Adrian mengantar Flora pagi ini. Kini pria itu langsung melajukan mobilnya dan pergi dari kediaman Tommy.
Flora menghela nafasnya dan berbalik. Di sana, Tommy tersenyum menyambutnya.
“Merindukan Adrian tapi tidak merindukan ayah? Tega sekali kamu meninggalkan ku,” ucap Tommy.
Dia bukan pria yang akan mengekang putri semata wayangnya. Kondisi wanita itu membuatnya terlalu memanjakan dan mengiyakan semua permintaan Flora. Adrian mengatakan jika Flora lah yang ingin tidur di rumahnya karena rindu, jadi Tommy setuju. Lagi pula mereka akan segera menikah.
“Aku merindukan ayah,” ucap Flora tersenyum manis.
Pukul sepuluh pagi.
Flora mulai bosan berdiam diri. Dia meraih ponselnya hendak mengirim pesan pada Adrian. Jujur saja dia mulai takut pada pria itu.
Adrian love
Aku izin ke rumah sakit. Kali ini aku benar-benar tidak akan mengacau.
Baiklah.
Aku akan menjemputmu nanti.Tidak, aku akan pulang sendiri.
AKU AKAN MENJEMPUT MU!
___________Flora menghela nafasnya. Setidaknya Adrian mengizinkan, bukan?
Flora pun bersiap-siap.
“Ke mana?” tanya Tommy. Pria itu pun hendak pergi juga.
“Rumah sakit," jawab Flora.
“Sudah izin pada Adrian?”
“Sudah.”
“Kalau begitu ayah yang akan mengantar tuan putri ku. Ayo sayang.”
Sementara itu di Raeheorms Company, Adrian sibuk dengan pekerjaannya.
Sesekali dia mengintip ponselnya, berharap ada pesan yang masuk lagi ke sana. Sesuatu yang aneh terjadi padanya. Benar, dia menunggu pesan dari Flora lagi.
Suara ketukan pintu membuatnya sedikit terganggu. Dia pun memperbolehkan Crish dan Isvara untuk masuk.
“Rapat tadi kamu marah-marah lagi, kenapa?" tanya Isvara.
“Ya, kesalahan yang sama lagi.” Crish yang menjawab. Pria itu langsung mengantarkan berkas baru pada Adrian untuk ditandatangani.
“Apa bisa si brengsek itu tidak datang? Apa maksudnya tiba-tiba ikut serta dalam mega projects ini?” ucap Adrian
“Mereka setuju-setuju saja. Lagipula jangan karena masalah pribadi, banyak orang yang kalian korbankan," ucap Crish memperingati.
“Tante dan om belum pulang, ya? Katanya minggu ini,” ujar Isvara.
Adrian menggeleng kemudian melanjutkan kegiatannya. Dia menjaga jarak dengan orangtuanya karena perjodohan itu. Namun bagaimana pun, dia tidak pernah membenci mereka.
“Sepertinya mereka sudah tiba. Rapat akan dimulai jam dua nanti, akan ku periksa persiapannya.” Crish pun pamit pergi.
Isvara menatap Adrian yang sibuk itu.
“Adrian, ku dengar dari pelayan, Flora tidur di mansion mu. Kamu tidak mengkasarinya, kan?” tanya Isvara. Dia tahu sahabatnya itu kasar dan pemarah. Hanya saja dia ingin memastikan sesuatu sebelum bertindak kembali.
“Apa menurut mu aku akan tega melakukannya?” tanya Adrian balik.
“Kamu pernah menamparnya, mencampakkan perasaanya, menunda-nunda pernikahan kalian, tidak memperdulikannya berbulan-bulan, dan selalu membentaknya. Itu yang terjadi jika kamu lupa,” jawab Isvara.
“Ya, semua itu benar. Pernikahan bukan segalanya, aku tidak mau terikat padanya.” Adrian bergumam.
Sementara itu Crish sudah kembali. Dia hanya memeriksa sebentar.
“Tapi Flora mencintai mu,” ucap Isvara tiba-tiba.
“Aku tidak.” Adrian mulai jengah dengan pembahasan itu.
“Kamu pikir Flora akan mencintai mu selama itu? Cintanya akan kandas karena sikapmu. Cinta tidak seabadi itu, Adrian. Lagipula siapa yang akan tahan dengan cinta sepihak?” ucap Crish menimpali.
Isvara mendongak dan menatap pria itu. “Benar, siapa yang akan tahan dengan cinta sepihak. Andai saja aku... Ahk, sudahlah!” Isvara langsung membuka tabletnya, tidak ingin melanjutkan perkataannya.
“Kamu tahu Flora begitu mencintai ku, apa maksud mu cintanya akan kandas?” Adrian menatap tajam pria itu dari kursi kebesarannya.
“Ada apa? Seperti tidak pernah jatuh cinta dan hilang cinta saja. Jangan bilang Flora adalah wanita pertama yang memasuki hidupmu?”
“Tidak. Aku mencintai wanita lain,” ucap Adrian langsung kembali fokus pada pekerjaannya.
Crish menatap pria itu tanpa ekspresi. Sulit untuk mendeskripsikan perasaannya, dia begitu marah dengan perkataan pria itu. Adrian selalu saja bermain dengan perasaan Flora.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL LOVE
FantasySeorang dokter yang mencintai tenang dan senyap, juga tidak banyak bersuara, berbanding terbalik dengan apa yang harus dihadapinya. Flora Ivyolin yang tidak tertarik dengan percintaan menjadi seorang yang mengemis perhatian tunangannya karena sebuah...