Bab 40

4.7K 157 7
                                    

Love dulu buat part ini ♥️

Jangan lupa follow vote and Coment

Selamat membaca kesayanganku

****

Revisi sungguh menyiksa, Yola benar-benar ingin membinasakan Arsha rasanya. Pria itu kejam sekali menyuruhnya revisi naskah novel disaat ia sedang revisi skripsi. Padahal pengujinya hanya memberikan waktu satu minggu agar bisa lanjut penelitian.

Saat ini Yola berniat menemui Pak Giyoto selaku penguji utamanya untuk mengecek revisiannya. Otak Yola terasa panas seminggu penuh berkutat dengan revisianya. Yola bergegas menuju ruangan Pak Giyoto. Namun di tengah jalan tiba-tiba Arsha muncul dengan seseorang yang asing dimatanya. Siapa orang itu? Apa dosen baru?

"Hay sayang..." Sapaan Arsha membuat Yola gugup. Ia melihat sekeliling untungnya sepi. Astaga. Bisa-bisanya Arsha frontal begini. Bagaimana jika ada yang melihat?

"Pagi Pak." Sapa Yola sopan. Jika di kampus ia akan memperlakukan Arsha sama seperti dosen lainnya. Namanya bukan Arsha kalau tidak genit. Pria itu malah merentangkan tangan ke depan seolah minta dipeluk.

Dasar sinting!

Yola terpaksa menyalami tangan kanan Arsha tak ingin orang lain salah paham. Lalu ia membawa punggung tangan Arsha ke keningnya. Salaman yang biasa ia lakukan kepada guru atau orang tua.

"Peluk sayang bukan salim." Gumam Arsha kesal. Ia membisikan itu di telinga Yola.

"Ini di kampus, Pak!" bisik Yola sambil berjinjit ke arah telinga Arsha. Walaupun berbisik tetap saja masih bisa di dengar.

"Bahaya nanti diliat orang." Yola khawatir pria di samping Arsha berpikir macam-macam. Ia tidak ingin muncul rumor yang buruk nanti. Ia trauma semenjak kejadian ia di tuduh ayam kampus dulu.

"Kadang aku berpikir mati lebih menyenangkan dari pada melihat pasangan alay seperti kalian."

Deg!

Yola terkejut mendengar perkataan itu. Ia menoleh ke sumber suara. Siapa orang itu? Kenapa berani sekali berkata seperti itu di depan Arsha? Kenapa mereka bisa bersama? Sialnya gerakannya yang spontan itu membuatnya oleng. Yola dengan sigap menarik dasi Arsha. Untung Arsha lebih sigap menarik pinggang Yola agar tidak menyentuh lantai. Mereka berpelukan layaknya seorang kekasih.

"Semakin bucin kadar hati seseorang. Semakin alay tingkah lakunya." Bumi merasa jengah di tunjukan adegan seperti ini.

JLEB.

Yola terdiam lalu menunduk malu. Baru kali ini ia bertemu orang yang jujur menyuarakan isi hatinya. Ia jadi malu. Ia langsung menjauh dari Arsha.

"Maaf sayang, keponakan saya suka bener kalau ngomong." Arsha menginjak kaki Bumi kesal.

"Ckckck. Bumi. Lain kali jangan berkata seperti itu. Kenalkan Yola calon istri Mas."

"Erlangga Bumi. Panggil saja Bumi."

"Salam kenal Bumi."

"Hm." Balasan Bumi membuat Yola tahu diri. Jika orang itu benar-benar tidak ingin melanjutkan pembicaraan.

"Saya pamit ya Pak. Mau ketemu Pak Giyoto." Ujar Yola sambil pergi. Sungguh ia tidak menyukai keadaan akward ini.

Yola masuk ke dalam ruangan Pak Giyoto. Terlihat beliau sedang duduk menghadap laptop. Setelah memberi salam, ia langsung duduk di depan beliau mengutarakan maksud tujuannya kemari. Untunglah penguji utamanya itu welcome dan tidak menunda-nunda revisinya. Bahkan langsung mengoreksi proposal skripsinya tanpa perlu menunggu waktu lama.

***

Revisinya sudah selesai di koreksi oleh kedua pengujinya. Ia diijinkan langsung untuk melakukan penelitian. Besok ia akan menemui Arsha untuk meninjau lagi skripsinya. Hari ini ia ingin cepat pulang ke kos, memesan banyak makanan dan tidur sampai puas. Tubuhnya lelah sekali begitu juga dengan otaknya.

DOSEN BUCIN - (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang