Pagi ini Ghina membawa sarapan untuk Adrian. Dia langsung duduk di samping Flora, setelah dia memaksa putranya makan di sofa.
“Flo, tadi mama membeli alat sulam yang baru. Mama membeli yang paling mahal, loh,” ujar Ghina seraya mengelus tangan menantunya.
“Ma, Flora tidak bisa menyulam lagi. Jarinya sering tertusuk jarum, dia bilang kemampuannya menurun karena sesuatu.” ujar Adrian menyahut.
“Eh? Memangnya ada yang seperti itu?” tanya Ghina keheranan. Putranya mengangkat bahu seraya melanjutkan makannya.
Ghina tersenyum menatap Adrian. “Kamu sangat mencintai Flora, ya Adrian?” tanyanya.
Adrian mengangguk. “Jika Flora memintaku melompat ke jurang untuk membuktikannya, akan kulakukan tanpa berpikir dua kali.”
“Eh, kamu berbahaya sekali.” Ghina menggelengkan kepalanya.
Adrian meneguk air setelah menyelesaikan sarapannya dan menghampiri mereka. Dia duduk di sebelah mamanya dan meraih tangan Flora.
“Kamu tidak ingin pulang dan istirahat dulu?” tanya Ghina.
Adrian menggeleng. Dia tidak akan meninggalkan Flora.
Adrian mengelus jemari lentik itu, menggeser pelan cincin pernikahan mereka dan kembali menggenggam tangan Flora. “Bangun, Flo sayang. Aku tidak masalah jika kamu selalu membantahku dan selalu keras kepala. Tidak masalah juga jika kamu keluar rumah sampai sore. Aku tidak akan cemburuan lagi,” ucapnya.
Ghina menepuk bahu Adrian. “Flora akan baik-baik saja. Ini sudah pernah terjadi dulu, dan dia bisa melewatinya. Mama yakin,” ujar Ghina mencoba menegarkan putranya.
“Ma, apa menurutmu ini karma ku?” tanya Adrian.
“Eh?” Ghina mengerutkan keningnya karena tidak mengerti.
“Sebenarnya kami terlibat dalam perdebatan sebelum menikah. Flora tiba-tiba tidak ingin menikah dengan ku karena aku terlalu sering mengecewakannya.
Flora sudah menyerah karena aku selalu mengacuhkannya. Tapi saat dia menyerah, aku justru tidak mau melepaskannya. Aku mencintai Flora, ma.”
Ghina mengangguk sembari menepuk-nepuk punggung Adrian. “Mama tidak tahu apapun tentang karma, mama tidak punya hak untuk mengatakannya sebagai karma. Tapi Adrian, pengalaman mama sendiri adalah soal cinta. Dia sebenarnya bisa habis dan kandas begitu saja, bersamaan dengan perubahan menjadi mati rasa.”
“Ma .... kami saling mencintai. Meski Flora tidak pernah mengatakan itu lagi, aku yakin dia mencintai ku, hanya mungkin tertutup karena ... Flora kecewa pada Adrian, ma.”
Ghina menatap putranya dan memeluknya. “Flora akan baik-baik saja dan kalian juga akan baik-baik saja. Bersabarlah, nak.”
Adrian mengangguk dan mencoba untuk mempercayai itu semua. Dia pun melepaskan pelukan mamanya dan menatap istrinya.
“Oh ya, mama ada pekerjaan sama papa mu hari ini. Mama pergi dulu, ya. Tommy sebentar lagi akan datang,” ucap Ghina.
Adrian mengangguk. Saat dia setuju, mamanya pun langsung pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL LOVE
FantasySeorang dokter yang mencintai tenang dan senyap, juga tidak banyak bersuara, berbanding terbalik dengan apa yang harus dihadapinya. Flora Ivyolin yang tidak tertarik dengan percintaan menjadi seorang yang mengemis perhatian tunangannya karena sebuah...