"She's so attractive. Isn't it?"
Kedua mata tajamnya terarah pada Belvina yang menari dengan lincah di atas panggung. Tubuhnya bergerak sesuai irama, menampakkan lekukan, juga lentik tubuhnya. Pakaian gadis itu cukup terbuka, ketat, dengan rok sebatas pertengahan pahanya walau bagian atasnya tertutup jaket coklat berbulu. Terlihat seperti bebek menari.
Namun, cantik.
Dan benar perkataan orang disampingnya. Belvina is so attractive. Hingga North memilih berdiam, menyerahkan segala atensinya pada gadis itu.
"Mau sampai kapan mainin perasaan dia? Lo udah berhasil buat dia bergantung sama lo. Sekarang apalagi? Buat dia jatuh cinta?"
"Did I hurt her?" North menatap tajam Heksa, sosok yang berdiri di sampingnya. North jadi sedikit menyesal karena terlanjur melibatkan Heksa ke dalam rencananya.
"Tapi kalo dia tahu, dia--"
"So, don't let her know. Semua akan berjalan baik kalo mulut lo diem, dan berhenti ganggu dia."
"Gue tertarik dan gue suka sama Belvina," ungkap Heksa dengan wajah tengil, yang membuat North ingin sekali membubuhkan warna biru pada wajahnya.
"Kalo lo gak ada rasa, I'll make her mine."North menaikkan salah satu sudut bibirnya. Matanya menatap ke depan, lalu berkata dengan tenang.
"She's mine, and her own."Pria itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku sebelum melanjutkan perkataannya.
"Gue gak pernah larang siapapun buat deketin dia. Tapi gue akan pukul mundur siapapun yang mikir kalo mereka bisa jadiin Belvina barang yang bisa mereka klaim seenaknya.""Lo gak ada bedanya," ujar Heksa.
"Lo juga klaim dia sebagai milik lo.""Jadiin Belvina batu pijakan biar keluarga lo naik itu suatu hal yang bodoh, Sa. Lo salah kali ini."
Perkataan North berhasil membungkam Heksa. Pria itu terdiam dengan wajah pias.
North mendekat, membisikan beberapa kalimat pada pria itu.
"Sekali lagi lo ganggu dia, gue akan bikin hancur reputasi lo. Dan bilang sama pacar lo, Belvina bukan pelakor murahan. Kalo perlu, lo bales tamparan dia ke Belvina, sekeras mungkin."
"Gue tunggu besok." North menepuk bahu Heksa keras, kemudian berlalu dengan tenang. Meninggalkan cekam yang hanya dirasakan oleh Heksa. Pria pengecut yang dengan beraninya mengganggu Belvina.
His baby girl.
***
"Dance squad!"
"Pretty! Lovely! Happy!"
Sorakan itu terdengar heboh, Belvina sang leader ekstrakurikuler tersebut terlihat sumringah. Lingkaran yang terbentuk dari 10 gadis dan dua laki-laki menjadi pusat perhatian di luar aula. Mereka memang memisahkan diri. Setelah beristirahat sebentar dan menyaksikan solo performance balet dari Dere.
"Gue bangga! Gak sia-sia kita latihan hampir tiap hari! Thank you, guys!" ungkap Belvina merangkul dua orang yang berdiri di kanan kirinya. Tangannya tak cukup untuk merangkul semuanya.
"Hey! Kita kan juara satu tingkat provinsi kemarin! Lo ngeraguin kemampuan lo sama kita gitu?" ujar salah satu laki-laki di sana. Laki-laki normal yang berubah agak feminim jika berkumpul bersama para perempuan. Katanya untuk menyesuaikan diri. Tapi tidak masalah, asal tidak belok.
"Jumawa banget dah Dik!" balas Jeni.
"Yo haruslah! Gak jumawa, bukan anak didiknya Bu Livy dong! Kita harus party gak sih setelah ini? Ajakin Bu Livy yang cantik juga bakal seru tuh!" ucap Belvina sembari menaik turunkan alisnya. Namun malah dibalas keterdiaman oleh mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn, He's Hot!
Teen Fiction18+, be wise guys! Di mata Belvina, North itu menyebalkan, jahil, dan overprotective. Maka dengan ketiga pandangan itu Belvina melabeli North sebagai musuh besar yang harus selalu ia recoki tiap hari. Hingga Belvina menemukan North bertelanjang da...