26

5K 214 48
                                    

Hola! Bad day or good day today?!

Ada Damn, He's Hot! chat version/AU version di instagram! Yang penasaran bisa langsung klik link instagram aku di bio wattpad ku, ya! Jangan lupa like, comment dan follow!

***

Pagi itu Belvina terbangun bersama pelukan sang Mama. Giana lelap tertidur. Dengan mata bengkak, mungkin bekas menangis. Perasaan bersalah seketika menyeruak ke dalam hatinya.

Kemarin mungkin Belvina bertindak keras, atau mungkin tidak ingin didekati olehnya. Karena ketika relapse, emosinya selalu tak stabil. Hanya dua suara yang selama ini berhasil terdengar, suara North. Dan Mbak Tika, begitu Belvina memanggil psikiater yang menanganinya.

Sejak kecil, Belvina susah mengendalikan rasa sedih dan cemasnya. Mengurung diri tanpa makan dan minum, satu-satunya hal yang Belvina kerap lakukan jika mendapat perlakuan tidak mengenakan dari teman atau mengingat perlakuan dingin dari orang tuanya yang hanya bertandang sebanyak dua kali waktu itu.

Di satu waktu Belvina histeris saat Aneth masuk ke dalam kamarnya, siapapun itu bahkan North sekalipun. Biasanya ia hanya mengurung diri selama 3 atau empat jam, lalu akan keluar dengan raut cerianya lagi. Namun waktu itu, Belvina tak lagi dapat dibujuk. Hingga di hari selanjutnya ada wanita muda yang datang. Lembut sekali. Suaranya dapat ia terima dalam berisiknya suara-suara jahat yang ia dengar.

Lalu seiring waktu, entah diajari atau bagaimana. North berhasil menggantikan peran wanita itu. Konsul rutin Belvina menjadi jarang. Tahun ini Belvina hanya pernah berkunjung satu kali di awal.

Namun hari ini, sesuai perkataan North tadi malam Mbak Tika pasti datang. Belvina membutuhkan bantuan profesional kembali untuk menangani kondisinya.

Belvina memindahkan lengan Giana dengan pelan tanpa membangunkan wanita itu. Ia berderap pelan menuju kamar mandi. Membersihkan tubuhnya lalu berganti dengan setelan olahraga yang biasa ia pakai. Sport bra yang dilapisi degan jaket hitam, legging dengan warna senada dan topi hitam milik North yang ia curi karena menarik.

Melangkah turun Belvina dikejutkan dengan kehadiran Dimitre dan Thomas dengan koper yang masih berada di tangan asisten mereka masing-masing. Ada Bali juga di sana.

"Papa?" Belvina bergegas menuruni tangga.
"Sudah selesai?"

Dimitre mengangguk dengan senyum lembut meski masih terlihat kaku.
"Sudah. Kamu mau berolahraga? Masih jam setengah lima, Belvina. Masih gelap."

"Belvi mau cari udara segar. Mengelilingi komplek saja, aman kan?"

"Saya temani."

Belvina berdecih mendengar ungkapan Thomas yang sok peduli. Lagipula kenapa pria itu ikut pulang, sih?!
"Saya tidak sendiri. Ada teman."

"Tetap saya temani. Sepuluh menit, tunggu saya." Tanpa menunggu persetujuan Belvina, Thomas melangkah menuju ruang kamarnya yang terletak di lantai kedua. Dengan Bali yang setia mengekori.

"Pa? Belvi bersama teman Belvi. Sebentar lagi mereka pasti datang."

"Thomas hanya ingin menemani kamu. Dia khawatir sekali." Dimitre mengusap surai sang putri, gerakannya sedikit canggung. Namun berangsur hangat.
"Kejadian seperti kemarin tidak akan terulang lagi. I'm so sorry, Sweetheart."

Belvina meraih lengan Dimitre, menggenggam tangan kekar yang sudah mulai keriput itu dengan erat.
"All good, Papa. Belvi baik-baik saja. Sedikit takut, tapi Belvi sudah baik sekarang. Sangat baik."

Damn, He's Hot!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang