Ephemeral Love 33

35.4K 2.4K 73
                                    

Matahari benar-benar sudah tenggelam. Malam ini sedikit lebih dingin dari biasanya.

“Sudah malam, ayo pulang,” ujar Flora.

Adrian menoleh pada Flora, kemudian menoleh ke arah pria yang duduk di kursi lain. Pria itu menatap Flora mulai dari tadi.

“Adrian?”

Adrian kembali menatap Flora. Dia semakin mendekat dan matanya tertuju pada dada wanita itu.

“Apa yang kamu lakukan?” Flora siap menampar, namun Adrian langsung menahan tangannya.

Adrian menarik pakaian Flora ke atas. Model v neck itu memang sedikit menampilkan dadanya.

Flora menatap Adrian dengan perasaan tidak menentu. Dia takut sekaligus senang karena perhatian itu.

Adrian pun meraih tangan Flora dan membawanya pergi dari sana.

Mobil Adrian melaju sampai mereka tiba di kediaman wanita itu.

Baru memasuki halaman, mereka sudah bisa melihat Vian yang berdiri di teras sembari menunggu mereka.

Flora terlihat tersenyum menatap sosok pria itu.

Saat mobil berhenti, Flora langsung keluar dan menghampiri Vian. Dengan segera Adrian mengikutinya.

“Kenapa kamu keluar malam? Bahkan dari pagi tadi, kamu tidak ingin keluar dari kamar mu. Ada apa?” tanya Vian menyambut wanita itu.

“Maaf.” Flora tersenyum manis.

“Maaf?” Adrian mengerutkan keningnya. Dia benar-benar tidak menyukai respon wanita itu. Bahkan cara memandang Flora dan senyuman itu, membuatnya membenci kebersamaan mereka.

“Flo, masuk dan istirahat lah,” ucap Adrian.

Flora menoleh. “Tapi aku dan ...,”

“Masuk, sayang. Jangan mengujiku,” ujar Adrian memotong perkataan wanita itu.

“Aku akan menjemput mu besok pagi. Istirahat lah.” Lanjutnya.

Flora mendengus kesal. Dia tidak ingin membantah karena tidak ingin kejadian kemarin terulang kembali.

“Vian, aku masuk dulu. Kamu pulangnya hati-hati, sampai jumpa,” ujar Flora pada Vian. Pria itu tersenyum dan mengangguk.

“Hati-hati, Adrian. Jangan mengebut karena emosi mu,” ucap Flora pada Adrian. Dia pun langsung masuk ke dalam rumahnya.

Adrian menatap sinis pria didepannya setelah Flora masuk. “Ku peringatkan pada mu, jangan dekati wanita ku!” Tegasnya.

Vian tersenyum miring. “Sejak kapan Flora wanita mu? Siapapun tahu jika Flora berjuang sendiri dalam hubungan kalian. Kamu tidak bisa membatasi kedekatannya dengan pria lain. Itu yang kalian tulis di sini,” ucap Vian. Dia memberikan selembar kertas perjanjian yang tidak sengaja dia temukan dari kamar Flora.

Adrian menyipitkan matanya, dia menatap Vian semakin tajam sembari merobek kertas itu.

“Surat ini tidak berlaku lagi. Kamu tidak akan bisa merebut Flora dari ku. Dia adalah wanita ku, tunangan ku, dan calon istri ku. Flora adalah milikku!” Setiap kata yang Adrian ucap itu benar-benar penuh penekanan.

“Bagus jika kamu menyadari bahwa aku adalah sebuah ancaman dalam hubungan kalian. Aku mencintai Flora, itu yang sedang terjadi. Ku harap Flora segera sadar dengan pria apa yang dia cintai ini! Kamu pasti sadar tentang kedua korban dengan sayatan pada lehernya itu, sebuah ancaman bagi Flora!” ucap Vian. Dia pun langsung pergi dari sana.

Adrian mengepalkan tangannya. Tidak sanggup menahan emosi di sana, dia pun memutuskan pulang untuk meluapkan semua itu.

Adrian mengemudi dengan ugal-ugalan. Dia benar-benar terbawa emosinya. Pertama, Flora masih menolak pernikahan mereka. Kedua, perkataan Flora seolah-olah cintanya sudah habis padanya. Ke tiga, pria lain mencintai calon istrinya. Bukan hanya satu, kolega sekaligus rivalnya pernah mengatakan hal yang sama.

Dengan kecepatan tinggi itu, Adrian pun tiba di mansion-nya. Dia turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam, menaiki anak tangga dengan buru-buru.

Setiap gerakannya dipenuhi oleh kemarahan. Dan akhirnya dia menutup pintu kamarnya sekuat tenaga.

Dia menangis. Airmata mengalir tanpa adanya isakan. “Aku ingin Flora hanya menjadi milikku. Kenapa dia menyelingkuhi ku?” gumamnya. Adrian pun menutup diri di dalam selimut.

--o0o--

Pagi ini Adrian meraih ponselnya yang berdering karena notifikasi pesan.

Flora

Kamu sudah bangun?

Kenapa belum menjemput ku?

Adrian, jangan membaca pesan ku!

Jika dalam lima belas menit kamu belum datang, aku akan pergi sendiri.

Aku sudah bangun. Jangan pergi kemana-mana sebelum aku datang.

Baiklah tuan pemaksa, aku menunggu mu.
Tapi agak cepat sedikit, ya...
________________

Adrian menghela nafasnya.

Sebuah fakta yang sulit dia terima. Dia menangis dan menunggu pesan dari Flora kemarin.

Adrian pun bangun dan memutuskan untuk membersihkan dirinya.

Setelah bersiap-siap dengan setelan rapinya, Adrian meraih jam tangannya.

Matanya tertuju pada bunga yang ada di nakas. Daun baru mulai tumbuh dari tangkai bunga itu.

“Bunda mu selingkuh, bunga. Aku akan memberi pelajaran padanya nanti,” ujarnya.

EPHEMERAL LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang