Love dulu buat part ini ♥️
Jangan lupa follow vote and Coment
Selamat membaca kesayanganku
****
Arsha menatap tajam Antariksa. Ia tadi tidak sengaja melihat Mahasiswa tersebut berbicara dengan Yola. Arsha tidak bodoh untuk mengartikan tatapan Antariksa yang menyukai Yola. Tebakannya pasti tepat. Arsha melangkahkan kakinya ke arah lapangan basket menghampiri Antariksa.
"Eh liat Pak Arsha kesini."
"Kebetulan banget sekalian bilang buat lomba Minggu depan."
Beberapa anak basket senang karena pembina club mereka datang. Mereka mengira Arsha kemari untuk mendukung pertandingan mereka. Sudah lama sekali Arsha tidak melatih mereka, meski Arsha memberikan pelatih pengganti yang baik.
"Hai pak!"
"Siang pak!"
"Pagi menjelang siang pak!"
Satu persatu dari mereka mulai menyapa Arsha. Namun pria itu hanya memberikan senyum. Arsha lebih memilih mengambil bola basket lalu mendekat ke arah Antariksa. Sontak hal itu membuat anak-anak penasaran dengan apa yang dilakukan Arsha. Suasana menjadi riuh.
"Kita battle berdua." Arsha melempar bola basket ke arah Antariksa. Ia ingin mengukur seberapa tangguh saingannya.
"Gila men! Mereka mau tanding."
"Udah lama nggak liat Pak Arsha main. Apa tambah hebat diusianya yang semakin tua?"
"Jangan kenceng-kenceng nanti kedengeran Pak Arsha."
Antariksa tersenyum sambil menatap Pembina basketnya. Tentu saja ia merasa tersanjung bisa bertanding dengan sosok yang ia kagumi di kampus. Arshaka adalah tauladan kebanyakan mahasiswa. Pria itu bisa menyelesaikan sekolah dari SD sampai SMA hanya dalam jangka waktu 9 tahun. Selain akademik yang bagus tentu saja juga ahli di bidang olahraga. Arsha adalah perwujudan tokoh komik di dunia nyata.
"Sebuah kehormatan bisa bertanding dengan Bapak." Antariksa bangkit berdiri berhadapan dengan Arsha. Sedangkan Arsha menggulung lengan panjangnya sampai ke siku.
Mereka berdua berdiri di tengah lapangan. Antariksa mendribble bola, Arsha mencoba memblokir Antariksa untuk menembus pertahanannya. Lalu Antariksa melompat mencoba keberuntungan mencetak skor dari jauh, tapi sial Arsha lebih lincah. Pria itu melompat lebih tinggi lagi menghalau bola bahkan mengambilnya. Arsha mendribble bola dengan cepat, gerakannya lincah bahkan tak mampu dikejar oleh Antariksa. Bahkan dengan mudah Arsha mampu memasukkan bola ke keranjang.
Orang-orang yang menonton bersorak senang ketika Arsha mampu memasukkan bola. Ada juga yang masih menyemangati Antariksa. Suasana di lapangan sangat panas di tambah terik matahari yang semakin membakar.
Arsha mendribble bola kembali, Antariksa mencoba memblokir dan merebut. Tapi sayang Arsha lebih cepat dan tepat sehingga bisa lolos. Selanjutnya skor tercetak lagi. Arsha tersenyum dalam hati. Ternyata Antariksa bukan saingannya, skill-nya masih jauh di bawahnya. Berarti tidak akan ada yang bisa menyainginya mendapatkan Yola.
"Kamu bukan saingan saya."
"Jelaslah pak, saya mah masih amatir kalau bapak udah pro." Antariksa nampak tidak mengerti saingan yang Arsha maksud. Bukan saingan dalam bermain bola basket tapi saingan mendapatkan Yola.
***
Sebelum ke kos Yola mampir ke rumah makan untuk makan. Ia hanya memesan nasi sayur, gorengan dan es teh. Uangnya sudah menipis. Yola belum meminta kiriman kepada ibunya. Yola tidak ingin merepotkan ibunya terlalu banyak. Biaya kos, kuota untung ada WiFi di kos dan kampus, dan kuliah belum yang lainnya membuat Yola kasihan dengan ibunya yang single parent. Karena bukan hanya dia yang butuh biaya tapi adik laki-lakinya juga. Lebih baik ia yang berhemat yang terpenting ibu dan adiknya tidak kekurangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOSEN BUCIN - (TAMAT)
Romance*Arsha in another universe* AWAS JADI SARJANA BUCIN!!! Arshakala Anggara dikenal sebagai dosen maha benar dan sempurna. Sosok yang paling di takuti di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Tidak ada yang berani melawan titahnya atau berakh...