36

1.6K 158 48
                                    

Hola! Bad day or good day today?!

Ada Damn, He's Hot! chat version di instagram! Yang penasaran bisa langsung klik link instagram aku di bio wattpad ku, ya! Jangan lupa like, comment dan follow!

Selamat membaca!

***

Tau apa yang lebih menyebalkan dari dikalahkan North hari ini?

Pria itu benar-benar bertingkah layaknya sang Raja yang dengan tega dan seenaknya menyuruh ini itu tanpa belas kasih. Belvina bak pelayan Raja yang bebannya lebih berat daripada para asisten rumah tangga. 

Oke. Belvina yang salah. Ia yang membuat tantangan dan ia yang terlalu percaya diri akan menang. Tapikan— ah sudahlah. North memang kejam sekali ternyata.

Pria itu bahkan dengan congkaknya menyuruh Belvina untuk menyiapkan hidangan bagi dia dan para tamu yang datang tanpa diundang. Tidak, Belvina sama sekali tidak keberatan jika harus menyiapkan beberapa minuman dan camilan berupa rujak yang hanya butuh untuk dipindahkan, itu hal kecil karena ia pun dibantu oleh salah satu pelayan yang ada di sana. Yang membuat Belvina keberatan adalah karena North lah yang memerintah. Pria itu menyebalkan sekali. Lihat saja dalam hitungan detik pria itu akan menghampiri atau setidaknya menghubungi Belvina lewat ponsel, lantas mengatakan bahwa hidangan yang sudah ia siapkan harus ditambah atau diganti karena tidak sesuai dengan keinginannya.

"Wow."

Belvina menoleh lantas berdecak malas saat melihat kedatangan North. Mengangguk kemudian atas ungkapan pamit yang dilayangkan oleh pelayan yang bersamanya tadi, yang sudah selesai membantunya memotong beberapa buah yang dikirimkan oleh Mami Aneth sebelum dirinya berangkat menuju Hawai.

"Tumben bener. Cocok buat panas-panas gini," oceh North sembari mendekat pada meja pantry. Mengambil kedondong dan mencocol sambal rujak yang tersedia di mangkuk.
"Pedes, Bel. Jangan banyak-banyak kamu."

"Aku gak selemah itu, North. Makan pedes kan udah biasa juga dari dulu."

"Iya tapi kalo sakit nangis-nangis," cemooh North. Ia terkekeh kemudian kala Belvina menampilkan raut kesal.

"Gimana? Cape gak jadi babu?"

Belvina hanya berdecih. Ia mengangkat satu nampan berisikan gelas gelas es teh. Sedang nampan bersi rujak hanya ia tunjuk menggunakan dagu.
"Itu kamu yang bawa, ya? Bantuin biar cepet."

North menyeringai. Mendekatkan langkah pada sang gadis. Ia memajukan wajah, sedikit hati-hati karena nampan dengan 6 gelas di atasnya berada di antara mereka.
"Kiss first."

"Aku siram, ya lama-lama! Ngeselin banget dari tadi!" Kesabaran Belvina yang tadinya seluas samudera kini terkikis sudah.

"Kiss doang. Ini terakhir aku nyuruh kamu. Gimana?" Tadinya North ingin mengerjai gadis itu lebih lama. Namun peluh dan raut memelas gadis itu tak pernah tidak membuatnya gemas dan merasa tak tega.

"Beneran loh ya?!" Belvina menaikan kedua sudut bibirnya. Dengan riang gadis itu meletakkan nampan lebih dulu. Sebelum menangkup wajah sang pria dan memberikan kecupan yang cukup dalam. Hanya kecupan tanpa lumatan.

Lalu tentu, North mengambil alih. Tangan pria itu bergerak menangkup wajahnya. Melumat bibirnya yang hendak ia lepaskan begitu dalam. Melesakan lidah, membuai rongga mulutnya yang menambah panas.

Belvina melenguh pelan. Melingkarkan lengan pada leher North. Rindu yang terpendam mungkin menjadi salah satu faktor mengapa ciuman itu terasa lebih menggebu. Kepalanya kemudian mendongak kala ciuman North bergerak turun menjelajahi lehernya. Belvina menahan lenguhannya lebih keras. Takut jika terdengar orang lain.

Damn, He's Hot!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang