Flora mendengus kesal. Hans lagi-lagi memarahinya perkara kasus operasi.
Pria tua itu mengatakan Flora terlalu muda untuk mengatasi beberapa kasus besar, dan menyuruhnya hanya sebagai saksi sekaligus belajar dari kegiatan mereka.
Sekarang Flora berjalan menuju resepsionis.
"Ada apa?" tanyanya setiba di sana.
Pegawai itu tersenyum menggoda Flora. "Surat cinta lagi, dok," jawabnya seraya memberikan amplop coklat dengan pita merah.
Flora menghela nafasnya malas. Dia mengambilnya dan berlalu pergi. Hal ini sudah terjadi sejak enam hari yang lalu, akan ada surat yang tiba-tiba diberikan padanya. Itu memang surat cinta, isinya adalah rangkaian kata yang dibuat untuk memuja dirinya.
Flora tidak tertarik.
"Eitsss... surat cinta lagi?" tanya Adelle menghampiri Flora yang sudah menginjak pembuka tong sampah itu.
Flora menoleh dan mengangguk.
"Jangan dibuang, dong." ucap Adelle. Dia mengambil alih surat itu. "Kamu tidak tertarik, ya?" tanyanya.
"Ya, mungkin saja itu salah satu pria yang mommy suruh untuk ku kencani. Aku tidak terlalu peduli dengan semua itu," jawab Flora malas.
Adelle mengangguk-angguk lalu membuka surat itu. Sesaat kemudian dia langsung tertawa membuat Flora menatapnya keheranan. "Flo... Ini tulisan kakak ku," kekehnya menghapus airmatanya yang mengalir.
Flora mengerutkan keningnya. Dia masih menganggap Adelle berbohong lantaran wanita itu memang aneh. Dia adik dari seorang Adrian? Yang benar saja?!
"Kamu aneh, Adelle! Jikapun Adrian nyata, dia tidak mungkin punya adik seperti mu." Flora menggeleng dan berlalu pergi.
"Flo... tunggu! Kakak ipar!" Adelle berlari menghampiri wanita itu.
"Kamu tidak percaya, ya?" Adelle menyamakan langkahnya dengan Flora seraya mengambil ponselnya. "Ini!" Dia menyodorkan ponselnya pada wanita itu.
Flora terdiam. Dia menatap layar itu dengan seksama.
Adelle kembali menggulir layarnya, menunjukkan foto-foto keluarganya. Keluarganya lengkap, dan ada pria itu diantaranya.
"Ini lagi," ujar Adelle menunjukkan foto kartu keluarga lama mereka. Lalu menggeser kembali menunjukkan foto-foto lainnya.
Adelle mematikan ponselnya dan menatap Flora yang masih terdiam seribu bahasa.
"Kenapa tidak kamu tunjukkan lebih awal, bodoh?!" Geram Flora membuat Adelle tertawa.
"Kamu selalu menyela dan tidak percaya."
"Dimana Adrian sekarang?" tanya Flora segera. Wajahnya yang murung berubah menjadi berseri kembali. Harapan terpancar dari maniknya.
Adelle tertawa gemas. "Kamu tahu, hari ini kak Adrian memintaku untuk tidak pulang cepat agar dia bisa berpura-pura menjemput ku. Katanya dia ingin menemui mu. Tapi jujur saja, meski dia pemarah dan arogan, kakak ku aslinya baik," ujar Adelle.
Flora tidak mengerti. Tapi dia begitu berharap bisa melihat Adrian saat ini.
"Ahahaha.... tapi sebelum itu aku minta maaf atas kecelakaan mu, Flora. Secara tidak sengaja semua itu memang terjadi karena ku." ujar Adelle membuat atensi wanita didepannya tertuju padanya.
"Jika kamu tidak mengejar pria yang ku suruh untuk mengambil informasi tentang operasi besar yang kalian lakukan dulu, mungkin kamu tidak akan mengejarnya dan berujung kritis." Dia tersenyum. "Maaf, ya."
"Tapi kenapa?" Flora masih tidak mengerti. Wanita itu penuh dengan hal-hal yang tidak terduga.
"Emm... sepele dan berakibat fatal. Penyakit karakter Flora sebenarnya tidak ku telusuri lebih jauh dan aku ingin karyaku sempurna. Aku seorang dokter umum, dan kamu adalah asisten dokter Hans dalam kasus itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL LOVE
FantasySeorang dokter yang mencintai tenang dan senyap, juga tidak banyak bersuara, berbanding terbalik dengan apa yang harus dihadapinya. Flora Ivyolin yang tidak tertarik dengan percintaan menjadi seorang yang mengemis perhatian tunangannya karena sebuah...