hal-I

62 2 0
                                    

"Aaaa!" seorang siswa lelaki yang baru tiba dikelas pertama kali terjatuh lemas hingga duduk. Merangkak pelan keluar kelas dengan napas ngos-ngosan.

"Woi, Lo kenapa teriak?"Farhan yang melihat tingkah Fathur ketakutan dan syok," Habis lihat hantu, Lo?" tanya Farhan yang belum dijawab apapun oleh Fathur.

Farhan mengamati Fathur yang gemetar menunjuk ke arah pintu kelas. Seperti ada masalah serius di dalam kelasnya, dengan raut penasaran dengan santai membuka pintu kelas.

Sreet!

Farhan yang membuka pintu kelas, melangkahkan kaki masuk tiba-tiba meneteskan air mata. Raut wajahnya berubah sangat sedih saat mendapati seorang yang dikenalnya terkapar dengan mengerikan. "Aaaaa, haaa hiks ..."

Farhan terjatuh di depan pintu. Air matanya mengalir semakin deras saat melihat kondisi seorang itu dengan bersimbah darah. Ada dua pisau yang tertancap yaitu satu di dadanya dan perutnya.

"Om, kenapa bisa begini? Siapa yang bunuh Om?" Farhan melihat pamannya terbunuh. Farhan terkejut memperhatikan Pamannya kehilangan jari tengah di sebelah kanan."Si-siapa yang dengan tega memotong jari om?"

Di samping itu siswa kelas sebelas IPA 2 lainnya berjalan menuju kelasnya dengan santai. Bersiap untuk mengganti seragam atau menyambut jam istirahat yang sebentar lagi dimulai.

"Woi itu Fathur pingsan!" teriak Angga sang ketua kelas, seketika teman sebelas IPA 2 tiba-tiba berlari panik saat melihat dari koridor Fathur tidak sadarkan diri.

Kemudian sampai di depan pintu mereka melihat Farhan berjalan lemas keluar kelas dengan raut wajahnya yang sedih. "Han, ada apa Farhan?" Seketika Farhan mendadak terjatuh lemas dan pingsan.

Mereka menatap bingung kedua temannya pingsan, mereka merasa aneh ketika kelasnya ini tercium aroma busuk yang tiba-tiba menguar dari depan kelas.

Dengan berbarengan mereka memastikan kondisi di dalam kelas. Perlahan mereka semua melangkah masuk. "Aaaaa!"

Seketika menjerit saat menemukan orang tewas di dalamnya, menyebabkan beberapa siswa yang tidak kuat melihatnya muntah-muntah.

Suara jeritan anak kelas 11 IPA 2 membuat siswa kelas 11 yang lain. Letaknya bersebelahan dengan kelas ini mengamati dari jendela.

Bel istirahat berbunyi, seketika mereka semua penasaran dengan berjalan cepat mengecek.

Disusul guru-guru yang mengajar di kelas sebelah menghampiri keramaian siswa yang ketakutan, hingga mengerubungi kelas sebelas IPA 2.

Guru olahraga bernama Pak Geral yang mendengar berita tersebut langsung berlari ke kelas tersebut. Sampai di sana menerobos keramaian siswa.

Sampai di hadapan papan tulis, tercengang saat melihat kondisi Bapak Penjaga sekolah. Wajahnya tampak rusak dipenuhi sayatan di pipi kanannya dengan membentuk huruf Z, kemudian jari tengahnya dipotong, sekaligus perut dan dadanya ditusuk pisau.

Pak Geral lantas melaporkan masalah ini dengan menelpon pihak kepolisian. Kemudian guru-guru lainnya menyuruh siswa untuk kembali ke kelas.

Sedangkan siswa kelas sebelas IPA 2 diperintahkan untuk menuju ruang perpustakaan, dengan tidak diperbolehkan mengambil barang apa pun dari kelas.

Informasi insiden Bapak penjaga Sekolah itu dengan cepat di ketahui seluruh kelas baik kelas 10 sampai 12.

Tidak lama suara mobil polisi terdengar memasuki area sekolah. Begitupun para wartawan yang bergerak cepat untuk meliput berita

**

Sementara itu Fathur terbangun dari UKS, lantas beralih duduk. Tiba-tiba dadanya sesak mengingat kejadian yang membuatnya syok untuk kali pertama.

"Huh.. huh .. huh.. huh. Inhaler gue di tas," Fathur merasakan dirinya tidak bisa bernapas, hingga tangannya memukul kasar dadanya yang semakin sesak.

Fathur melihat sekelilingnya tidak ada orang, sedangkan dirinya butuh obat asma semprot berupa Inhaler. Fathur memegang dadanya, berulangkali mencoba mengendalikan napasnya yang tidak beraturan.

Namun belum juga berhasil karena dirinya memiliki asma sejak kecil. Ketika panik sulit untuk mengendalikan diri.

"Buat Lo!"

Fathur mendapati seorang meraih tangannya yang mengepal kemudian membuka kepalan tersebut lalu meletakan inhaler berwarna ungu.

Fathur mendongakkan kepala mendapati Ziah. Sebagai salah satu teman sekelasnya yang tidak akrab. Bahkan tidak pernah berbicara apa pun tentang hal remeh.

Mungkin dikarenakan sikap Ziah yang sangat dingin saat kali pertama bertemu pasca menjadi siswa baru. Hingga membuat Fathur memilih enggan berbicara akrab.

"Itu gue baru beli di apotek, cepat dipake! Biar Lo nggak sesak lagi."

Fathur mengangguk lantas menyemprotkan ke mulutnya hingga dua kali. Fathur tersenyum saat merasakan kelegaan dan tidak lagi sesak.

"Makasih." ucap Fathur melihat Ziah menatapnya sebentar, seperti memastikan sesaknya hingga berhenti.

"Sebaiknya setelah kejadian ini. Lo, hati-hati selama di sekolah." Ziah mengatakan hal itu kemudian berlalu pergi dengan langkahnya yang cepat.

Fathur masih tidak menyangka Ziah akan membantunya. Fathur merasa sedikit aneh, karena Ziah tampak sedikit peduli.

Fathur menggelengkan kepala, tiba-tiba bayangan Bapak Penjaga sekolah yang tewas dengan kondisi mengerikan membuatnya sulit dilupakan.

"Benar kata Ziah, gue harus mulai hati-hati. Mungkin kah pembunuhnya masih di sekitar sekolah ini? Huft."

"Semoga tidak ada korban lagi. Lebih baik gue sekarang nemuin Farhan. Gue harap dia baik-baik aja."

Fathur melihat dua anak PMR siswa laki-laki yang menghampirinya lantas Fathur berkata pamit pergi, mereka berdua menanyakan kondisi Fathur yang sempat pingsan.

"Gue udah gak apa-apa, thanks yah bro udah nolongin gue dan bawa gue ke UKS tadi pas gue pingsan."

"Sebenarnya yang gendong Lo kesini tadi cewek kelas sebelas juga, cuma gue lupa namanya." kata Hasan tersenyum sebagai salah satu PMR dengan Bad kelas 11 di lengannya.

"Hah? apa?" Fathur seketika terbatuk-batuk merasa terkejut mencerna ucapan Hasan teman sebelahnya.

Jam Pelajaran Olahraga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang