Ephemeral Love 15

44.3K 3K 5
                                    

Sudah satu minggu sejak Adrian pergi. Flora benar-benar melakukan aktivitasnya dengan baik. Tidak sekalipun jantungnya sakit, dia juga merasa nyaman.

Sore ini Flora duduk sendiri di kursi taman. Tubuhnya sangat lelah satu harian ini. Tanpa peduli dengan Dio dan Yogi, dia ikut turun tangan mengobati pasien anak-anak karena kebakaran di sekolah. Flora mengakui jika dia sangat kelelahan kesana kemari.

“Dokter Flora, pak Dio memanggilmu.” Seorang perawat menghampiri wanita itu.

Flora menoleh dan mengangguk. Dia sudah tahu konsekuensinya, namun tidak mungkin dia tinggal diam melihat pasien yang kesakitan. Meski banyak dokter yang menangani, dia harus bergerak juga agar tidak ada yang terlambat.

Setibanya dia di depan ruang direktur utama, Flora mengetuk pintu dengan pelan. “Permisi, ini Flora.”

“Silahkan masuk," ucap Dio.

Flora pun masuk.

“Kamu tahu kenapa aku memanggil mu ke sini?” tanya pria itu. Dia tidak sendiri, di sana ada  sekretarisnya, Yogi, dan entah mengapa ada Crish juga.

“Aku tahu. Aku benar-benar minta maaf untuk tindakan ku yang melanggar aturan,” ucap Flora.

“Sebenarnya ini kabar bagus karena jantungmu tidak sakit selama melakukan itu semua. Tapi nak Flora, kenapa kamu tidak peduli dengan dirimu sendiri? Bagaimana bisa kamu melanggar peraturan dan tidak menghargai jantungmu?” Yogi bersuara. Dia melipat tangannya dan menatap Flora.

“Maaf, aku menyesal," ucap Flora pelan. Jujur dia tidak menyesal. Dari wajahnya mereka pasti tahu. Flora sudah memikirkan jawaban itu mulai dari tadi.

“Kamu membuat semua orang kena masalah, Flora. Apa yang harus kami katakan pada tuan Adrian?” ucap Dio.

Flora mengangkat kepalanya kemudian menunduk. Dia tidak berpikir sejauh itu. Tapi menurutnya ini tidak akan menjadi masalah yang besar. “Maaf,” gumamnya.

“Sudahlah Flora, ikut aku. Adrian akan pulang sore ini.” ucap Crish. Pria itu pun membawa Flora dari sana.

Di dalam mobil, Flora menghela nafasnya.

“Merindukan Adrian?” tanya Crish.

Flora menoleh. “Tidak,” jawabnya. Dia pun bersandar dan menatap jalanan.

Crish tertawa kecil. Baginya Adrian akan merasakan pembalasannya dengan segera. Tapi dia tahu bagaimana Adrian bertindak, dia takut sesuatu yang buruk akan terjadi.

Mereka pun tiba di bandara. Flora sebenarnya tidak ingin ikut, tapi dia tidak ingin menahan dan akan membiarkan semua berjalan semestinya.

“Aku bahkan belum sempat membuka ini,” ujar Flora. Sembari menunggu dia membuka jubah putihnya dan melipatnya dengan rapi.

Saat selesai dengan kegiatannya, dia menoleh dan melihat Adrian bersama Isvara datang. Para pengawalnya pun berjalan mengikuti di belakang.

“Mm?” Flora bergumam. Penampilan kedua orang itu nampak serasi dimatanya.

“Jangan cemburu, mereka ke sana hanya karena pekerjaan,” ucap Crish.

“Aku tahu, memangnya siapa yang cemburu?” balas Flora.

“Eh?" Crish bingung. Biasanya pun Flora akan berlari menghampiri, bukan menunggu seperti yang sedang mereka lakukan.

Mereka mendekat dan akhirnya berdiri di hadapan Flora dan Crish.

“Selamat datang. Bagaimana perjalanan kalian?” tanya Crish menyambut.

“Baik," jawab Isvara.

Kemudian mereka menoleh pada Adrian dan Flora yang hanya diam dan saling menatap. Mereka tahu sahabatnya itu sedang marah besar pada Flora, dan wanita itu tidak sadar sama sekali.

“Selamat datang kembali," ucap Flora. Tidak tahan dengan tatapan tajam itu akhirnya dia memutuskan untuk berkata seperti itu.

“Menunggu ku?” tanya Adrian mendekat.

Flora menatapnya tak karuan. Dengan kilatan tajam dan dipenuhi kemarahan itu, dia pun sadar jika pria yang didepannya ini akan meledak begitu saja.

“Ya," jawab Flora. “Maaf jika aku melewati batasku," ucapnya langsung.

“Aku tidak ingin membahas itu di sini. Kita pulang,” ujar Adrian. Dia menarik lengan Flora dan membawanya pergi dari sana.

“Apa yang terjadi?" tanya Isvara.

“Kurasa Adrian sedang cemburu," jawab Crish. Mereka mengikuti Adrian dan Flora.

“Cemburu? Yang benar saja! Itu bukan tatapan cemburu, tetapi tatapan membunuh! Apa yang Flora lakukan selama kami pergi? Jangan bilang dia ke rumah sakit lagi," ucap Isvara serius.

“Adrian mengizinkan dia kembali ke rumah sakit. Hanya saja Flora melakukan beberapa hal yang tidak Adrian sukai.”

“Apa?”

“Kenapa kamu begitu penasaran? Tanya saja pada Adrian. Lagipula Flora bersikap aneh, seolah-olah tidak mencintai Adrian lagi,” ujar Crish.

Wanita disampingnya langsung mematung karena terkejut. Sedetik kemudian dia tersenyum miring. Benar-benar aneh.
 

EPHEMERAL LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang