Flora mulai bangun.
Dia menatap langit-langit kamar pasien dan kemudian menoleh ke arah sofa dimana Adrian sibuk dengan laptopnya.
“Apa ini hukuman ku karena mengacaukan ceritanya? Ini sakit." Dia meringis. Dia pun melihat selang infus yang terpasang dan menatap cairan itu beberapa saat.
Flora duduk dan menoleh kembali pada Adrian yang ternyata menatapnya mulai dari tadi. Pria itu benar-benar diam dan menatapnya lekat.
“Merasa lebih baik?" tanyanya kemudian.
Flora tidak menjawab. Dia hendak bangun, namun tidak jadi karena Adrian menghampirinya dengan segera.
“Istirahatlah, Flora. Jangan mengujiku!”
Flora diam. Dia berpikir sejenak. “Benar, aku seharusnya membiarkan cerita ini berjalan semestinya. Semakin aku memberontak, jantung ku rasanya sakit.” Dia membatin.
Flora menatap Adrian yang sudah duduk disampingnya sekilas, lalu dia menghela nafasnya.
Adrian meraih wajah Flora dengan tangan kekarnya. Ditatapnya wanita itu dengan lekat.
“Adrian! Aku sudah membawa yang kamu...,” ucap Isvara tidak melanjutkan perkataannya. Dia kemudian membuang pandang dan langsung duduk di sofa bersama Crish.
“Kamu harus makan dan meminum obatmu. Sebentar," ujar Adrian.
Kini Flora sedang makan seorang diri. Adrian, Crish, dan Isvara sibuk membahas sesuatu.
Flora menyelesaikan makannya dan meraih ponselnya di nakas, dan menggunakan benda itu untuk mengusir kebosanannya.
“Aku ingin tahu..., sepertinya caraku keluar dari sini adalah bagaimana cara ku masuk. Kecelakaan, truk putih di depan rumah sakit." Dia bergumam.
Flora mendorong tiang infusnya dan membuka gorden. Pemandangan kota sibuk nampak jelas dari sana. Dia dirawat di rumah sakit tempatnya bekerja, lebih tepatnya rumah sakit milik Adrian.
“Sebentar lagi jam pulang kerja, jalan akan sibuk.” Dia pun kembali menuju ranjang dan duduk di sana.
Flora menoleh pada ketiga orang itu. Mereka masih sibuk dengan pekerjaannya.
“Kamu lupa, Adrian! Menyebalkan sekali," ujar Isvara kesal.
“Aku memang lupa. Aku sibuk," balas Adrian.
“Kalau begitu, kita harus mengurusnya dengan segera. Bagaimana kalau besok kita pergi?" tanya Isvara.
“Aku tidak ikut. Ku percayakan pada kalian berdua," tolak Crish. Dia terlihat lebih pendiam dari biasanya, mungkin ada yang sedang dia pikirkan.
“Aku mengerti." Flora mengangguk setelah menyimak mereka.
Hari pun semakin gelap.
“Aku akan pulang sendiri. Ada sesuatu yang harus ku urus," ujar Flora.
Adrian diam dan melanjutkan kegiatannya. Dia mematikan laptopnya dan menyerahkan beberapa berkas pada Isvara.
“Crish akan mengantar mu," ucap Adrian. Dia pun pergi bersama Isvara lebih dahulu.
“Jika sedang sibuk, kamu bisa pergi lebih dahulu. Aku masih ada urusan," ucap Flora pada Crish.
“Tidak. Aku akan mengantarmu.”
Pria itu tersenyum dan meraih lengan Flora. Dia membawanya keluar dari ruangan itu.
Tak ada cara lain, Flora harus mengurungkan niatnya hari ini.
“Mm, Crish? Bisa kutanyakan sesuatu?"
Crish menoleh kemudian tersenyum. “Apa?" tanyanya ramah.
Flora merasa aneh dengan gelagat pria itu. Dia yakin bahwa Crish tidak menyukainya sebagaimana Adrian juga.
“Tidak jadi.” Flora membuang pandang.
Tibalah Flora di rumah.
Dia memasuki kamarnya dengan malas.
“Flora?” Tommy mengetuk pintu dan langsung masuk. Pria itu langsung memeluk putrinya karena khawatir.
“Kenapa kamu begitu keras kepala, Flora? Ayah khawatir, benar-benar sangat khawatir,” ujarnya lembut.
Diperlakukan begitu, Flora mulai luluh. Kasi sayang Tommy padanya benar-benar membuatnya nyaman. Semua terasa asing baginya, namun tidak dengan ayahnya itu.
“Maafkan Ivy, yah. Mm... maafkan Flora.” Dia membalas pelukan itu dengan sangat erat.
“Baiklah, tidak masalah. Asal kamu baik-baik saja dan bahagia. Sekarang ayo kita makan di luar. Akan ada jamuan penting. Kamu tidak akan kesepian karena yang lainnya juga ikut. Ya, Adrian memang tidak ikut, sih.” Tommy tersenyum dan mengelus suari putrinya dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL LOVE
FantasySeorang dokter yang mencintai tenang dan senyap, juga tidak banyak bersuara, berbanding terbalik dengan apa yang harus dihadapinya. Flora Ivyolin yang tidak tertarik dengan percintaan menjadi seorang yang mengemis perhatian tunangannya karena sebuah...