Bab 20

8.2K 332 9
                                    

Love dulu buat part ini ♥️

Jangan lupa follow vote and Coment 💜

Beberapa peraturan baca cerita ini. Karena antusias kalian menentukan cerita ini lanjut atau enggak. Karena kalian tahu aku suka bgt unpublish cerita hahah disaat merasa kurang.

1. Komen disetiap part-nya dan tekan bintang/vote..
2. Follow wattpad aku biar kalian ngk kaget kalau ada bagian yg tiba-tiba hilang.
3. tolong tag juga temen-temen kalian biar ikut bucin
4. Jangan Hate Komentar ya 💜😉
5. Semakin dikit yang komen dan vote semakin lama aku update.

***

Yola masih terkejut dengan kehadiran Arsha tadi. Ia tidak menyangka jika pria itu akan datang dan menolongnya. Ia kira Arsha mengabaikannya. Yola menatap cermin kamar mandi. Ia selesai berganti baju. Arsha meminjamkan kemeja untuknya. Terlihat besar ditubuhnya yang mungil ini.

Kemudian Yola menyemprotkan parfum milik Arsha. Paling tidak bau telur yang amis sudah tersamarkan. Untung tadi rambutnya tidak terkena telor. Yola menghembuskan napas, ia harus setelah ini ia akan disidang.

"Sudah siap?" Tanya Arsha ketika Yola keluar dari kamar mandi. Pria itu menunggu di depan pintu.

"Iya Pak."

"Kamu nggak usah khawatir, disini ada saya. Kamu hanya perlu ikuti semua yang saya perintahkan."

"Iya Pak." Tiba-tiba Arsha menggenggam tangan Yola. Hal itu membuat Yola tersentak kaget. Berbeda dengan Arsha yang terlihat biasa saja, bahkan pria itu menuntunnya agar jalan bersama. Diam-diam Yola tak lepas mengamati Arsha. Jantungnya berdebar kencang, ia ingin berharap. Tapi, ia sadar semua ini hanyalah sebatas tanggung jawab. Arsha menolongnya karena merasa berasa bersalah telah mengantarnya pulang malam.

Suara beberapa mahasiswa yang membicarakannya membuat pandangan Yola teralih. Meski berbisik telinga Yola tidak tuli untuk tahu apa saja yang mereka bicarakan. Apakah ia terlihat seperti perempuan murahan? Hingga dipandang rendah. Ia takut, ditambah tatapan mereka yang seolah ingin membunuhnya.

"Jangan takut." Arsha berbisik sambil memeluk bahu gadis itu.

Tubuh Yola yang awalanya bergetar jadi rileks. Ia menatap Arsha sebentar. Hari ini dosennya tersebut terlihat berbeda lebih hangat dari sebelumnya. Bahkan tangannya tak lepas menggenggamnya. Mereka melangkah masuk ke dalam graha duduk ditempat yang telah disediakan. Menurut Yola ini terlalu berlebihan, ia seperti melakukan sidang di pengadilan.

"Kamu duduk disini, saya mau bicara sebentar dengan Pak Dekan." sejujurnya Yola tidak ingin Arsha pergi. Ia ingin pria itu selalu berada disisinya. Menggenggam erat tangannya. Namun Yola tidak bisa melakukan itu. Ia diam mengamati kepergian Arsha.

Yola meremas roknya cemas. Graha sudah dipenuhi mahasiswa yang penasaran dengan kasusnya. Ia melirik ke pintu utama menunggu kehadiran Arsha, tapi pria itu tak kunjung kembali. Yola hanya bisa pasrah ketika suara moderator bergema memimpin jalannya persidangan ini. Yang menginvestigasi Yola adalah wakil dekan bagian kemahasiswaan —Arya. Sebenarnya ia bingung, kenapa kasusnya malah dimediasi dengan cara seperti ini. Biasanya di ruangan tertutup.

"Yola, apakah benar perempuan di foto yang beredar itu kamu?"

"Benar Pak." Rasanya seperti dipersidangan dan dia sedangan di interogasi oleh hakim. Siapapun yang mengusulkan ide ini, ingin sekali Yola bunuh? Apalagi pertanyaan yang diberikan menyudutkannya. Disinilah yang salah persepsi orang-orang terhadap fotonya bukan foto itu editan atau rekayasa.

"Pukul berapa kamu pulang malam itu?"

"Jam setengah sebelas Pak."

"Apakah pemilik mobil tersebut laki-laki?" Yola mendesah kenapa pertanyaaan seolah-olah mengatakan jika ia memang benar menjadi seorang pelacur.

DOSEN BUCIN - (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang