Ephemeral Love 37

32.6K 1.9K 54
                                    

Dua minggu telah berlalu.

Hari ini Adrian memutuskan untuk pulang ke mansion. Jelas istrinya pun akan ikut.

Mereka benar-benar tidak pernah mengobrol selama di vila.

Flora meraih ponselnya saat berdering.

“...”

“Ya. Aku akan kembali hari ini.”

“...”

“Aku juga merindukan kalian.”

“...”

“Sampai jumpa,” ucap Flora. Dia pun mematikan telepon itu.

Flora menoleh pada supir yang membawa mereka. Kemudian dia menatap Adrian yang sibuk dengan tabletnya.

Flora pun menatap jalanan. Airmatanya mengalir tanpa diundang. Jika dirinya biasa dengan hidup sendiri yang tenang senyap, sekarang ada sesuatu yang berbeda. Diacuhkan dan tidak dianggap keberadaannya selama dua minggu oleh Adrian yang berstatus sebagai suaminya, membuatnya merasa sedih dan kecewa.

Dengan segera Flora menyeka airmatanya. Dia langsung menenangkan dirinya. “Aku rindu ayah dan Vian. Rindu pada Sam dan Windy juga,” batinnya.

Adrian menoleh sekilas, lalu kembali pada kesibukannya.

Mereka pun tiba di mansion Adrian.

Para pelayan dan pengawal berjejer menyambut tuan dan nyonyanya.

Sisky, kepala pelayan itu maju paling depan dan memberikan bunga sebagai ucapan selamat dari mereka.

Flora tersenyum manis. “Terimakasih semuanya,” ujarnya lembut.

Dia pun melanjutkan langkahnya mengikuti suaminya yang enggan untuk membalas sapaan para pekerjanya.

Mereka pun tiba di kamar Adrian.

“Beberapa pelayan dan pengawal itu dari mama dan papa. Dua pengawal lainnya dikirimkan ayah. Kita tidak bisa tidur di ranjang yang berbeda,” ucap Adrian datar.

Flora mengangguk meski dia khawatir dengan pernyataan pria itu. Dia pun mengalihkan pandangannya pada pot coklat di atas nakas. Sejenis bunga mawar kecil bewarna putih tumbuh dengan sehat di sana.

“Eh? Bukankah itu ...” Dia menghampirinya.

“Jangan menyentuhnya! Itu milikku,” ucap Adrian memperingati.

Flora pun menghentikan langkahnya. “Maaf,” gumamnya pelan.

Flora pun meletakkan bunga yang diberikan oleh Sisky tadi di atas ranjang. Lalu dia duduk di sana. Flora menatap suaminya yang sedang membuka lemari dan mengambil kemejanya.

“Kamu ingin keluar, ya?” tanya Flora.

Adrian menoleh. Enggan untuk menjawab, dia langsung masuk ke kamar mandi. Benar-benar tidak menghargai keberadaan wanita itu.

Flora mendengus kesal. Dia pun memutuskan untuk keluar dari kamar.

Setelah beberapa saat, Adrian menyelesaikan mandinya. Dia menatap sekitar kamar dan tidak menemukan istrinya.

Dia malas berurusan dengan wanita pembohong itu. Adrian langsung mengambil jasnya dan keluar dari sana.

Setelah menuruni anak tangga, dia melihat Flora yang duduk di kursi dapur sembari menonton para pelayan yang sedang melakukan pekerjaannya.

“Biarkan aku membantu,” ucap Flora manja. Mulai dari tadi dia bosan dan ingin melakukan sesuatu.

“Tidak boleh, nyonya. Anda tidak boleh melakukan kegiatan yang melelahkan.” tolak Sisky.

Adrian pun langsung pergi dari sana.

--o0o--

Malam pun tiba.

Setelah makan malam, Flora meminum obatnya. Lalu dia menatap para pelayan yang langsung sibuk itu.

Sebenarnya dia ingin bertanya tentang kepulangan Adrian, tapi dia tidak ingin menimbulkan kecurigaan.

Flora pun akhirnya memasuki kamarnya.

Wanita itu langsung membaringkan tubuhnya dan meringkuk memeluk selimut.

“Kenapa diacuhkan rasanya begitu sakit? Apa ini yang selama ini Flora rasakan? Suami apa yang sedang kuperjuangkan ini? Tapi mungkin saja dia sedang bersama wanita itu. Mungkin saja ceritanya sedang berlanjut ketika mereka bersama.”

  Pagi pun tiba.

Flora mengerjapkan matanya.

Dia melihat sekitar, namun tidak menemukan suaminya. Pria itu mungkin tidak pulang malam ini.

Flora pun langsung membersihkan dirinya.

Setelah selesai mandi, dia langsung memakai pakaiannya dan sedikit berdandan di depan cermin.

Flora berbalik saat pintu tiba-tiba terbuka. Adrian muncul dan menatapnya begitu tajam.

“Mau kemana? Kamu tidak bisa keluar kemana pun!” Tegas pria itu.

“Tapi di perjanjian kita ...”

“Tidak ada perjanjian lagi. Kamu hanya perlu menuruti semua perkataan ku!” Adrian menghampiri Flora dengan segera.

“Tapi aku ingin ke rumah sakit,” ujar Flora.

“Tidak ku beri izin, Flora! Kamu bilang ingin serumah dengan ku, kan? Kamu bilang ingin menikah dengan ku, kan? Selamat datang dan selamat atas keberhasilan mu. Kamu istri dari seorang Adrian sekarang!”

Flora menengadah dengan mata yang berkaca-kaca menahan tangis.

“Banyak yang menginginkan posisi mu ini, Flora! Jadi bersyukurlah dan jangan sesekali membuatku naik pitam!” Adrian langsung pergi dan menutup pintu dengan kasar.

Flora membisu. Dia terdiam meratapi nasib yang dia alami. Dia hanya bisa diam karena tidak punya kuasa untuk membantah. Sekali saja, dia benar-benar ingin menampar pria itu.

Flora menghela nafasnya. Dia tidak bersemangat lagi seperti biasanya.

======
Hy Ezeng, ini Tania Ssi.

Terimakasih sudah mampir, jangan lupa untuk vote dan komen ya.

Karena kalian lagi emosian, jangan lupa mandi, makan, dan istirahat yang cukup. Love you Ezeng 🤩💓

EPHEMERAL LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang