Love dulu buat part ini ♥️
Jangan lupa follow vote and Coment 💜
Beberapa peraturan baca cerita ini. Karena antusias kalian menentukan cerita ini lanjut atau enggak. Karena kalian tahu aku suka bgt unpublish cerita hahah disaat merasa kurang.
1. Komen disetiap part-nya dan tekan bintang/vote..
2. Follow wattpad aku biar kalian ngk kaget kalau ada bagian yg tiba-tiba hilang.
3. tolong tag juga temen-temen kalian biar ikut bucin
4. Jangan Hate Komentar ya 💜😉
5. Semakin dikit yang komen dan vote semakin lama aku update.Selamat membaca kesayanganku 🤗
***
Satu jam berlalu begitu cepat. Arsha sedari tadi menjelaskan beberapa langkah yang dilakukan sebelum proses percetakan. Pria itu bilang jika ini adalah buku fiksi pertama yang akan terbit di Arsha media group. Penerbit Arsha lebih fokus menerbitkan buku-buku non-fiksi. Bisa dikatakan Yola adalah kelinci percobaan Tuan Muda Arshaka.
"Walaupun perusahaan kami belum pernah menerbitkan buku fiksi sebelumnya. Kamu jangan ragu dengan saya. Karena saya tidak pernah main-main." Dalam hati Yola mengeluh lalu bagaimana dengan hati saya yang bapak permainkan berulang kali. Dibuat melambung lalu dijatuhkan berulang kali.
"Sudah sarapan?" tanya Arsha mendapati muka Yola yang pucat.
"Iya pak, makan bubur ayam sama temen."
"Temen?" Seketika Arsha curiga mengingat tadi ketika ia menjemput ke kos Yola pulang sendiri menggunakan sepeda. Jadi teman siapa yang Yola maksud.
"Temen kuliah pak Antariksa namanya. Bapak juga nggak kenal kok." Rahang Arsha mengeras seketika. Berani juga nyali anak bau kencur itu mendekati Yola. Awas saja Arsha akan buat perhitungan lagi nanti.
"Saya lapar, lebih baik kita makan." Arsha tiba-tiba berdiri. Yola dibuat bingung apa maksud Arsha. Apa pria itu mengajaknya untuk makan bersama? Yola menatap Arsha tidak mengerti. Arsha mendesah ia menatap balas menatap Yola seakan untuk mengikutinya. Tapi sial Yola tidak mengerti arti tatapannya.
"Temeni saya makan." Akhirnya Arsha mengatakan itu. Memang hanya Antariksa saja yang bisa mengajak Yola makan bersama. Lihat saja Arshalah yang menang kalau urusan ini. Terbukti sudah lebih dari satu kali ia makan dengan Yola. Bukan hanya itu ia juga pernah nonton bioskop bersama.
Yola ikut bangkit berdiri mengikuti Arsha dari belakang. Keningnya berkerut ketika Arsha berhenti di sebuah tangga. Dalam hati ia bertanya-tanya mereka akan makan dimana? Kenapa harus naik ke atas?
"Kita makan di atas kamu tidak keberatan?"
"Enggak kok pak." Makan dimana saja Yola setuju asal gratis dan enak. Lagipula mana berani ia menolak perintah Arsha bisa dipenggal kepalanya.
"Saya sudah menyuruh Sri untuk membelikan makanan."
"Iya pak."
"Jangan terlalu kaku. Setelah ini kita akan sering bertemu." Yola hanya takut tidak sopan. Bagaimanapun Arsha adalah dosen pembimbingnya.
Mereka tiba di rooftop, Yola berdecak kagum melihat taman kecil yang dibangun ada pendopo, kursi, ayunan juga. Dosennya itu tidak pernah main-main untuk membangun sesuatu. Arsha duduk terlebih dahulu di sebuah pendopo. Yola ikut duduk di samping Arsha. Saat itu juga Yola melihat kandang burung.
"Bapak punya burung?" Arsha mengernyit sebentar mencerna pertanyaan Yola. Lalu ia baru mengerti ketika melihat kandang burung yang ditunjuk Yola.
"Ada."
"Boleh lihat pak?"
"Tentu saja."
Kemudian mereka melangkah menuju sebuah kandang berbentuk rumah berwarna putih. Ukurannya lumayan besar. Yola jadi penasaran berapa banyak burung yang dimiliki Arsha. Namun disaat ia mengintip di celah bolongan kandang, ia tidak menemukan satu ekorpun di dalam. Ia mendesah kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOSEN BUCIN - (TAMAT)
Romance*Arsha in another universe* AWAS JADI SARJANA BUCIN!!! Arshakala Anggara dikenal sebagai dosen maha benar dan sempurna. Sosok yang paling di takuti di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Tidak ada yang berani melawan titahnya atau berakh...