Love dulu buat part ini ♥️
Jangan lupa follow vote and Coment
Selamat membaca kesayanganku
****
Pagi ini matahari begitu cerah menyinari bumi. Yola bersenandung kecil sambil berjalan menuju kampus. Ia sudah mempersiapkan berkas untuk mendaftar seminar proposal. Hanya kurang menge-print dan tanda tangan Arsha. Kemarin Arsha sempat menawarinya mencetak beberapa dokumennya di tempat pria itu. Namun Yola menolak. Ia tidak ingin merepotkan Arsha terus-menerus. Selagi ia bisa, ia tidak ingin bergantung dengan Arsha.
Tin! Tin!
Bunyi klakson motor membuat Yola berjalan sedikit minggir. Ia menoleh untuk melihat kebelakang sebentar. Ia terkejut ketika tahu orang itu Antariksa.
"Bareng! Mau ke kampus kan?" tawar Antariksa.
Yola menimbang sebentar. Ia tidak enak menolak ajakan Antariksa. "Aku sebenarnya mau ke Hasbona dulu, mau ngeprint." Yola menyebutkan salah satu tempat fotocopy dan print cetak.
"Aku anterin kesitu gimana, lagian searah sama kampus." Antariksa gigih untuk mengajak Yola berangkat bersama.
"Yaudah kalau kamu maksa." Yola kemudian naik ke atas motor Antariksa. Ia tidak ingin berdebat dengan cowok itu.
Antariksa tersenyum kecil. Meski ia tidak bisa memiliki Yola. Paling tidak bisa melihat gadis itu saja sudah cukup. Melupakan itu tidak mudah. Andai saja perasaan itu bisa diibaratkan aplikasi yang bisa di uninstall seenaknya. Pasti ia tidak akan sesakit ini merelakan Yola.
Lima menit kemudian mereka tiba di Hasbona. Antariksa menurunkan Yola di dekat parkiran. Tempat tersebut masih sepi.
"Mau aku tungguin?"
"Nggak usah kamu duluan aja ke kampus. Aku mau nge-print skripsi soalnya."
"Udah sampai mana memangnya?" Antariksa sedikit mengulur waktu. Ia ingin menikmati setiap detik yang ia miliki bersama Yola sebelum gadis itu dimiliki Arshaka sepenuhnya.
"Udah Bab 3."
"Cepet banget, aku aja belum ngajuin judul." Balas Antariksa. Ia belum menyiapkan apa-apa untuk skripsinya.
Kemarin ia disibukkan kegiatan BEM. Meski ia sudah tidak menjabat tapi tetap saja ia memiliki tanggung jawab sebagai demisioner. Ia memberikan arahan, masukan dan pembinaan kepada adik-adik tingkatnya. Selain itu juga patah hatinya pada Yola mempengaruhi sedikit moodnya untuk memulai skripsi.
"Kamu pasti sibuk banget ngurusin anak BEM. Usahain semester ini kamu udah ngajuin judul biar nggak telat lulusnya. Kalau ditunda-tunda nanti makin ketinggalan."
"Nanti aku coba."
"Semangat pokoknya, semoga kita bisa wisuda bareng." Ujar Yola sambil tersenyum manis.
Senyum itu yang membuat Antariksa lagi-lagi gagal untuk move on. Baru aja niat gagal lagi.
"Makasih semangatnya. Kamu juga semangat." Yola mengangguk lalu mengucapakan terimakasih karena telah mengantarnya. Gadis itu berlalu masuk ke tempat fotokopian. Meninggalkan Antariksa yang masih memandangi dari belakang.
"Ternyata melupakanmu tidak semudah itu."
***
Yola berdiri di depan pintu ruangan Arsha. Sebelum masuk ia menghembuskan napas sebentar. Ia gugup bertemu Arsha. Padahal hampir setiap hari mereka bertemu. Yola melirik sekeliling masih sepi. Lalu ia membuka handle pintu masuk.
Arsha duduk di kursinya dengan tenang. Pria itu sibuk membaca beberapa berkas di meja dengan mengenakan kacamatanya. Yola jadi salah tingkah dibuatnya, karena Arsha terlihat sangat mempesona.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOSEN BUCIN - (TAMAT)
Romance*Arsha in another universe* AWAS JADI SARJANA BUCIN!!! Arshakala Anggara dikenal sebagai dosen maha benar dan sempurna. Sosok yang paling di takuti di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Tidak ada yang berani melawan titahnya atau berakh...