Ephemeral Love 8

50.8K 3.2K 20
                                    

Tiba-tiba Flora merasakan ngilu di dadanya. Jantungnya berdegup kencang seolah sedang berlari kencang dan memaksanya untuk bekerja. Flora menekan dadanya dan memejamkan matanya.

“Apa ini hukuman karena aku sudah mengacau?" batinnya.

“Kamu baik-baik saja? Jantungmu kumat lagi?” Adrian langsung mengambil obat Flora dari laci kerjanya. Persediaan obat Flora nampak lengkap di sana.

“Minumlah ini. Cepat," ucapnya khawatir.

“Tidak perlu." Tolak Flora. Dia mencoba menenangkan pernafasannya dan menenangkan dirinya yang sempat panik.

“Aku akan ketergantungan dengan obat berdosis tinggi itu. Lagipula jika aku mati, pasti Adrian dan Isvara akan berakhir bahagia. Mungkin itu adalah jalan pulang ku." Batinnya.

Adrian memasukkan obat itu dan air ke mulutnya, lalu meraih tekuk Flora dan menciumnya. Lidahnya mendorong semua isi mulutnya agar Flora meminumnya.

Mata Flora membulat sempurna. Dengan panik dia mendorong Adrian dan langsung menyeka mulutnya.

“Apa yang kamu lakukan? Apa kamu sudah gila?!”

“Yang kulakukan? Kenapa kamu bertindak seolah-olah itu adalah ciuman pertama kita?" Adrian menyeka bibirnya dan menatap Flora dengan santai.

Sebuah ingatan terputar di kepala Flora. Dia mencium paksa Adrian saat mabuk, mereka berciuman di mobil karena tidak sengaja, dia mencium Adrian di depan umum, dan kejadian barusan.

“Hah? Yang benar saja?! Bukankah kami berciuman karena kecelakaan saja? Aku mencium Adrian dengan paksa?" Flora menatap pria itu dengan kebingungan.

“Lagipula itu wajar. Kamu adalah tunanganku," lanjut Adrian.

“Tidak! Tidak! Kita tidak akan melakukan itu lagi!" Flora menggeleng segera.

“Jika kamu tahan. Itu membuatku tenang, setidaknya kamu tidak mengacau lagi. Duduk dan istirahat lah!" Ucap Adrian dan beranjak pergi ke kursi kebesarannya.

Flora menatap serius pria itu.

“Kurasa sesuatu yang tidak ku ketahui tentang cerita ini sedang terjadi. Atau ini konflik barunya? Apa aku akan selalu menjadi penghalang cinta Adrian dan Isvara?”

Flora menghentikan pikirannya yang justru membuat keadaannya memburuk. Dia kembali menghirup udara dengan tenang dan mengulanginya berkali-kali.

Dua jam berlalu.

Adrian menoleh pada Flora yang tertidur di sofa. Matanya menyelidik wajah tenang dan damai itu.

Adrian membuka jasnya dan menghampiri Flora. Dia menyelimutinya dengan itu. Tangannya terulur merapikan helai rambut yang sedikit menutupi, sehingga wajah Flora kembali terlihat dengan jelas.

“Kamu berulah lagi, Flora. Sekali saja, aku akan membuatmu diam selamanya. Kamu terlalu pengacau untuk manusia berumur pendek.”

--o0o--

Flora mengerjapkan matanya dan menggeliat sebentar. Dia kembali memejamkan matanya dan meringkuk memeluk selimut yang dia gulung.

Hidungnya mengendus aroma maskulin itu. Dengan panik dia langsung bangun dan menatap sekitar.

“Astaga! Dimana aku?” Dia panik menatap kamar besar yang tidak dikenalinya. Dia memeluk tubuhnya dan merasa tenang karena tidak satupun pakaiannya yang terlepas.

“Sudah bangun? Mungkin kamu harus periksa ulang lagi. Sepertinya obatmu terlalu keras untuk tubuh lemah mu," ucap Adrian yang baru masuk.

“Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu membawa ku ke sini?”

“Aku ingin menanyakan sesuatu padamu." Adrian mendekat dan menatap lekat manik Flora yang panik.

“Tanyakan saja, jangan mendekat!" Ucap Flora.

  Bibir Adrian tertarik, dia tersenyum miring melihat reaksi Flora yang takut. Flora memang hanya banyak bicara, sebenarnya dia takut bertindak jauh.

“Sudah malam? Yang benar saja aku tidur selama itu!" Flora melihat jam digital diatas nakas yang menunjukkan pukul delapan malam.

“Baiklah Flora, kita akan berbicara besok. Kamu mau tidur di sini atau ku antar pulang?" tanya Adrian.

“Pulang! Tentu saja aku ingin pulang!" Flora panik sendiri.

EPHEMERAL LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang