Setelah menyelesaikan makan siangnya, Flora dan Ghina kembali berkeliling di sekitar mall.
“Ma, apa aku bisa ke rumah sakit?” tanya Flora.
“Kenapa? Kamu sakit, ya sayang? Ayo kita ke rumah sakit,” ucap Ghina khawatir.
Flora menggeleng. “Bukan, ma. Aku ingin kerja lagi. Aku bosan di rumah dan ke kantor Adrian. Aku ingin bekerja dan berkumpul bersama teman-teman ku,” jawab Flora.
“Astaga, mama pikir kamu sakit, sayang. Begini Flo, Adrian sangat pecemburu. Cobalah mengobrol santai dengannya dan bahas kemauan mu ini. Bukannya mama tidak ingin membantu mu, tapi kamu sendiri tahu sikap suami mu itu. Bicarakan padanya dengan empat mata,” ucap Ghina lembut.
Flora mengangguk.
“Tapi untuk hari ini, kamu bisa ke rumah sakit. Mama akan menghubungi Adrian. Karena kita sedang di luar, dia tidak mungkin bisa melarang lagi,” ujar Ghina.
Ghina mengantar Flora ke rumah sakit. Setelah menemaninya sejenak, dia pun pulang ke rumahnya.
Flora terlihat kembali bersemangat. Melakukan aktivitas biasanya dan berkumpul bersama temannya, membuat suasana hatinya membaik. Dia cukup stress karena kungkungan itu.
Satu jam telah berlalu, Flora masih gigih melakukan pekerjaannya.
“Dokter Flora, seorang pasien membutuhkan bantuan mu,” ujar Dio.
“Baik.” Flora segera menyelesaikan pekerjaannya. “Dimana?” tanyanya kemudian.
Flora pun mengikuti Dio ke ruang pasien VVIP dan pria paruh baya itu langsung pergi.
Flora mendorong pintu dan masuk ke ruangan itu. “Apa ada yang bisa saya ban.... Adrian?” Flora menatap suaminya yang duduk di atas ranjang rumah sakit itu.
“Rawat aku, aku sedang kesakitan di sini,” ujar Adrian.
Flora menghampiri suaminya. Dia menatap lengan yang tergores benda tajam itu. Sobekan pada kemejanya bewarna merah karena darah yang mengering.
“Apa yang terjadi padamu? Kenapa kamu terluka?” tanya Flora. Dia langsung mengambil beberapa peralatan untuk mengobati luka itu.
Adrian menatap Flora yang mulai sibuk mempersiapkan alat-alat itu. Dia menyelidik wajah yang panik dan khawatir istrinya.
“Mendekat," ucap Flora. Adrian menurut dan bergeser mendekati wanita itu.
Flora membuka kancing kemeja pria itu. Dia melepaskan kemeja Adrian dan langsung mengambil kapas untuk membersihkan luka itu.
“Beritahu jika sakit,” ujar Flora. Dia mulai fokus.
Adrian diam. Dia manusia biasa, luka itu cukup berat. Namun tubuhnya seolah lebih kuat saat Flora khawatir padanya. Dia tidak merasakan sakit selain perih saat Flora mulai mengoleskan beberapa obat.
“Ssttt... pelan-pelan dok. Kurasa aku akan mati jika kamu menekannya begitu,” ujar Adrian meringis. Hanya pura-pura.
Flora menoleh. Dia langsung menyelesaikan pekerjaannya dan membungkus luka itu dengan perban. Setelahnya dia mengambil tissue dan membasahinya sedikit.
Flora mendekati Adrian dan membersihkan percikan darah yang mengering di leher pria itu.
“Apa yang terjadi, Adrian? Kenapa kamu tidak langsung ke rumah sakit? Bahkan darahnya sudah mengering,” ucap Flora.
“Apa kamu melakukannya dengan baik? Kenapa rasanya masih sakit? Bagaimana aku akan makan? Aku sudah lapar,” ujar Adrian.
“Masih sakit, ya? Aku akan menyuapimu kalau begitu. Sebentar.” Flora menyelesaikan kegiatannya. Dia memberesi bekas tissue dan kapas itu, kemudian mencuci tangannya.
Dia menoleh pada makanan yang ada di nakas dan mengambilnya.
“Ini,” ucapnya seraya menyodorkan sesuap makanan.
Adrian mendekat dan memakannya.
Sembari pria itu mengunyah, Flora menatap suaminya yang bertelanjang dada. Tubuh berotot itu benar-benar sempurna.
Flora berdiri sejenak. Dia mengambil pakaian pasien dan menyerahkannya pada Adrian. Kemudian dia mengambil makanan itu dan siap menyuap kembali.
“Flo... masih sakit,” ujar Adrian.
“Kurasa aku tidak melakukan kesalahan," gumam Flora. Dia mendekat dan memeriksa ulang. Saat yang bersamaan, Adrian memberi kecupan ringan di kening wanita itu.
Mata Flora membulat. Dia menengadah menatap suaminya yang tersenyum.
“Aaa...” pria itu membuka mulutnya dan menuntut suapan selanjutnya.
Flora kembali menyuapinya.
“Mama sudah pulang, ya?” tanya Adrian.
Flora mengangguk. “Kenapa?” tanyanya.
“Karena aku ingin bermanja-manja pada mu, aku gengsi jika ada mama.” Adrian membuka mulutnya kembali saat Flora menyuapnya.
“Kamu akan marah dan bersikap manis seperti ini, kemudian kamu akan marah lagi. Makan dengan baik karena aku masih punya pekerjaan," ucap Flora.
Adrian meraih tubuh istrinya dan memeluknya erat. “Aku sakit, rawat aku saja.”
Flora mengulum senyum. Adrian yang dingin dan pemarah terlihat begitu menggemaskan saat ini.
“Kamu wangi sekali, Flo.” Adrian mengendus leher wanita itu dan mencium lehernya.
“A-adrian ..., makan dengan baik. Lepaskan aku," ucap Flora.
“Mm, kita ke danau. Mau ya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL LOVE
FantasySeorang dokter yang mencintai tenang dan senyap, juga tidak banyak bersuara, berbanding terbalik dengan apa yang harus dihadapinya. Flora Ivyolin yang tidak tertarik dengan percintaan menjadi seorang yang mengemis perhatian tunangannya karena sebuah...