Flora fokus membersihkan luka pasien itu dan langsung mengobatinya. Setelah itu, dia beralih pada pasien di sampingnya. Kakinya robek dan dia meraung-raung kesakitan.
Flora mengobatinya dan menjahit luka itu.
"Apa kamu dokter di sini?" Seorang dokter yang berlalu berhenti saat Flora selesai menjahit luka itu.
"Keadaan sekacau ini dan kamu masih bertanya?" Flora menatapnya sekilas dan langsung beralih ke pasien selanjutnya.
Dokter itu menatap Flora dan kemudian pergi. Dia memberitahu pada rekan lain sembari menunjuk ke arah Flora.
"Ini akan menjadi masalah jika seseorang mengenalku." gumam Flora. Dia mengambil masker dan langsung memakainya.
"Tenang saja, aku seorang dokter." Flora sadar jika pasien itu mengamatinya.
"Sakit, tolong lepaskan!" Pria itu meringis saat Flora menyentuh kakinya.
Flora menggunting celana pria itu dan melihat luka di kakinya."Ada apa? Kenapa kalian terluka?" tanya Flora sembari mulai mengobati luka itu.
"Ledakan di cabang Raeheorms Company. Benar-benar saat kami hendak pulang kerja," jawab pria itu.
"Raeheorms Company? Apa Adelle berniat membunuh mereka?"
Mata Flora tidak sengaja melihat dua orang pria yang bergerak cepat menghampiri direktur utama. Mereka nampak berbincang serius mengenai kecelakaan itu.
Manik Flora mengamati pria yang berdiri di samping Crish. Bertubuh menjulang tinggi, pakaian rapi, rambut rapi, wajah tegas dan tampan adalah sosok yang menjadi tunangannya.
Pria itu adalah Adrian Ghion Raeheorms. Pria dingin yang tegas dengan kata sewajib perintah. Bermata hitam gelap, dan tatapan dengan kilat tajam.
"Astaga, ternyata dia sangat tampan. Fokus Flora, fokus!" Flora berbalik saat Adrian menoleh ke arahnya.
Flora pun menyelesaikan kegiatannya dan membantu pasien lainnya.
Adrian menghampiri para pegawainya itu dan melihat keadaan mereka.
"Ini akan baik-baik saja, jangan menangis," ujar Flora menenangkan pasien anak kecil yang dia tangani selanjutnya. Hal itu menarik perhatian Adrian.
"Sebentar kakak obati," ucap Flora lembut. Dia mengobati luka di lengan anak itu. Saat anak itu meringis, dia membuka maskernya dan meniup lembut lengan anak itu.
"Flora?" Adrian terkejut dengan apa yang dia lihat.
Flora menoleh dan mendapati Adrian yang sudah berdiri di belakangnya.
"Apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa kamu di sini?" tanya pria itu. Terbesit nada marah dalam kalimatnya.
Flora menatap wajah serius itu tanpa mengatakan apapun. Dia langsung berbalik dan melanjutkan tugasnya.
"Aku dalam masalah, kenapa dia di sini?" Flora mulai khawatir.
"Flora, kamu mendengar ku?!" Adrian menarik lengan wanita itu.
"Jangan ganggu aku!" Flora menepisnya dan kembali mengobati anak itu.
"Ada apa tuan?" Beberapa diantara mereka nampak panik.
"Flora, ikut aku!" Adrian menarik Flora dan membawanya pergi dari keramaian itu.
Flora memberontak namun tangan kekar pria itu menahannya begitu kuat sampai mereka tiba di taman belakang rumah sakit.
"Apa yang kamu lakukan? Kamu sudah gila? Anak itu terluka," ucap Flora menepisnya.
Adrian menatap Flora yang kesal.
"Seharusnya aku yang bertanya, Flora! Apa yang sedang kamu lakukan di sini setelah menghilang tanpa kabar selama satu minggu?!" Tegas Adrian.
"Ini pria yang ku cintai? Yang benar saja Flora, dia memang tampan, tapi sikapnya?" Flora membatin menatap Adrian yang marah.
"Kamu bahkan tidak memakai cincin pertunangan kita? Ada apa dengan mu?"
Flora melepaskan tangan Adrian yang mencengkeramnya.
"Dengar ...,"
Flora langsung menepis tangan Adrian kembali.
"Kamu sibuk, 'kan? Aku juga sibuk. Mari urus kesibukan masing-masing," ucap Flora dingin. Dia langsung pergi meninggalkan Adrian.
"Ini cara baru mu untuk mendapatkan perhatian ku?" tanya Adrian membuat langkah Flora terhenti.
Flora yang hendak protes meringis kesakitan. Dia menekan dadanya yang terasa sakit dan ngilu.
Adrian menatap Flora yang kesakitan. Dia diam sejenak dan akhirnya menghampiri wanita itu.
"Aku tidak butuh bantuan mu," tolak Flora. Wanita itu kembali melangkahkan kakinya sembari menekan dadanya yang masih sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL LOVE
FantasySeorang dokter yang mencintai tenang dan senyap, juga tidak banyak bersuara, berbanding terbalik dengan apa yang harus dihadapinya. Flora Ivyolin yang tidak tertarik dengan percintaan menjadi seorang yang mengemis perhatian tunangannya karena sebuah...