Dengan wajah masam, Belvina melangkah keluar dari bilik tempatnya berganti. Ia menyentuh kedua sisi dress yang membalut tubuhnya. Kemudian menatap Aneth yang berdiri di sebelah, menatapnya dengan riang.
"Emang harus nunjukin ke dia?" rengeknya enggan.
"Haruslah."
Aneth merapihkan gaun buatannya yang Belvina pakai. Ia tersenyum puas. Gaun itu membalut tubuh putrinya dengan pas, cantik, juga menawan.
"Cantiknya anak Mami. Suka kan?" tanya Aneth untuk kesekian kalinya.Belvina mengangguk.
"Suka, Mami. Mami udah sepuluh kali nanyain itu loh. Belvi cuma sebel sama manusia batu satu itu." Belvina menunjuk North yang duduk di atas sofa, menatapnya dengan tangan tersilang di depan dada. Postur yang terlihat menyebalkan di matanya."Kenapa sih? Katanya mau diemin North seminggu doang kan? Ini udah hari ke 8 bahkan." Aneth menggenggam jemari Belvina. Menuntun gadis itu agar melangkah mendekat ke arah North.
"Sini sayang. Deketan sama North."Belvina menahan dengusannya. Ia menurut, berdiri di sebelah North yang sudah berdiri dengan jas berwarna hitam yang membalut tubuhnya dengan pas.
"Udah. Cocok banget ini. Nanti ada peragaan busana buat koleksi terbaru Mami. Boleh gak sih Mami minta kalian buat jadi model? Soalnya ada beberapa koleksi Mami yang couple gitu. Mau ya? Sekali-kali bantu Mami kalian dong, Mami beneran pengen kalian jadi salah satu model yang bakal pake karyanya Mami. Bayangin deh, kalian jalan di atas panggung catwalk. Betapa bangganya Mami nanti memandangi dua anak Mami yang jadi pasangan paling cocok, paling paripurna, paling indah di sana!" Aneth bertepuk riang. Menyaksikan maha karyanya yang bersanding dengan indah.
"Mami, North udah bilang kan?"
Aneth mengibaskan tangannya. Tak ingin mendengar larangan. Kedua tangan wanita itu kemudian bertolak pinggang, memperhatikan wajah kedua anaknya yang kentara sekali ingin mengutarakan sebuah penolakan.
"Kalian emang gak sayang Mami, ya?""Mi, bukan gitu. Belvi cuma gak percaya diri aja. Belvi takut salah dan ngerusak acara Mami," ungkap Belvina dengan pelan. Mencoba menolak dengan halus.
"Kamu gak percaya diri? Mitos banget alasan kamu!" ujar Aneth tak percaya.
Yang sialnya disambut tawa meledek dari North.
Belvina melirik sebal pada North yang kini menahan tawanya dengan keras karena pelototan sang mami.
"Kalian bisa pikirin tawaran Mami di lain hari. Tapi harus beneran dipikirin loh ya? Jangan 'iya nanti' doang!"
Keduanya pasrah mengangguk. Kompak mengiyakan agar cepat.
"Gimana? Pas atau kekencengan? Kebesaran gak? Enggak kan?" tanya Aneth. Menyentuh setelan sang putra.
North mengangguk.
"Udah pas.""Belvi juga udah pas. Boleh langsung ganti gak, Mi? Belvi mau jenguk temen," sela Belvina.
"Jenguk temen kamu yang--"
"Bu, sudah ditunggu."
Perkataan Aneth terpotong saat asistennya datang, mengingatkan Aneth tentang pekerjaan selanjutnya yang harus segera ia laksanakan. Aneth menghela pelan, menatap Belvina yang menunggu persetujuan.
"Yaudah, boleh ganti sekarang. Habis itu dianterin North.""Tapi Belvi bisa sendiri."
"Enggak. Harus North yang nganterin kamu," ucapnya sembari meraih tas yang asitennya berikan.
"Mami pergi dulu."Belvina dan North menyalimi sang ibu dengan patuh. Menerima ciuman pipi dari wanita itu, meski North sedikit berat hati.
"Yang akur loh ya!" seru Aneth sembari berlalu. Meninggalkan kedua anaknya yang kini saling menatap satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn, He's Hot!
Teen Fiction18+, be wise guys! Di mata Belvina, North itu menyebalkan, jahil, dan overprotective. Maka dengan ketiga pandangan itu Belvina melabeli North sebagai musuh besar yang harus selalu ia recoki tiap hari. Hingga Belvina menemukan North bertelanjang da...