Suara sirene ambulan terdengar semakin mendekat.
Flora menoleh ke arah Crish yang menghampiri Adrian.
Mereka di rumah sakit saat ini, Adrian membawa Flora ke sana karena jantung Flora tiba-tiba sakit saat hendak pulang tadi sore.
Crish menatap Flora yang menatapnya juga, dia pun mengajak Adrian agar mengobrol sedikit lebih jauh dari sana.
“Sebentar,” ujar Adrian meninggalkan Flora.
Flora menatap mereka dari kejauhan.
“Sudah empat korban, Adrian. Apa yang harus kita lakukan untuk kasus ini?” tanya Crish khawatir. Wajahnya dipenuhi dengan kesedihan.
“Apa? Ada korban lagi?” tanya Adrian benar-benar terkejut.
“Risma, teman kecilku itu dibunuh di apartemennya. Padahal kami masih mengobrol sore tadi,” lirih Crish menahan tangis.
“Apa? Apa Amos sudah tahu?”
“Dia sudah menangani kasus ini. Satu-satunya bukti adalah rekaman seorang wanita dengan jubah hitam keluar dan masuk ke apartemennya. Sepatunya benar-benar sama dengan apa yang Flora kenakan saat ini,” jawab Crish menoleh sejenak pada Flora yang menatap mereka dari jauh.
“Sebenarnya apa mau si brengsek itu? Kenapa dia membunuh pegawai ku dan meniru penampilan istriku?!”
“Adrian, ini mungkin bukan waktu yang tepat tapi aku harus jujur padamu.” Crish menatap Adrian dengan serius.
“Feeling ku buruk tentang semua ini. Seseorang sedang mengincar Flora. Aku begitu khawatir sampai tidak bisa berpikir dengan baik, aku tidak ingin terjadi hal yang buruk pada Flora.”
“Kamu tidak perlu khawatir untuk semua itu, aku akan menjaga Flora dengan baik.” balas Adrian.
“Aku mencintai Flora, Adrian.”
“Apa?!” Adrian benar-benar terkejut mendengarnya.
“Aku mengasihi Flora yang selalu kamu acuhkan dan lukai perasaannya. Aku cemburu melihat kedekatan kalian. Kamu pernah bertanya kenapa aku peduli padanya saat kamu ingin membuatnya terluka, kan? Karena aku mencintai Flora.” ucap Crish serius.
Adrian langsung melayangkan tinjunya di wajah Crish. Pukulan penuh kemarahan itu membuat Crish mundur beberapa langkah.
Adrian meraih kerahnya dan menatapnya tajam. “Apa yang kamu katakan?! Berani sekali kamu, sialan!”
“Berhenti! Apa yang kamu lakukan, Adrian?” Flora melerai mereka.
“Kamu sudah gila, ya?!” Flora menatap suaminya lalu menatap wajah Crish yang terluka itu.
Adrian menarik kasar tangan Flora yang hendak menolong Crish. “Kita pulang, Flora!” ucapnya meredam amarah.
“Tapi Crish sedang terluka. Lepas!” Flora memberontak saat Adrian membawanya pergi dari sana.
Adrian mendorong Flora dan langsung memasang sabuk pengamannya. Lalu dia melajukan mobilnya dengan kecepatan yang tinggi.
Flora menatap takut pria itu. “Adrian, ada apa denganmu?”
Adrian tidak menjawab. Dia semakin ugal-ugalan.
Flora memejamkan matanya karena ketakutan. “Aku takut,” ucapnya pelan.
Adrian pun langsung menginjak rem dan menahan tubuh Flora yang terguncang. Dia membuka sabuk pengamannya dan langsung keluar.
Adrian mengepalkan tangannya dengan rahang yang mengeras. Dia mencoba menenangkan dirinya di luar.
Setelah memenangkan dirinya, Flora juga ikut turun dan menatap pria itu.
“Adrian?”
Adrian menghela nafas panjang.
“Apa kamu baik-baik saja? Apa yang terjadi?” tanya Flora pelan.
Adrian berbalik. Dia menatap Flora dengan tajam. Ini bukan salah Flora, jelas. Tapi dia begitu marah pada semuanya saat ini.
“Aku tidak ingin melukai mu, Flo. Masuk kembali ke mobil!” Dia berucap dengan tegas.
“Tapi kamu sedang tidak baik-baik saja. Beritahu padaku apa yang membuatmu marah. Jangan meredamnya sendiri, aku istrimu.”
Tatapan tajam yang menghunus itu mulai mengendur dan kembali lembut. Dia menghampiri Flora dan langsung memeluknya erat.
“Eh? Kamu menangis?” Flora menepuk-nepuk punggung suaminya yang mulai bergetar itu.
“Ada apa?”
“Adrian?”
“Ya sudah, menangis lah. Aku di sini untuk mu.”
“Flo....” panggilan Adrian terdengar begitu pilu.
“Ya?” Flora mengelus punggung Adrian.
“Aku mencintai mu, pria lain mencintai mu juga. Aku tidak mau kamu pergi dariku. Bisakah kamu mengembalikan semua perasaan mu padaku? Berikan aku kepastian, Flora. Aku begitu takut,” ucap Adrian.
Flora terdiam sejenak. Haruskah dia mengatakan bahwa dia menaruh hati padanya? Dia tidak ingin gegabah karena pada dasarnya dia tidak berasal dari sana.
“Adrian, kenapa kamu bertingkah seperti bayi, hm? Aku tidak tahu ternyata suamiku punya sisi yang seperti ini. Berhentilah menangis," ujar Flora.
Adrian mengeratkan pelukannya.
“Kamu lapar? Ingin memakan sesuatu? Aku akan memasaknya untukmu,” kata Flora.
“Kita makan di restoran dekat danau, mau kan?” tanya Adrian.
“Ya, aku tahu kamu menghindari masakan ku. Tapi tidak masalah, aku akan belajar lagi.” Flora pun meraih wajah suaminya dan tersenyum.
Dia tertawa kecil. “Kamu menggemaskan sekali, Adrian.”
“Kamu yang menyetir ya, sayang. Aku sedikit lelah,” ujar Adrian kembali memeluk Flora.
“Ya, aku pun takut jika kamu yang menyetir. Ayo!”
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL LOVE
FantasySeorang dokter yang mencintai tenang dan senyap, juga tidak banyak bersuara, berbanding terbalik dengan apa yang harus dihadapinya. Flora Ivyolin yang tidak tertarik dengan percintaan menjadi seorang yang mengemis perhatian tunangannya karena sebuah...