Adrian mengerjapkan matanya dan tidak menemukan istrinya di kamar besar itu.
“Flo?”
“Flora?”
Dia pun bangun dan keluar dari kamar.
“Dimana istriku?” tanyanya pada pelayan yang sedang membersihkan lantai.
“Nyonya sedang di taman belakang, tuan.” Pelayan itu menjawab dengan sopan.
Adrian pun langsung bergegas ke belakang. Udara sedikit dingin, jadi dia menggosok telapak tangannya guna menciptakan kehangatan.
“Hah?” Adrian melongo. Pemandangan di depannya membuatnya tidak habis pikir.
“Flora, naik!” Ucapnya tegas.
Flora yang sedang berenang menoleh. “Aku baru masuk. Ada apa?” tanya Flora berenang ke tepi.
“Sepagi ini?!” Adrian meraih lengan Flora.
“Astaga, Flora! Kamu tidak bisa melakukan ini lagi!” Adrian resah sendiri melihat pakaian renang istrinya itu.
“Kenapa?” Flora menatap pria itu.
Adrian mengambil handuk yang terletak di gazebo dan membungkus tubuh wanita itu. “Kamu harus hati-hati dengan pria mesum! Bahkan pria dengan iman teguh sekalipun, akan langsung memakan mu dengan segera!” tegas pria itu.
“Apa kamu tergoda? Aku berenang sepagi ini agar tidak ada yang melihat ku,” ucap flora santai. Dia pun berjalan menuju pintu samping.
--o0o--
Siang ini, hawa masih terasa dingin. Musim penghujan akan datang kembali.
Adrian menoleh pada Flora yang bersin.
“Jangan memarahiku, Adrian. Aku tahu aku salah,” ucap Flora.
Adrian menggeleng. “Tubuhmu lemah, dan kamu malah menggoda orang-orang pagi tadi.”
Flora berdecak kesal. Dia tidak mau kena marah, jadi dia tidak akan membantah untuk saat ini. Apalagi hari ini mereka tidak akan keluar karena suaminya ingin bekerja dari rumah.
Flora pun memakan anggur yang ada di depannya sembari memainkan ponselnya.
“Flo?”
“Mm?” Flora menoleh.
Adrian hanya diam dan menatap wanita itu.
“Apa?” tanya Flora kesal dan suaminya hanya diam.
Flora kembali memainkan ponselnya.
“Flora?”
Flora menoleh namun Adrian hanya diam. “Awas saja jika kamu memanggil ku lagi!”
“Flo?”
“Flora?”
“Ivy?”
Flora langsung menoleh.
“Aku ingin memanggil mu dengan panggilan yang berbeda. Itu yang sedang kupikirkan,” ucap Adrian.
“Kenapa?” Flora menyelidik.
“Agar sedikit berbeda. Aku akan memanggilmu Ivy,” ujar Adrian.
“Boleh. Asal aku bisa ke rumah sakit tanpa jam yang kamu tentukan itu,” ucap Flora bernegosiasi.
Adrian menggeleng singkat lalu kembali mengerjakan pekerjaannya.
“Apa Crish dan Isvara tidak datang?” tanya Flora. Biasanya jika Adrian tidak ke kantor, mereka yang akan mendatangi pria itu.
“Tidak. Kenapa?”
“Eh.. tidak ada. Aku hanya ingin memberikan sesuatu pada Crish,” jawab Flora.
Adrian langsung tidak bersemangat. Suasana hatinya menjadi buruk karena perkataan wanita itu. “Flora, kamu tidak bisa dekat-dekat dengan Crish!”
“Kenapa?” Flora menatap Adrian yang kesal.
“Karena kamu sudah punya suami. Dan jangan membuat Isvara kesal padamu,” ucap Adrian.
“Hah? Kenapa aku harus menjaga perasaan Isvara sementara kalian menyakiti perasaan ku?” Flora tidak terima.
“Kenapa kamu tidak peka? Isvara menyukai Crish!” ucap Adrian karena mulai kesal.
Flora melongo. Bahkan buah anggur yang hendak dia makan itu terjatuh ke lantai. “Kamu tidak sedang bercanda, kan? Isvara menyukai mu, bodoh!” Ujar Flora dengan segera.
“Siapa yang kamu sebut bodoh? Tanyakan pada Isvara jika kamu tidak percaya,” ucap Adrian.
Flora mendekati Adrian dan meraih wajah suaminya dengan kedua tangannya.
“Dengar suamiku, Isvara mencintai mu. Kamu pun mencintai dia!”
Adrian tersenyum. “Kamu masih cemburu dan menganggap kami memiliki hubungan? Berarti kamu mencintai ku, kan?”
Flora mendekat dan menatap tajam mata pria itu. “Bisa cubit aku? Sepertinya aku bermimpi di dalam mimpi," ucap Flora semakin bingung.
Flora meringis saat Adrian mencubit pinggangnya. “Kenapa mencubit ku? Sakit tahu!”
Adrian tertawa kecil. “Kamu yang memintanya, bodoh! Tidur sana! Sepertinya otakmu mulai bergeser karena cemburu,” ujar Adrian santai.
Flora menatap kesal pria itu dan langsung pergi dari ruang kerja Adrian.
Adrian menoleh pada Flora yang sudah pergi. Dia tersenyum. “Ya, ini melegakan. Kupikir perasaan Flora benar-benar sudah tidak tersisa lagi,” gumamnya.
“Adrian?” Flora tiba-tiba muncul kembali di balik pintu.
“Apa?”
“Apa aku bisa keluar bersama teman-teman ku nanti malam?” tanya Flora.
“Tidak!” Adrian menolaknya dengan segera.
“Hanya kali ini, aku mohon.” Flora menyatukan kedua tangannya dan memohon pada pria itu.
“Tidak, istriku sayang sang pembohong dan penghianat kecil! Kamu tidak bisa keluar,” ucap Adrian.
Flora melotot.
“Aku akan meminta pada mama Ghina agar aku bisa keluar malam ini. Aku sudah meminta izin dengan baik padamu, tapi kamu malah menolak mentah-mentah. Dasar suami menyebalkan!” Dia pun langsung pergi dari sana.
“Hanya malam ini, Flora. Selanjutnya kamu tidak akan pernah bisa keluar selain bersama ku.” Adrian menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL LOVE
FantasySeorang dokter yang mencintai tenang dan senyap, juga tidak banyak bersuara, berbanding terbalik dengan apa yang harus dihadapinya. Flora Ivyolin yang tidak tertarik dengan percintaan menjadi seorang yang mengemis perhatian tunangannya karena sebuah...