Di sebuah butik besar, seorang wanita paruh baya nampak bersemangat memilih gaun pengantin.
Berbeda dengan sepasang calon pengantin itu, mereka lebih memilih untuk duduk dan diam.
Flora menghela nafasnya. Dia menoleh pada Adrian yang sibuk dengan ponselnya, kemudian menatap Ghina.
“Adrian, aku ingin membicarakan sesuatu yang serius padamu,” ujar Flora.
Adrian menoleh.
Flora pun mendekat padanya. “Aku tidak ingin mengecewakan mama, papa, dan juga ayahku. Apa yang harus kita lakukan? Aku tidak menginginkan pernikahan ini juga,” ucapnya.
Adrian terdiam. Dia menatap Flora dengan sorot yang tajam, tatapan yang dipenuhi dengan kemarahan.
“Apa yang sedang kamu katakan, Flora?!”
“Sama seperti mu, aku tidak menginginkan pernikahan ini," jawab Flora.
Adrian langsung berdiri dan menatap Flora penuh kemarahan. “Kamu selalu saja begini! Kenapa kamu selalu bermain-main dengan perasaan ku, hah?!”
Bentakan itu menarik perhatian Ghina dan para pekerja di sana.
Adrian mendekat dan berbisik tepat di telinga Flora. “Aku akan menikahi mu, dan lihatlah apa yang akan ku lakukan padamu, yang sudah berani bermain-main padaku. Aku membencimu, Flora!” Dia langsung pergi dari sana.
“Adrian! Mau kemana kamu?” tanya Ghina.
“Tanya saja pada menantu kesayangan mu itu!” Adrian langsung pergi tanpa peduli pada mereka semua.
Ghina menolah pada Flora yang diam.
Dia menghela nafasnya dan menghampiri Flora. “Jangan bersedih, Flo sayang. Adrian memang sulit mengontrol emosinya akhir-akhir ini. Percayalah, ini semua hanya ujian kesetiaan cinta kalian.”
--o0o--
Dua minggu telah berlalu.
Flora dan Adrian tidak pernah lagi bertemu setelah kejadian di butik itu. Mereka saling diam meski lusa adalah momen sakral keduanya.
Flora menghela nafasnya.
“Dasar bodoh!” Dia memukuli kepalanya sendiri.
Dia memutuskan untuk melarikan diri saja, namun Adrian tidak bermain-main dengan perkataannya. Pengawasan yang diberikan begitu ketat dari segala penjuru.
Flora pun keluar dari kamarnya. Akan ada Helma dan dua pengawal yang berjaga. Kedua pengawal itu suruhan Adrian, dan Tommy tidak mempermasalahkannya.
“Ayah!” Flora berlari menghampiri Tommy yang sedang makan malam. Dia memeluk pria itu dan menangis sesegukan.
“Eh? Ada apa, Flo sayang? Apa yang terjadi padamu?” Tommy panik.
“Aku tidak mau menikah. Aku mau bersama ayah saja sampai mati. Aku tidak mau menikah, ayah! Ivy... Flora takut,” isaknya.
Tommy tertawa kecil. “Tenanglah sayang, pernikahan itu tidak menakutkan. Ini adalah keinginan mu sedari dulu, tuan putriku.” Tommy mencium kening putrinya.
“Berjanjilah ayah akan selalu mengunjungi ku dan mengawasi ku. Demi apa, aku takut menikah,” ujar Flora seraya menyeka airmatanya.
“Demi seluruh dunia, ayah akan selalu ada untukmu. Ibumu akan bahagia juga di atas sana,” ucap Tommy.
Flora malah semakin menangis. Mungkin mommynya sedang membaca sambil tertawa saat ini.
--o0o--
Di sebuah hotel, semua nampak sibuk dengan kegiatannya. Berbeda dengan Flora yang mengurung diri di kamarnya.
Flora langsung menoleh saat pintu terbuka. Adrian sudah berdiri di sana.
“Ini hanya status saja. Itu yang kamu minta,” ucapnya dingin.
Flora tidak menyangka kata itu yang akan keluar dari mulut Adrian setelah mereka berjumpa kembali. Dia mengangguk. “Ya.” Tapi bukan ini pernikahan yang dia inginkan. Dia begitu kecewa dengan nasibnya. Tapi setidaknya Isvara tahu bahwa pernikahan mereka hanya terpaksa dan akan berakhir dengan segera.
“Karena aku sudah memenuhi permintaan mu, sekarang giliran mu untuk mematuhi ku,” ucap Adrian semakin mendekat.
“Aku berkuasa atas segala sesuatu tentang mu, karena aku suamimu. Perintahku wajib, dan larangan ku harus dipatuhi. Sama seperti mu, aku tidak menginginkan pernikahan ini. Aku membencimu, dan kamu akan ku buat mengerti tentang itu.”
Flora menatap Adrian yang sudah berdiri di depannya.
“Pernikahan ini hanya sebentar. Hanya formalitas agar orangtua kita tidak kecewa. Kita akan bercerai setahun setelahnya, ’kan?” tanya Flora.
Adrian tersenyum miring. Senyuman yang dipenuhi dengan dendam dan kebencian. “Mari lihat seberapa lama kamu akan bertahan, penghianat kecil!”
Dia pun langsung pergi dari ruangan itu.
Saat pintu tertutup, Flora langsung menekan perutnya yang tiba-tiba sakit. “Apa aku salah memakan makanan?” ujarnya. Dia pun berlari ke kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL LOVE
FantasySeorang dokter yang mencintai tenang dan senyap, juga tidak banyak bersuara, berbanding terbalik dengan apa yang harus dihadapinya. Flora Ivyolin yang tidak tertarik dengan percintaan menjadi seorang yang mengemis perhatian tunangannya karena sebuah...