Langkah Flora terhenti saat Ghina memanggilnya.
"Hay Flo sayang, bagaimana pemeriksaan mu?" tanya Ghina menghampiri.
"Seperti biasa ma, aku baik-baik saja," balas Flora tersenyum manis.
"Syukurlah. Ayo temani mama ke kantor Adrian."
"Tapi ma, aku ingin ..."
"Tidak, Flo. Temani mama saja," ujar Ghina mutlak. Dia pun membawa Flora menuju kantor Adrian.
Tibalah mereka di Raeheorms Company.
Orang-orang mulai memberi hormat dan menyapa mereka.
"Selamat siang bu, ada yang bisa kami bantu?" tanya seorang pria saat mereka tiba di resepsionis.
"Apa rapat Adrian sudah selesai?"
"Sudah, bu. Beliau sedang di ruangannya," jawab pria itu.
"Oke, katakan pada Adrian, mama dan istrinya yang manja sudah datang. Aku tidak ingin ada orang lain di ruangannya saat kami berkunjung," ucap Ghina.
"Baik, bu." Pria itupun langsung mengantarkan mereka ke lift.
Kini mereka sudah berada di depan pintu ruangan Adrian. Saat hendak membuka pintu, Isvara langsung keluar dari sana.
"Eh... selamat pagi bu, pagi Flora," sapa Isvara. Senyuman dan gelagatnya menunjukkan ketidak nyamanan, atau mungkin dia terkejut dengan kedatangan mereka.
"Awas," ucap Ghina ketus. Dia tidak membalas sapaan itu dan langsung masuk.
"Pagi," ujar Flora. Dia tersenyum pada Isvara yang kini terdiam menatapnya.
"Aku dan Adrian ..."
"Tidak masalah. Aku masuk dulu," potong Flora. Dia bersikap ramah pada wanita itu.
Flora pun memasuki ruangan Adrian. Matanya tertuju pada bunga yang dia berikan pada Adrian itu. Bunga yang nampak layu itu diletakkan di atas meja.
"Adrian, apa kamu sudah makan?" tanya Ghina.
"Sudah," jawab pria itu.
Ghina pun menghampiri putranya sementara Flora berjalan menuju sofa dan menatap lekat bunga itu.
"Mama dengar kamu sering marah-marah. Apa lagi kali ini?"
"Tidak ada, hanya masalah pekerjaan," jawab Adrian cuek.
"Jangan terlalu sibuk dengan pekerjaan mu. Kamu harus menghabiskan waktumu bersama Flora. Apalagi menjelang pernikahan, masalah bisa saja menguji kalian. Jadi .., matikan laptop mu dan sapalah Flora."
Adrian menoleh pada mamanya kemudian menatap Flora yang hanya diam di sofa. Dia tahu wanita itu tidak mendengarkan mereka mulai dari tadi karena fokus pada ponselnya.
Sementara Flora, dia sibuk mencari informasi bagaimana merawat bunga yang hampir mati di internetnya.
Ghina pun menoleh ke arah pandangan putranya, kemudian menatap Flora yang kini menghela nafas dan menyentuh daun bunga itu.
"Eh? Kenapa ada bunga di sana?" tanya Ghina. Dia menghampiri Flora untuk melihat bunga itu.
"Harusnya itu di tempat sampah, aku lupa membuangnya." jawab Adrian dingin. Dia langsung melanjutkan pekerjaannya.
"Kasihan sekali, dia tidak di rawat. Jangan dibuang, mama yang akan menyelamatkannya," ucap Ghina.
"Tidak. Flora saja, ma." balas Flora. Dia mengambil gunting yang terletak di sana dan mulai memotong bunga-bunga itu. Setelahnya dia akan merawat bunga itu dengan baik.
"Tumbuhan juga punya perasaan, dia pasti senang karena kamu ingin merawatnya. Mama akan membelikan pupuk dan obatnya," ucap Ghina pada Flora.
"Iya, ma."
Adrian menoleh. Dia menatap kedua wanita itu dan mulai fokus mengamati wajah Flora. Sulit baginya untuk mengerti maksud dari ekspresi datar itu. Biasanya Flora akan menunjukkan kekecewaan, girang, bahagia, atau menangis dengan terang-terangan.
"Sebenarnya mama ingin membicarakan tentang rencana pernikahan kalian ini. Kalian ingin di pantai yang mana? Saran mama sih, di pantai timur agar kalian bisa berbulan madu dengan tenang di sana. Jika ke barat, orang-orang akan banyak berkunjung. Mama tidak tega melarang mereka untuk berkunjung sementara. Bagaimana?" ucap wanita itu terdengar bersemangat.
Flora menatap wanita itu. Tidak tahu harus merespon bagaimana, dia tersenyum dan mengangkat kedua bahunya.
"Flora, kamu ingin mengikut saja setelah Adrian menunda pernikahan kalian dua kali?" tanya Ghina menatap Flora yang hanya tersenyum padanya.
"Bagaimana ini?" batin Flora. "Kami pun datang di waktu yang salah. Mungkin tadi Adrian dan Isvara sedang... Ahk! Aku tidak tahu." Flora sibuk dengan pikirannya sendiri.
Ghina menatap Flora. Wanita didepannya begitu mirip dengan mendiang sahabatnya. Bukan hanya menginginkan Flora sebagai istri dari putranya, dia menganggap wanita itu seperti putrinya.
"Baiklah. Karena kalian tidak ingin memberikan saran, mama yang akan mengurus semuanya. Mama kesal pada kalian berdua," ucap Ghina. Dia pun langsung mencari sesuatu di ponselnya yang berkaitan dengan rencana pernikahan Adrian dan Flora.
Flora menghela nafas. Dia langsung membereskan bunga layu yang dia guntingi tadi.
=========
Hy Ezeng, ini Tania Ssi.Double update buat kamu, spesial malam minggu ini. Heheh~
Terimakasih sudah berkunjung 💓
=========
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL LOVE
FantasySeorang dokter yang mencintai tenang dan senyap, juga tidak banyak bersuara, berbanding terbalik dengan apa yang harus dihadapinya. Flora Ivyolin yang tidak tertarik dengan percintaan menjadi seorang yang mengemis perhatian tunangannya karena sebuah...