“Hey, ada apa ingin menemui ku?” tanya Isvara menghampiri Crish.
Crish menoleh. Wanita cantik itu tersenyum manis seperti biasanya. “Duduklah,” ucapnya.
Isvara pun duduk di sampingnya.
“Bagaimana keadaan tante Rumy?”
Isvara menoleh. “Tidak ada yang berubah. Mama masih belum membuka matanya sejak kemarin lusa,” jawabnya.
Crish mengangguk singkat. “Keadaanmu?” tanyanya.
Senyuman manis kembali terukir di bibirnya, Isvara mengangguk. “Aku baik.” jawabnya senang.
“Kita sudah berteman sejak sepuluh tahun yang lalu. Ku rasa aku masih belum mengetahui banyak hal tentang mu, Vara. Maaf,” ucap Crish.
“Tidak masalah. Apa yang ingin kamu tahu? Ini karena kalian membatasi diri padaku sejak ada Flora.”
“Kamu membenci Flora, ya?” tanya Crish.
“Ya.” Isvara menatap pria itu. “Sejak dia datang, matamu selalu tertuju padanya. Aku membenci Flora yang selalu merebut semua milikku,” jawab Isvara.
“Milikmu? Apa yang sudah Flora rebut dari mu?” tanya Crish. Dia ingin menguji kejujuran wanita itu dan menghapus semua kecurigaannya. Bagaimana pun, Isvara adalah sahabatnya.
Isvara tersenyum dan menggeleng pelan. Lalu dia beralih ke ponselnya yang berdering karena notifikasi pesan.
Saat dia kembali menoleh, Adrian sudah datang menghampiri mereka.
“Hay Vara, lama tidak melihatmu,” ucap Adrian.
Isvara mengerutkan keningnya. Adrian bahkan tidak suka bertele-tele dengan sapaan seperti itu. Dia sudah tahu harus menjawab apa jika mereka membahas tentang kematian ibu Flora. Tentu mereka tidak akan menyeret dirinya.
Adrian pun duduk bersama mereka.
“Em... Aku ingin bertanya, Vara." Crish memerengkan tubuhnya dan menatap Isvara.
“Ya?”
“Tentang kasus kematian ibu Flora,” ujar Crish.
“Aku tidak tahu, Crish. Kesehatan mental mama tidak baik, dan sekarang dia belum bangun. Aku tidak tahu harus bagaimana, sementara om Tommy melaporkannya. Jikapun bukti itu benar adanya, aku akan membela mama sebagai putrinya,” ucap Isvara tenang.
“Maaf untuk itu, Adrian.” ucapnya kemudian pada Adrian yang hanya diam seraya melipat tangannya. “Aku tidak ingin merusak pertemanan kita hanya karena masalah itu. Maaf.”
“Itu bukan masalah yang kecil, Vara. Flora mencari dan memperjuangkan semua bukti itu seorang diri. Bagaimana bisa kamu tega membiarkannya saat kesakitan, dan tidak pernah menjenguknya? Apa kamu senang dia berbaring di rumah sakit?” tanya Adrian dingin. Fakta tentang Rumy yang menipu Tommy membuatnya jijik untuk menatap wanita itu.
“Kamu tidak mencintainya, kenapa kamu berubah begitu cepat?”
“Aku mencintai, Flora. Sekarang jawab aku! Apa yang sedang kamu sembunyikan dari kami?” tanya Adrian meredam kesal.
Isvara tersenyum tipis. “Flora begitu berpengaruh bagi kalian. Sejak kehadirannya, aku selalu terabaikan. Bahkan cintaku tidak pernah terbalas.”
“Jangan mengalihkan pembicaraan, Isvara! Aku bisa saja me...”
Crish menahan Adrian. Dia menggeleng pelan.
“Kalian jahat! Flora jahat! Kenapa hanya Flora dan bukan aku saja?!” kesal Isvara.
“Isvara, tenanglah,” ujar Crish.
“Apa menurut mu ini adil? Dia selalu mendapatkan apa yang dia mau, sementara aku tidak!”
“Apa yang sedang kamu bicarakan? Tentu Flora akan mendapatkan semuanya karena dia mempunyai aku dan ayahnya. Kenapa kamu bertingkah seolah kalian bersaudara dan punya orangtua yang sama?” tanya Adrian menatapnya tajam.
“Apa kalian tahu bahwa aku dan Flora mempunyai ayah yang sama?” teriak wanita itu mulai marah.
Kedua pria itu menatap Isvara dengan serius.
“Bagaimana bisa?” tanya Crish.
“Ibu Flora merebut ayah ku!”
Adrian menggeleng. “Kamu menipu kami sejak sepuluh tahun yang lalu. Kamu benar-benar licik, Vara.”
“Apa? Aku tidak menipu kalian! Apa kalian akan percaya begitu saja jika ku beritahu? Tidak kan?!”
“Sebenarnya musuhmu adalah dirimu sendiri. Aku tidak pernah berniat merusak pertemanan kita, namun ini keterlaluan, Vara. Bagaimana jika istriku tahu semua ini?” ucap Adrian.
“Jika kamu memberitahunya, dia akan mati. Jantungnya tidak akan bisa menahan semua itu,” ujar Isvara.
Crish menahan Adrian yang hendak melayangkan pukulan itu. “Vara, kenapa kamu tidak jujur saja sejak awal? Kami kecewa, jujur saja.”
Isvara tersenyum. “Kalian jahat!”
Adrian meraih ponselnya yang tiba-tiba berdering.
“...”
“Ya," ucap pria itu dan mengakhiri panggilannya. “Aku pergi dulu. Flora mungkin sudah bangun, tadi kondisinya sempat menurun sejak sadar," ucap Adrian. Dia pun pergi meninggalkan mereka.
Crish menghela nafasnya. “Vara, kamu melakukan kesalahan. Jujur dan minta maaflah pada Flora,” ucapnya.
“Kenapa aku yang harus minta maaf? Dia mengambil kalian dariku, dan mengambil ayahku dari kami.”
“Tidak, Vara. Kamu salah, Flora tidak pernah mengambil milik orang lain. Dia hanya memperjuangkan miliknya sendiri,” ujar Crish.
“Kenapa kamu membelanya, Crish?! Aku mencintaimu, sedangkan dia tidak!”
“Meski Flora tidak mencintai ku, aku akan membelanya,” ujar Crish.
Isvara menggeleng dengan mata yang memerah karena emosi itu. Dia meraih ponselnya yang tiba-tiba berdering.
“...”
“Apa?” Dia benar-benar terkejut. Isvara langsung berlari meninggalkan Crish seorang diri di sana.
Crish merenung sejenak. Amos pun menghampirinya dan duduk di samping pria itu.
“Berapa lama mamanya di rawat di rumah sakit ini?” tanya Amos.
“Lebih dari lima tahun,” jawab Crish.
“Cukup lama. Itu berarti dia bisa tahu titik vital manusia, kan? Dia juga pasti tahu saat seseorang lengah, dan kapan dia akan menyerang titik itu.”
Crish langsung menoleh, menatap Amos yang nampak berpikir serius.
“Perkiraan tinggi badannya juga sama. Isvara memiliki tinggi badan yang serupa dengan nyonya Flora. Rambutnya coklat, namun bisa saja dia memakai wig saat beraksi.”
“Kamu mencurigai Isvara sekarang?” tanya Crish.
“Aku menyimak. Sepertinya dia benar-benar membenci saudaranya, padahal dia adalah hasil tipuan mamanya. Jika dibayangkan, aku sedikit jijik dengannya dan mamanya itu. Apalagi sifat mamanya bisa saja diwarisi padanya.”
“Aku mengenalnya sejak sepuluh tahun yang lalu, Isvara begitu baik dan polos. Namun setelah semua ini, sulit bagiku untuk mempercayainya. Kurasa ada baiknya kita menyelidiki Isvara juga,” ucap Crish.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL LOVE
FantasySeorang dokter yang mencintai tenang dan senyap, juga tidak banyak bersuara, berbanding terbalik dengan apa yang harus dihadapinya. Flora Ivyolin yang tidak tertarik dengan percintaan menjadi seorang yang mengemis perhatian tunangannya karena sebuah...