Bab 29

6.6K 227 18
                                    

Love dulu buat part ini ♥️

Jangan lupa follow vote and Coment

Selamat membaca kesayanganku

****

Yola memandang beberapa gedung pencakar langit dari balik jendela mobil. Saat ini ia dan Arsha akan makan siang. Seharusnya Tunjung juga ikut, tapi Arsha menyuruh anak buahnya untuk naik taksi. Karena Arsha tidak ingin Tunjung mengganggu kebersamaan mereka. Selama ini Tunjung selalu hadir disaat mereka bermesraan.

Cinta itu memang buta. Meski ia marah tapi melihat pria itu datang dan memeluknya membuatnya tak bisa melampiaskan amarahnya. Nanti ia akan menuntut penjelasan Arsha. Mulai dari Latifah yang ikut, pelaku yang membuat berita hoax dan kemunculkan pria yang dadakan.

Yola berpaling menatap Arsha. Pria itu nampak serius mengendarai mobil. Terlihat sangat tampan. Arsha selalu terlihat tampan. Atau matanya saja yang sudah buta. Hingga melihat Arsha adalah pria yang paling tampan dari semua pria di dunia ini.

"Kita mau makan dimana Mas?"

"Di rumah. Saya ingin memasakkan sesuatu untuk kamu."

Deg!

Kenapa harus ke rumah pria itu sih? Ia takut sesuatu yang buruk terjadi di antara mereka. Di kantor aja mereka suka khilaf apalagi hanya di rumah?

"Mas Shaka bisa masak?"

"Kamu meremehkan IQ otak saya?" Yola memutar bola matanya kesal. Kenapa pria ini sombong sekali? Emang ada kolerasinya antara memasak dan IQ. Bahkan orang pintar saja kadang nggak bisa masak.

"Nggak kok. Aku kan cuma tanya. Cowok kan biasanya nggak bisa masak."

"Kamu tenang saja. Saya dari kecil terlahir dengan ribuan bakat. Jadi urusan memasak itu hanya sekian persen dari bakat yang saya miliki."

Yola jadi penasaran apa saja bakat yang dimiliki Arsha. Memang ada ya orang yang sempurna dan bisa melakukan apapun? Yola penasaran apa Arsha memiliki kekurangan? Karena pria itu terlihat begitu sempurna tanpa ada cela sedikitpun.

"Jadi nggak sabar makan masakan Mas."

"Saya itu dulu pernah ikut kursus masak selama satu bulan karena bosan belajar."

Wah ternyata dosennya itu bisa juga bosan belajar. Tapi, bukannya memasak itu juga termasuk belajar. Kepala Yola pening. Sepertinya IQ tidak setara dengan penafsiran Arsha. Mungkin belajar yang dimaksud Arsha adalah membaca buku, menulis jurnal dan lainnya.

"Mas bisa masak apa aja?"

"Saya lumayan bisa masak makanan Italia, Prancis, Turki, India,......" Yola memalingkan wajah menatap jendela mengabaikan ucapan Arsha. Benar-benar sombong, begitu banyak dibilang lumayan. Sedangkan dirinya saja yang wanita calon ibu rumah tangga hanya bisa memasak makanan rumahan. Jauh sekali berbeda.

"Kamu mau saya masakin apa?"

"Ayam gongso gimana Mas?" Yola memilih makanan khas Indonesia.

"Boleh dicoba."

"Dicoba?"

"Saya belum pernah masak itu. Tapi, sepertinya mudah."

"Nanti aku bantuin." Balas Yola. Sekali saja ia ingin Arsha menurunkan egonya.

"Jangan! kamu liat saya masak saja. Saya melakukan ini khusus sebagai permintaan maaf saya." Ujar Arsha sambil menggenggam tangan Yola. Lalu ia mengecupi tangan tersebut dengan lembut. Lantas hal itu membuat Yola malu.

"Saya bukan laki-laki sempurna untuk kamu. Saya juga tidak selalu melulu bisa membaca isi hatimu. Namun, ijinkan laki-laki yang tidak sempurna ini belajar mencintai kamu Yolanda Aufarina."

DOSEN BUCIN - (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang