11

8.3K 301 5
                                    

Meskipun membenci semua laki-laki kecuali Papi-nya, Belvina tetap menggemari wajah tampan dari beberapa laki-laki. Termasuk wajah Tomas, kakak laki-lakinya yang kadang kala berkelakuan seperti iblis. Andai dia jelek, Belvina mungkin akan sering-sering mencakar wajahnya. Lihat saja, matanya bahkan memicing tak suka kala melihat dirinya.

"Why are you here?"

Belvina hanya mengerling tak peduli, memilih melanjutkan langkahnya, menatapi beberapa bunga yang tumbuh terawat di rumah kaca cantik di mansion keluarganya. Pantas saja, Mami tiba-tiba ingin membangun rumah kaca.

"Is it beautiful?" Laki-laki itu kembali berbicara, mengikuti langkah Belvina tanpa menyamainya.
"Kamu tahu siapa yang membuat rumah kaca ini? Saya yang membuatnya. Mengagumkan bukan?"

Perkataan Tomas tak membuat Belvina tertarik untuk membalasnya. Ia memilih tak menghiraukan, seakan kehadiran Tomas tidak terlihat.

"Paviliun di sana. Look at that, Belvi."

Kali ini Belvina memandang pada apa yang Tomas maksud, sebuah Paviliun yang letaknya cukup berjarak dengan bangunan utama. Cantik, namun tak memiliki celah sedikitpun.

"Ada sesuatu di sana. Ada seseorang yang akhir-akhir ini, terkurung di penjara cantik itu. Karena kamu."

Belvina memutar arah pandangannya, menatap Tomas yang kini tersenyum dengan senyuman miring khas-nya, terlihat seperti orang stroke.
"Who is he?"

"She, Belvina. Dia perempuan, like you."

"Who is she, Tom?!"

Tomas terlihat tertawa pelan. Laki-laki bermata biru itu malah memetik satu mawar alih-alih menjawab.
"For you, my little beasty."

Belvina menatap Tomas dengan kesal.
"Answer me! Who is she? Siapa yang ada di sana?!" tuntutnya, terlanjur penasaran.

"Hantu."

Belvina menarik napasnya, melemparkan bunga mawar yang Tomas berikan tepat pada wajah pria itu.
"Damn you!"

"Pemarah sekali," gumam Tomas dengan senyum kecilnya yang terlihat seperti seringai vampir, menjijikan.

"Kenapa Papa koma?"

Pertanyaan itu mengubah raut Tomas, membuat kecurigaan Belvina membesar. Dari cerita yang diceritakan oleh Mama Giana beberapa saat yang lalu, Belvina menyadari banyak hal yang seharusnya menjadi perantara dari cerita itu. Janggal sekali rasanya, saat Mama Giana mengatakan bahwa Tomas sangat menyukai bunga hingga membuat rumah kaca ini, di saat laki-laki itu bahkan memetik bunga dengan asal.

"Serangan jantung."

"Pembohong," decih Belvina, memberi wajah masam yang menyiratkan rasa muaknya.

"Belvina?"

Suara North mengalihkan tatapannya. Pria itu datang bersama mantel tebal yang entah dia dapat darimana.
"Gue tadi ke kamar lo. Kenapa masih di sini? Udah malem, lo gak kedinginan?"

Belvina diam, pasrah saat North memakaikannya sebuah mantel berwarna hijau neon, warna yang membuatnya sakit mata, karena menyala dalam gelap.

"Lo tau kenapa Papa koma, North?"

Pertanyaan Belvina membuat pergerakan North terhenti. Pria itu memandang ke arah Tomas yang masih berdiri di depannya sekilas, sebelum mengangguk.
"Serangan jantung. Tadi Tante Gia udah ngomong, kan?"

Belvina terdiam, tak mengangguki juga tak membalas jawaban North yang sebenarnya belum ia terima. Dengan wajah masam yang tak henti Belvina tampilkan, gadis itu mengeratkan mantelnya.
"Gue mau masuk. Ngantuk," ucapnya lirih pada North yang membalasnya dengan rangkulan hangat.

Damn, He's Hot!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang