berdiri sambil berkacak pinggang, membelakangi Freen. Pundaknya naik turun. Otak Freen langsung mengirim alarm tanda bahaya. Freen menggigit bibirnya kuat, merutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya ia tertidur di perpustakaan? Padahal, semalam Freen sudah mewanti-wanti dirinya untuk kembali ke kamar pukul empat pagi, sebelum Becca bangun.
"Becca" Cicit Freen takut-takut. Saat Becca membalikkan badan, Sienna langsung menunduk.
"Dari mana kamu!"
Freen tersentak. Jantung gadis itu bergemuruh, la sudah membangunkan macan tidur. Stupid, Freen. Baru sehari udah macem macem!
"Aku tanya kamu, Freen!" Seketika, lamunan Freen buyar. Freen pasrah saat Becca menariknya menuju gudang penyimpanan. Begitu masuk, hal pertama yang menyambut Freen adalah kegelapan. Beruntung, Becca menyalakan lampu beberapa saat kemudian. Lampu itu tampak redup, terlihat tidak pernah diganti. Gudang itu juga tampak bersih, meski masih ada debu yang menempel.
Saat Becca membanting pintu gudang keras keras. Freen menunduk, tubuhnya bergetar ketakutan.
Freen otomatis mundur saat Becca berjalan mendekat. Freen hendak kabur, tetapi dengan sigap Becca menahan tangannya. Dengan gerakan kilat, lengan Becca sudah melingkari punggung Freen, mendorongnya hingga tubuh depan mereka saling menempel. "Suka banget bikin aku marah, hm?" tanyanya Becca.
"Kenapa selalu melawan?" Becca memainkan ujung rambut Freen, memilinnya perlahan. Freen memejamkan mata, bersiap bila tiba tiba Becca menjambak rambutnya. la juga sudah siap kalau tiba tiba Becca membentaknya. Semua tindakan Becca tak pernah bisa Freen tebak, jadi Freen harus mempersiapkan diri untuk berbagai kemungkinan yang bisa terjadi.
"Jawab, Sayang." Desis Becca.
"M-maaf, aku ketiduran di perpus" Cicit Freen dengan suara bergetar.
"Siapa yang beri izin kamu kesana?"
Freen bungkam. Seharusnya menurut isi perjanjian kemarin Freen dibebaskan pergi ke mana saja asal masih di rumah, kan? Freen ingin protes, tetapi lidahnya terasa kelu. Yang Becca inginkan bukanlah protesan Freen.
"Jawab, Freen." Becca mencengkram dagu Freen kuat, mengangkatnya hingga mata mereka bertubrukan. Saking takutnya, Freen sampai menangis lagi.
"Don't cry." Becca menghapus air mata Freen dengan ibu jarinya. "Aku mau kamu jawab, Sayang."
"Jawab!"
Sesuai prediksi Freen, Becca pasti akan membentaknya secara tiba tiba. Beberapa bulan mengenal Becca, Freen sudah cukup paham bagaimana sifat perempuan itu. Emosi Becca sangat tidak stabil. la bisa setenang air mengalir dan meledak bak bom nuklir di detik berikutnya. Kalau sudah parah, Becca akan main tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Obsessed With You - END
Fantasy"I wants you, Freen. I'm so obsessed with you."