29

3.8K 250 46
                                    

Hola! Bad day or good day today?!

Ada Damn, He's Hot! chat version di instagram! Yang penasaran bisa langsung klik link instagram aku di bio wattpad ku, ya! Jangan lupa like, comment dan follow!

Selamat membaca semua!

***

Tanya yang Belvina lontarkan tak terjawab. Namun di sela kebingungan Belvina, North menggenggam jemarinya. Mengusap pelan, hingga Belvina menatap pria itu, menyampaikan tanya lewat tatapan. Meski tak sekalipun North menatapnya, dia hanya menunduk dengan raut tenang.

"Sepertinya kita harus menunda acara pagi ini. Belvina ikut saya." Dimitre bangkit dari duduknya. Ia tak menunggu, melainkan melangkah tegas memasuki rumah. Dwiartha mengikuti bersamaan dengan pria yang bersamanya.

Siapapun di sana tahu, jika kalimat itu merupakan titah mutlak. Yang tak mungkin Belvina hiraukan.

"Belvi sendiri?" Gadis itu menatap Aneth dan Giana, yang kemudian mengangguk dengan raut yang terlihat bersalah. Entah karena apa.

"Temani dia North, untuk kemarahan Papa nanti, saya yang akan menanggung," lugas Thomas, dengan wajah keras. Pria itu bahkan bergegas meninggalkan meja makan.

North mengangguk. Toh memang dia tak ingin melepas tangannya dari gadis itu. Ia menggeret lengan Belvina pelan untuk bangkit, lantas melangkah bersamanya. North tahu, Belvina tengah kebingungan atau mungkin merasa takut. Namun cepat atau lambat, seperti yang Papinya sampaikan, reaksi Belvina akan tetap sama.

"Tante boleh makan? Dere lapar banget ini." Di tengah suasana tegang dan setelah Belvina beserta North meninggalkan meja makan, Deretha membuyarkan ketegangan itu dengan tingkahnya yang jujur. Jeni malu sekali, ingin menghilang jika bisa.

Namun ungkapan Dere yang jujur itu berhasil menampakkan senyum di wajah kedua wanita yang menegang.
"Iya, boleh sayang. Di makan Dere, Jeni jangan sungkan-sungkan."

"Maaf ya, Tan. Anaknya emang agak gila."

Aneth tertawa mendengar perkataan Jeni.
"Gak apa, Jen. Tante ngerti kok, kalo gak gila mana mungkin berteman sama Belvi kan?"

"Jadi tiga anak ini memang segila itu ya?" celetuk Giana.

***

Belvina terduduk di ruang mencekam itu. Di sebelahnya, North terlihat santai, menggenggam jemarinya dengan erat. Lalu di seberang, terdapat Dwiartha dan Pak Yono yang duduk di sofa dengan wajah-wajah tegang, keduanya nampak berwibawa dan tampan sekali meski sudah berumur. Sedang Dimitre, Papanya duduk di sofa tunggal, tegak lurus dengan kedua sisi. Nampak bak pemimpin otoriter yang menakutkan di sini.

"He's your bilogical father." Dimitre berucap tanpa basa-basi, tanpa ragu setelah keheningan melanda di menit-menit pertama mereka duduk di ruang itu.

Belvina hanya mengerutkan dahi, ia mengerti, namun tidak. Tidak masuk akal. Kenapa tiba-tiba Belvina menjadi anaknya Pak Yono?

"Papa bercanda kan?" Belvina beralih menatap Dwiartha saat tak mendapatkan apapun dari Dimitre yang tak sekalipun mau menatapnya.
"Papi?"

Damn, He's Hot!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang